ida lestari

Ida Lestari, saya adalah orang sederhana. Guru adalah profesi yang mulia, itulah kenapa saya selalu jatuh cinta pada profesi ini sejak di bangku sekolah. mengaj...

Selengkapnya
Navigasi Web
JANGAN PAKSA LELAKIMU!

JANGAN PAKSA LELAKIMU!

JANGAN PAKSA LELAKIMU!

Para istri pasti ingin suaminya menjadi lelaki yang sempurna. Menjadi tumpuan hidup dalam suka maupun duka. Tapi seperti kita tahu, Noboby’s perfect, karena kesempurnaan itu adalah milik Tuhan semata. Seringkali sahabat maupun guru di tempat saya curhat soal suaminya yang begini maupun begitu. Masalah akan timbul saat lelaki kita paksa menjadi seperti yang kita mau.

Guru seni budaya di sekolah saya bilang, “Suami saya sama sekali nggak romantis. Cueknya sangat super. Sungguh tidak enak hidupku.” Muncullah masalah saat dia memaksa suaminya bersikap lebih romantis. Di anniversary pernikahan mereka yang ke 10, suami mengupload foto pernikahan dengan caption “sah”. Komentarpun bermunculan. Banyak yang mengira suaminya menikah lagi. Gosippun terdengar oleh sang istri yang langsung mencak – mencak. Eh lha dalah, ternyata waktu masih muda, sahabat saya itu begitu langsing. Sekarang saya menebak, berat badannya sudah naik 25 kg saat ia menunjukkan foto yang di up load sang suami. Ditambah make up yang begitu sempurna, wajah jawanya berubah menjadi se ayu putri keraton. Tawa saya pun pecah seketika membaca komentar dalam FB suaminya. Banyak yang tidak mengenali wajah si wanita saat dia masih kinyis – kinyis seperti buah stroberi.

Lain halnya dengan teman lama yang selalu komentar bahwa saya beruntung karena suami saya pinter masak. Ya iyalah dia kan usaha di bidang kuliner, makanya saya sering up load foto masakannya, itu kan strategi pemasaran. Iklan gratis. Teman saya maksa suaminya mencoba masak. “Laki – laki juga harus enak kalo masak. Istri sakit jangan hanya dibelikan saja pa. Aku pingin papa masak spesial, biar aku cepat sembuh,” dia merayu. Alhasil, berbekal resep masakan dari hasil googling, dia mencoba membuat bubur ayam untuk istrinya yang sedang meriang. Hua…sang istri nangis bombay. “Asin pa…wes nggak bakat blas,” dia membanting piring secara spontan. Lagi – lagi saya tertawa.

Suami yang baik juga harus bisa momong anak. Tidak hanya bisa membuat anak. Begitu komentar ibu – ibu di komplek perumahan saya. Bu Heri namanya, suaminya seorang PNS yang sangat sibuk dan sering tugas keluar kota. Si istri capek dengan dunia rumahnya. Dia bilang ingin punya “me time”. Suami harus mau bergantian mengasuh anak. Tak peduli argumen suaminya.

Pergilah si istri ke salon untuk facial dan creambath. Paling tidak butuh 2 jam untuk memanjakan diri disana. Baru sejam rambutnya dipijat lembut oleh terapis, panggilan masuk, WA, BBM sudah ribut sekali suaranya. Coba tebak dari siapa? Ya dari suaminya lah! “Ma..Nisa jatuh. kakinya bengkak dan berdarah. Nangis manggil mama terus. Gimana ini? Ma…cepat pulang ya!” Dengan wajah dongkol, Bu Heri langsung minta perawatan rambutnya di stop dan melaju kencang pulang . Kali ini saya tidak tertawa. Saya diam seribu bahasa.

Oh sungguh malang nasib para istri diatas. Seorang suami yang tidak romantis, berupaya menyenangkan istri dengan membuat kejuatan. Unggahan foto di FB malah membuat istri salah sangka. Yang ingin suaminya lihai memasak juga harus rela menelan bubur ayam yang jauh dari kata enak. Terakhir, Bu Heri tetangga saya itu. Ingin melatih suami menjadi a good daddy, malah berahir runyam.

Andai istri tidak memaksa suaminya romantis. Jika saja urusan masak – memasak tetap ditangan istri atau penjual yang sudah teruji kemampuannya. Apalagi jika Bu Heri bijak, ke salon dengan diantar suami dan anaknya. Pastilah tidak akan lahir konflik.

Kejadian diatas memberi saya ilham, bahwa biarlah lelaki menjadi lelaki apa adanya. Yang tidak romantis bisa mencintai istri dengan caranya sendiri. Toh suami saya juga tidak romantis. Tapi soal memasak dan mengasuh anak, dia luar biasa. Saya kalah sabar menangani anak yang rewel. Saya tinggal tugas luar kotapun, there’s no problem.

Lain lagi ceritanya, saat rumah seperti kapal pecah. Mainan anak berantakan. Cucian segunung. Piring tidak ada yang bersih. Lantai lengket karena tumpahan susu. Dia bergeming. Melihat saya mondar – mandir, cemberut sambil membereskan rumah. Dia cuek. Oh lelakiku kenapa denganmu? Ya itu tadi jawabannya. Jangan paksa lelakimu!, karena tiap lelaki punya kompetensi sendiri. So,cintailah lelakimu seperti dia mencintaimu apa adanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Boleh pak,tp y menulis apa dl,menulis status atau komentar hehe...kl yg pny niat y menulis yg bermanfaat,macam para lelaki divblog gurusiana ini.ayo pak wayan menulis!

26 Jul
Balas

Hehe trims bu prapti,krn sy sulit kl nulis formal

27 Jul
Balas

"cintailah lelakimu seperti dia mencintaimu apa adanya." Setuju sekali bu.

26 Jul
Balas

Iya pak,it a just alias harus

26 Jul

Saya paling ngefans dengan cerita bu ida kocak habis

27 Jul
Balas

Kalau dipaksa menulis, boleh ya Bu?

26 Jul
Balas



search

New Post