Ichsan Hidajat

Write. Just write....

Selengkapnya
Navigasi Web
The BFG, Raksasa Baik Hati Peramu Mimpi

The BFG, Raksasa Baik Hati Peramu Mimpi

The BFG, Raksasa Baik Hati Peramu Mimpi

Reviu film The BFG (2016, Produksi Paramount Pictures, Sutradara Steven Spielberg)

#Tantangan Menulis 30 Hari

#tantangangurusiana

Hari ke-25

.

Kenal para tukang dongeng ini: Enid Blyton, Rudyard Kipling, C.S Lewis, Roald Dahl, J.K Rowling? Para penulis Inggris memang paling keren dalam hal bertutur. Nah, bagaimana kalau kisahnya diangkat ke layar lebar oleh Steven Spielberg?

Maka tersajilah film The BFG. Berakar dari tradisi literasi bangsa Inggris, BFG adalah film yang polos dan indah. Sebuah karya yang tidak setiap tahun diproduksi, menghadirkan kisah petualangan yang diceritakan dengan napas kasih sayang dan tanpa pretensi. Menggunakan sudut pandang imajinasi murni anak-anak, film ini tidak dibuat agar monumental, tanpa dialog tendensius dan politis, juga tidak dibebani pesan moral yang hebat-hebat. Yang ada adalah optimisme, rasa ceria, kesederhanaan dan kejenakaan.

Sophie (diperani oleh aktris cilik, Ruby Barnhill), seorang anak perempuan berkacamata yang tinggal di sebuah panti asuhan. Sulit tidur membuat Sophie kecil kerap keluyuran pada malam hari menjelajahi sudut-sudut panti asuhan. Hingga pada suatu malam Sophie diculik oleh raksasa (diperankan oleh Mark Rylance), untuk kemudian mendapati bahwa penculiknya adalah pelindung baik hati dari para raksasa pemakan anak kecil..

Raksasa yang dipanggil Sophie dengan sebutan BFG (Big Friendly Giant) ini berwajah seperti orang tua. Keriput, hidung panjang, rambut panjang beruban kusut masai dan cambang tipis yang juga sudah memutih. Wajahnya memiliki garis kebajikan, cahaya matanya menyiratkan kejujuran dan kelembutan. Suaranya ceria tapi teduh yang dihadirkan lewat logat British yang hangat dan sering gugup.

Eh, saya selalu terpukau dengan bunyi orang-orang Inggris berbicara.

Sophie oleh BFG dibawa ke negeri para raksasa. Dimaksukkan ke dalam kerangkeng di rumah pohon BFG. Kakek BFG punya kegemaran mengumpulkan mimpi-mimpi berbagai warna dan menaruhnya ke dalam toples. Bisa meramu beberapa bahan menjadi mimpi indah maupun mimpi buruk dan memasukkannya ke dalam alam tidur seseorang.

BFG yang vegetarian hanya makan snozzcumber, sejenis mentimun yang bentuknya seperti sayur pare. Buah yang hanya tumbuh di alam raksasa ini memiliki cita rasa seperti kulit katak, ikan busuk dan kecoa bila digabungkan. Saat mengigitnya, snozzcumber akan mengeluarkan suara seperti gemeletuk yang timbul saat kita mengunyah es batu. Minumannya adalah Frobscottle, minuman berwarna hijau yang gelembungnya bergerak ke dasar botol. Bisa menimbulkan efek buang angin yang begitu dahsyatnya, hingga mampu membuat tubuh Anda melayang. Efek buang angin itu disebut sebagai “whizzpoppers”.

Sophie dan BFG sebenarnya sama-sama kesepian dan butuh teman. Mereka bermain bersama, menjelajah negeri raksasa dan menangkap mimpi-mimpi bersama-sama. The BFG memang berfokus pada hubungan dua teman beda spesies yang sama-sama kesepian. Keduanya menemukan arti persahabatan yang tulus dan saling menyayangi. BFG yang hidup di alam liar tak pernah belajar bagaimana cara bertata karma atau mengucapkan kata-kata dengan tata bahasa yang baik. Berkali-kali Sophie harus mengoreksi pengucapan kata-kata BFG yang salah. Sophie seperti menemukan sosok ayah atau kakek yang tak pernah ia miliki. Keduanya lalu saling melengkapi.

Saat para raksasa jahat mencium keberadaan Sophie dan ingin memakannya, BFG berusaha menyembunyikannya. Sophie melihat betapa BFG kerap dijadikan sasaran bully, dipermainkan oleh raksasa lainnya. Dia menyemangati agar BFG melawan mereka. Disusunlah sebuah rencana, lalu mereka menghadap sang Ratu Inggris di istana agar para raksasa jahat itu ditangkap dan diasingkan.

Film The BFG menawarkan banyak humor. Saat BFG berkamuflase setiap saat ada orang memergokinya, saat dia masuk ke istana Sang Ratu dan menghancurkan lampu kristal, atau lewat dialog-dialog canggung yang menghadirkan beragam punch-lines. Humor kentut pun dihadirkan, tapi tanpa melewati batas dan memang mengakomodir gaya humor quirky Roald Dahl di bukunya. Sungguh humor khas Inggris.

Film ini mungkin terasa membosankan karena tidak menawarkan twist, kejutan, inovasi penceritaan maupun teknis. Bukan karya termegah Steven Spielberg. Tapi percayalah, Anda akan terhanyut dengan detail cerita. Kekuatan film ini justru pada penceritaan (storytelling) dan sudut pandang imajinasi kanak-kanak. Berbeda dengan film kanak-kanak lain yang justru mengambil tema dewasa.

Saya tak pernah bosan menonton film ini. Kalau ada yang memiliki versi bukunya, tolong kabari saya.

.

.

@26022020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post