Ichsan Hidajat

Write. Just write....

Selengkapnya
Navigasi Web

Pagi, di Lapangan Merdeka

Sehabis kelelahan jogging dan senam, selain dahaga akibat keringat membanjiri seluruh punggung, muka dan ketiak, terbitlah serangan lapar. Rizal mempercepat langkah bergegas menuju pelataran utara Lapangan Merdeka. Jajaran penjaja menawarkan ragam kudapan namun tujuan Rizal hanya satu. Menemui penjual bubur ayam. Hangat dan beraroma bawang goreng, berhias suwiran daging kecil-kecil, bakal jadi pengobat mujarab bagi perutnya.

“Mang, pesan buburnya satu,” standar sekali kalimatnya.

“Mangga, tunggu sebentar ya,” ramah si tukang bubur. Melayani tiga pelanggan pertama sebelum tiba giliran Rizal.

Menunggu pesanannya datang. Rizal membuka ponsel. Mencari chat. Ada beberapa, tapi bukan dari Nisa. Teleponnya semalam pun tak bersambut. Rizal tersenyum masam. Nisa, Nisa.

Tersentak Rizal dicolek tukang bubur. Dan seraya melempar senyuman tukang bubur bertanya,

“Aa dikacangin nggak?”

Tertegun sedetik – hanya sedetik, lalu Rizal sontak meninggalkan si tukang bubur. Berjalan cepat. Tanpa basa-basi. Bersungut-sungut. Meninggalkan si tukang bubur yang tampak kebingungan dan kecewa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hhhh..usia Rozal berapa tahun?

23 Dec
Balas

Yang biasanya dikacangin, usia berapa ya?

23 Dec
Balas



search

New Post