Idal

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Marah Tanpa Alamat

Sudah 6 tahun saya mengajar di sekolah. Sejak tahun 2017 sampai sekarang. Pengalaman mengajar boleh dikatakan secuil. Namun, bagi saya pengalaman adalah guru terbaik sepanjang hidup. Kenapa tidak? Ya, satiap hari saya datang ke sekolah membawa misi kebaikan dan segudang harapan untuk anak bangsa. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan dan tahun berganti. Semua itu, saya jalani dengan penuh suka dan duka.

Di sekolah, saya hampir tak pernah ada masalah. Saya tak pernah marah. Baik kepada sesama guru maupun kepada siswa. Di sekolah, saya bersosial sangat baik. Saya tak banyak neko-neko. Apapun kegiatan sekolah selalu saya ikuti dengan baik. Namun, berbeda dengan kasus yang saya hadapi ini. Suatu ketika, seorang guru mengundang saya untuk menghadiri pesta pernikahan adiknya. Seperti biasa kalau ada undangan pesta, biasanya saya selalu pergi bersama-sama setelah pulang sekolah di hari Sabtu.

Tapi entah kenapa berbeda dengan kasus yang satu ini. Biasanya kalau ada undangan pesta, saya yang duluan menawarkan kepada kawan-kawan untuk pergi bersama. Maklumlah, kan bisa boncengan. Selain dapat bonus boncengan, juga dapat bonus candaan dan tawa di sepanjang jalan. Tapi, kalau saya yang mengajak, justru saya juga yang membonceng mereka. Kalau saya memang tak pernah dibonceng. Hehe…

Ketika kawan seperjuangan berjanji akan pergi barengan menghadiri pesta, di situlah amarah saya memuncak naik 17 setan. Kenapa tidak? Coba bayangkan. Dia sudah berjanji untuk pergi bersama, tapi ia lupakan begitu saja. Pengkhianat janjikah dia? Ia. Saya sudah berharap bisa pergi bersama dia, namun dia pergi bersama yang lain tanpa sapa. Dia sudah berjanji akan dihubungi via telepon. Namun, penugguan saya berakhir sia-sia saja.

Terus saya tunggu, sampai sore berakhir juga tak ada kabar darinya. Jangankan telepon, SMS pun tak ada menyapa HP saya. HP saya hening, sepi membisu dalam saku menunggu. Hati saya jengkel. Hati saya marah membeludak seolah tak akan berteman lagi dengannya. Besok mungkin saya tak menyapanya lagi di sekolah.

Keesokan harinya di sekolah, eh malah saya yang mengajak dia makan di kantin. Rupanya saya tak bisa meniympan dendam pada orang lain. Rencana saya akan memberikan pelajaran kepada dia, tapi malah saya tak bisa. Bertemu seperti biasa, tegur sapa seperti tak terjadi apa-apa.

Akhirnya dendam itu saya telan bersama makanan di kantin sekolah. Jengkel telah membuat saya marah tanpa arah. Tapi tak mampu memutus ukhuah. Setelah saya sadari, ternyata di setiap masalah pasti ada sulusinya. Tak ada gunanya dendam. Tak ada gunanya jengkel. Semua itu hanyalah bisikan setan belaka untuk merusak ukhuah.

Terima kasih..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sabar ya pak.........

11 Mar
Balas

Heheh...Siap buk..

11 Mar

Heheh...Siap buk..

11 Mar

sabar dan memaafkan obat segala penyakit mah pak....

11 Mar
Balas

Semangat ya pak . . .

11 Mar
Balas



search

New Post