Ida Hardini

Alhamdulillah Inilah ujung penantian ku yang panjang dengan khayalan dan keinginnku untuk mulai belajar menulis..ku temukan wadah untuk menuangkan emosi d...

Selengkapnya
Navigasi Web

Bidadariku

Bidadariku

Ramai riuh di halaman siswa di sekolah menengah atas saat jam istirahat , nampak seorang ibu mengamati keramian kegembiraan siswa siswi , lama beliau melihat sembari menarik nafas panjang . Kudekati wanita paruh baya tersebut nampak berlinang air matanya . “ Kenapa bu “ , dari sorot matanya terpancar harapan , dalam senyum yang dipakasakan dia bertutur , “ Saya memiliki seorang putri yang saat ini usianya hampir dua puluh dua tahun dengan kondisi fisik yang yang tidak normal tidak bisa bertutur kata, tidak bisa berjalan motoriknya terganggu ,hanya tidur dan tertawa mengiasi hari hari nya “.

“ Ayahnya telah berpulang kehadapan Ilahi, Saya tidak pernah mengganggap dia tidak normal ,dalam keterbatasannya dia selalu menunjukkan kesabaran , ketenangan keikhalasan , mengisi hari hari dalam sepertiga malam dia selalu terbangun dalam tangisnya , mengingatkan saya untuk merendah dalam heningnya malam kehadapan Sang khalik. “

Sejenak wanita itu tampak menarik nafas panjang sambil terus mengamati pola tingkah laku anak anak dengan mata yang berkaca kaca. Tampak ketegaran nyata dalam sosok wanita itu , dia tersenyum dan kembali melanjutkan kisahnya , “

“ Saya tidak pernah malu dan sedih dengan kondisi fisik dan mental putri dalam keterbatasan , hanya dalam batas pandang manusia semu didunia , bersyukur Sang Khalik telah membuat tabungan akhir yang akan mempertemukan kami disurga kelak “

“ Yang saya sedihkan anak anak yang dilahirkan dengan kesempurnaan fisik kepandaian bisa bersekolah , justru banyak yang membuat noktah noktah hitam dalam pergulannya yang meramaikan dunia malam , bersahabat dengan alkohol, narkoba, dan tidak sedikit yang merelakan kegadisannya hanya karena uang untuk memenuhi kemewahan hidupnya , pergaulan bebas seolah mereka terlahir dari sebongkah batu cadas yang tidak bisa membuat pertanggungjawaban kelak dihadapan Ilahi “.

Bel panjang berbunyi satu demi satu mengheningkan keriuhan dihalaman sekolah , senyum bahagia kembali terpancar dalam sosok wanita itu , satu kata yang berkesan ketika beliau berucap “ Bidadariku..”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post