IDA DWI LESTARI

aku seorang istri, seorang guru, juga seorang ibu dari dua anak. tapi masih harus banyak belajar. harus semangat... semoga bisa manjadikan manfaat bagi semua or...

Selengkapnya
Navigasi Web

matematika di seberang sungai

Naik kelas 5 SD membuatku senang. Terlebih saat kenaikan kelas aku mendapat ranking dua, seperti tahun sebelumnya. Guru kelas kami pun berbeda dengan guru kelas pada waktu kelas tiga dan empat. Guru kelas yang baru terkenal galak. Dulu sempat menendang pintu sampai daun pintu jebol. Padahal beliau seorang perempuan. Akupun takut saat beliau masuk kelas. Begitupun teman yang lain.

Hari itu kami jadwal belajar matematika. Beliau heran, marah kepada kami. Kami tidak bisa langsung paham dengan yang beliau jelaskan. Kami tidak bisa menyelesaikan soal-soal matematika yang beliau berikan. Intinya kemampuan matematika kami rendah. Kami tidak menyadari itu. Kami hanya terdiam, takut. Kemudian beliau memberi tawaran untuk belajar di rumahnya kalau sore hari. Dan anehnya, walaupun kami takut, kami semangat untuk berangkat belajar bersama beliau di rumah.

Setelah mendapat ijin dari orang tua. Kamipun sepakat untuk mulai beajar di rumah beliau. Orang tua kami menyarankan untuk membawakan buah tangan buat guru kami. Kamipun iuran membeli gula, teh dan kue. Dengan semangat kami berangkat ke rumah beliau. Ada teman satu kelas kami yang sudah tahu rumah beliau. Karena menurutnya dekat, hanya harus menyeberang sungai pembatas antar kabupaten. Sungai lumayan besar. Hanya untuk menyeberang tidak ada jembatan terdekat. Kalau harus menggunakan jalan utama, jalan besar antar kota, jarak yang kami tempuh terlalu jauh dan rawan bagi kami seumuran siswa SD kelas lima.

Menyeberang sungai besar adalah pengalaman pertamaku. Kami penuh semangat berangkat. Menuruni sungai, menyeberang dan naik ke desa sebelah. Kami mencari rumah beliau ini. Dan akhirnya ketemu. Senyum ramah menyambut kami di pintu. Kami senang akhirnya sampai juga. Kami langsung memberikan buah tangan sekedarnya yang tadi kami beli. Tetapi justru kami dimarahi oleh beliau. Kami terdiam tanpa suara. “kalau mau belajar disini jangan bawa macem-macem, yang penting belajar. Kalau bawa macem-macem ibu tidak mau lagi memberi tambahan belajar sore”, kata beliau. Kamipun mengiyakan permintaan beliau. Kami berjanji rajin belajar. Kami berjanji akan terus datang ke rumah beliau, dengan catatan sungai sedang tidak banjir.

Setelah sering dapat tambahan belajar matematika di rumah beliau, suasana belajar matematika di kelas semakin menyenangkan. Kami bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Rasa takutpun hilang. Yang ada adalah kesenangan belajar dengan guru kami, yang ternyata tidak galak, justru karena beliau kami jadi lebih baik. Terima kasih bu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat Inspiratif, buk...

11 Aug
Balas

terima ksih pak

11 Aug



search

New Post