ida lestari

Ida Lestari, saya adalah orang sederhana. Guru adalah profesi yang mulia, itulah kenapa saya selalu jatuh cinta pada profesi ini sejak di bangku sekolah. mengaj...

Selengkapnya
Navigasi Web
SANTEN APA SUSU

SANTEN APA SUSU

Mataku masih terasa berat. Alarm sudah berbunyi tapi selimut kutarik lagi. Kenapa hawanya begitu dingin? Wah aku baru ingat ternyata aku berada di Jakarta mengikuti Lokakarya Penulisan Buku Karya Kreatif. Segera kubasuh mukaku untuk mengusir kantuk. Sendirian aku turun ke bawah untuk makan sahur. Wah masih lumayan sepi. Kusapu pandangan mata ke segala arah, mencari – cari adakah yang ku kenal. Aha...aku melihat ada teman dari Tulungagung dengan beberapa rekan sedaang menikmati sahur.

“Boleh bergabung?” Aku tersenyum pada mereka. “Mari...silahkan.” Jawab bu Tutik ramah. Orang Tulungagung memang ramah – ramah. Aku berani menjamin, karena suamiku juga asli dari Tulungagung.

Kuletakkan piring di meja dan mulai menikamti santap sahur. Alhamdulillah, tumis packcoy ini begitu lezat. Membuat aku rindu pada suami di rumah yang selalu jago mengolah packcoy menjadi sayur yang ekstra delicious. Sedang sahur pakai apa dia di rumah ya? Ah aku tidak perlu khawatir karena dia kan ahli masak. Kulihat Bu Endang yang sedang asyik menikmati menunya. Tiba – tiba seorang teman dari Malang, namanya Bu Prapti berkata “Itu bubur kayaknya enak ya, nah yang di sebelahnya itu putih warnanya pasti santen. Enak kayaknya makan yang anget – anget.”

Ibu di sebelah saya, waduh saya lupa namanya siapa, tapi saya masih ingat wajah si ibu yang ramah itu, menjawab “Kayaknya itu bukan santen bu...itu pasti susu.”

Saya mulai tertarik dalam pembicaraan santen apa susu ini saat Ibu ramah tadi menambahkan “Kalau hotel itu standart nya susu bu, kan lebih pas di lidah siapapun.”

“Saya jadi penasaran bu, kalau Jawa Timur itu pakai santen bu...bubur gandengannya ya santen,” Bu Prapti masih berpendapat bahwa yang ada didalam wadah itu adalah santen.

“Saya ada ide bu,” Aku menyela pembicaraan mereka.

“Coba saja dibuktikan, ambil menu bubur itu, pake yang putih – putih itu, nanti kan akan ketahuan dari rasanya itu santen apa susu,” aku berkata sambil mengunyah kentang goreng.

Tanpa berpikir panjang lagi, Bu Prapti berdiri dan berkata “Iya bu ya...kenapa gak dicoba saja.” Ia berjalan ke arah bubur dan zat cair putih misterius itu. Tak berselang lama dia datang membawa cangkir dengan uap putih yang masih mengepul.

“Panas bu?” Aku bertanya

“Iya, nah, coba tebak, ini santen apa susu?” Dia tersenyum lebar sambil menyesapnya. Tampak sangat nikmat.

‘Susu bu...” Jawabku. Tak mugkin Bu Prapti menikmati santen dalam cangkir, apalagi tanpa buburnya.

“Iya benar, ini susu plain tanpa rasa.” Bu Prapti menikmati susu yang disangka santen hingga tetes terakhir. Tak mau ketinggalan, Bu Tutik beranjak dan menikmati penutup santap sahur dengan secangkir bubur susu, bukan bubur santen seperti di pasar yang ada di Jawa Timur. Semoga puasa esok dalam lokakarya ini bisa senikmat susu atau santen ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post