MENGGUGAH SKILL MENULIS SISWA MELALUI ENGLISH WRITING WORKSHOP

Menulis adalah kegiatan yang mempunyai banyak manfaat. kegiatan ini juga bisa menjadi tolak ukur seberapa besar pengetahuan seseorang. Menulis juga bisa dijadikan ajang untuk menghilangakan stress dan beban lain yang sedang menghimpit. Menulis adalah berkarya, melalui setiap bait dan baris kata yang memberikan makna. Permasalahannya adalah, budaya menulis masih sangat memprihatinkan. Apalagi menulis di kalangan siswa. Orang dewasapun cenderung enggan untuk menulis. Beberapa faktor bisa menjadi penyebabnya. Tidak cukup waktu, sulit untuk memulai, ada juga yang mengatakan “stuck” tidak ada ide untuk melanjutkan atau susah mencari tema untuk ditulis.

Salah satu cara yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 9 Bojonegoro, Jawa Timur adalah dengan melaksanakan program writing workshop. Program yang berjalan sudah hampir 2 tahun ini dibimbing oleh volunteer dari Peace Corps Organization yaitu Edward Well. Program yang rutin dilaksanakan setiap satu bulan sekali ini membawa perubahan yang cukup signifikan pada minat siswa untuk menulis.

Fokus pada writing story, siswa diajak berpetualang dalam karya fiksi “Numbers in the Dark” Italo Calvino. Siswa dipandu untuk membaca cerita pendek. Pada kegiatan workshop semua peserta berbagi informasi tentang apa yang mereka sukai, dan apa yang tidak mereka sukai. Untuk kreatifitas menulis mereka juga diasah kemampuannya untuk menuliskan poin baru yang bisa digunakan untuk mengembangkan cerita. Take home exercise diberikan dalam bentuk menulis. Peserta diberikan sebuah tema untuk dikembangkan menjadi cerita. Pada petemuan berikutnya peserta akan membacakan cerita yang telah dibuat. Peserta lain akan memberikan komentar tentang apa yang mereka sukai dan apa yang tidak mereka sukai. Edward Wells memberikan teori – teori menulis seperti ice berg teori dari Ernest Hemingway, direct and indirect information, redundancy, repetition, writing craft, dan juga epistolary.

Apakah tak ada tantangan dalam program menulis ini? menjaga mood siswa untuk terus menulis itulah tantangan terbesar dalam program ini. Edward pun memberikan ice breaker dengan game selama workshop. Sharing tentang budaya Amerika, pendidikan, serta budaya menulis disana bisa menjadi obat penyemangat siswa. Di amerika sudah ada kelas menulis di setiap jenjang pendidikan. Sebuah kutipan yang menarik dari Ernest Hemingway, There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed.” (Tak ada yang perlu ditulis. Hal yang perlu anda lakukan, duduklah didepan mesin ketik dan mulailah). Penulis, novelis dan wartawan Amerika tahun 1900 an yang sudah membuat banyak karya besar di dunia itu menginspirasi para peserta workshop melalui kutipan tersebut. Siapapun bisa menulis, hanya dibutuhkan niat yang kuat untuk memulainya, dan konsisten ketika sudah menjalaninya. Edward sebagai pemandu dalam program writing workshop memfasilitasi peserta yang tertarik ikut kompetisi menulis yang diselenggarakan oleh Peace Corps. Sebuah tantangan untuk mengasah kecintaan dan kompetensi kita dalam dunia menulis. Jangan pernah lewatkan ahri tanpa menulis, meskipun hanya satu atau dua kalimat. Berkaryalah dalam tulisan, karena karya itu yang akan mencatat waktu yang berlalu yang tak bisa kita putar. Semangat!!!