Ibnu Malik, merupakan salah satu ulama Ahli Nahwu dan Shorof,hasil karyanya yang terkenal diantaranya Kitab Alfiyyah. Kitab Alfiyah salahsatu kitab yang dipelajari di pesantren-pesantren.

Kitab Alfiyah Ibnu Malik adalah kitab nahwu shorof lengkap berbentuk nadhom atau syair yang terdiri atas 1.002 bait, itulah kenapa dinamakan dengan alfiyah yang berarti seribu.

Kitab ini banyak dipelajari oleh santri-santri di Pondok Pesantren, biasanya dipelajari setelah mereka belajar Jurumiyah dan Imriti.

Sewaktu menulis Kitab Alfiyah di awal bait Ibnu Malik menyatakan “Faaiqotan Alfiyyatabni Mu’ti,” artinya kitab Alfiyyah karya dia lebih bagus daripada Alfiyyah karya Ibnu Mu’ti, padahal ari Ibnu Mu’ti itu gurunya.

Setelah dia menyatakan “Faaiqotan Alfiyyatabni Mu’ti,” Ibnu Malik merasakan gejala

writer’s block.Ide-ide yang berjubel di kepalanya mendadak hilang kosong.

Beberapa hari Ibnu Malik mandeg tak bisa meneruskan tulisannya ia sudah berupaya untuk mengingat kembali apa yang akan ia tulis tapi tetap buntu.

Suatu malam Ibnu Malik mimpi bertemu seseorang yang berpakaian seperti seorang ulama. Tapi wajahnya tidak jelas terlihat. Tetiba orang itu berkata " "Saya mendengar kabar engkau sedang menulis kitab Alfiyah betul?"

Ibnu Malik menjawab " iya betul saya sedang menulis kitab Alfiyah

" Sudah sampai mana anda menulis Kitab Alpiyyah?

"Baru sampai kalimat Faaiqotan Alfiyyatabni Mu’ti,” Jawab Ibnu Malik.

“ Lalu mengapa tidak diteruskan?" Tanya ulama lagi. "Entah mengapa pikiran saya mendadak buntu ” jawab Ibnu Malik. “ Apakah kamu ingin meneruskan menulis kitab Alfiyah?” Lanjut ulama itu.

“Tentu saja saya ingin sekali meneruskan menulis kitab Alfiyah ini ” jawab Ibnu Malik. “Coba nanti saya teruskan" kata ulama itu lagi sambil mengatakan “Walhayyu Qod Yaglibu Alfa Mayyitin.”

Mendengar kata-kata ulama, Ibnu Malik terkejut karena maksud Walhayyu Qod Yaglibu Alfa Mayyitin itu artinya seorang yang hidup seringkali mengalahkan seribu orang mati artinya murid seringkali melupakanjasa guru.

“Jangan-jangan beliau Ibnu Muti, guruku waktu di pesantren" pikir Ibnu Malik sambil gemetar “ "Astagfurullah mungkin kebuntuan pikiranku ini tersebab aku kualat dari guru karena aku sudah merendahkan martabat guru dengan mengatakan bahwa Alfiyyah tulisanku lebih bagus daripada Alfiyyah Ibnu Muti sedangkan Ibnu Muti itu guruku, aku bisa begini karena beliau"

Lalu Ibnu Malik bertanya pada ulama itu "Apakah engkau Ibnu Muti guruku?”

" Ya aku Ibnu Muti gurumu" jawab ulama itu seketika wajahnya tampak terlihat jelas.

Ibnu Malik merasa malu setelah tahu bahwa ulama itu ternyata Ibnu Muti gurunya, Seketika ia terbangun dari tidurnya.Dia tersadar bahwa ia tak boleh merendahkan martabat guru.

Sebab Ibnu Malik tak akan mampu menulis Kitab Alfiyyah yang berisi seribu halaman yang khusus membahas ilmu nahu sharaf kalau tidak ada jasa gurunya yaitu Ibnu Muti.

Setelah peristiwa mimpi itu Ibnu Malik kembali meneruskan tulisannya dan memuji gurunya Ibnu Muti dengan kalimat “Wahuwa Bisabqin Haijun Tafdhila, Mustaojibun Tsanaiyal Jamila,” artinya Alfiyyah karya Ibnu Muti lebih bagus dari Alfiyyah dirinya sabab gurunya sudah lebih dulu menulisnya.

Ada satu hal yang bisa kita petik dari kisah ini supaya kita menghormati guru kita, meninggikan martabat mereka karena kita bisa begini berkat jasa guru.