Ida Rozalina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mimpi Anak Seorang Buruh

Mimpi Anak Seorang Buruh

MIMPI SEORANG ANAK BURUH

Untuk pertama kalinya aku melihat air mata itu jatuh. Wajah pesimis yang aku lihat dulu tak lagi nampak hari ini. Aku tahu, tapi ia berpaling. Mencoba menyembunyikan wajah sendunya dari hadapanku. Ayah.

Aku adalah anak seorang buruh. Setelah lulus SMA tidak terlintas sedikitpun dipikiranku untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Bukannya tidak tertarik, tapi aku tidak ingin terlalu banyak berharap. Kemudian akan kecewa pada akhirnya. Jadi aku memberikan asumsi terhadap diriku sendiri untuk tidak memikirkannya. Bekerja di klinik pengobatan, bekerja di toko baju, di toko buah hingga menjadi pramuniaga di sebuah supermarket aku jalani.

Hari ini aku berdiri disini, bersama dengan 9 wisudawan dan wisudawati terbaik lainnya untuk memperoleh penghargaan. Akhirnya aku dapat memandang wajah ayahku tanpa ragu dan membuktikan kepadanya bahwa ‘aku anak seorang buruh bisa menjadi guru’. Tapi apakah perjuanganku sudah selesai? Jawabannya adalah ‘belum’. Justru ini adalah awal.

Seperti yang kita ketahui, salah satu masalah krusial dalam dunia pendidikan di bangsa ini adalah berkaitan dengan pemerataan jumlah tenaga pendidik. Disatu sisi, ada sebagian wilayah di Indonesia kekurangan jumlah guru. Sehingga ada guru yang harus berjuang ekstra keras untuk mendidik siswa-siswinya. Namun disisi lain, jumlah pengangguran tenaga pendidik juga tidak kalah banyak. Sehingga tidak jarang, banyak lulusan dari jurusan pendidikan yang menganggur atau banting setir bekerja dalam bidang lain. Benar. Pengangguran tenaga pendidik biasanya berkumpul pada satu titik. Kenapa mereka tidak menyebar atau mencari lowongan di daerah lain. Jawabannya cukup jelas. Mereka tidak mau mengambil resiko, karena seperti yang kita ketahui, kesejahteraan guru wiyata bakti belumlah terjamin. Upah yang mereka peroleh tentu tidak dapat menutup jumlah biaya merantau dan biaya-biaya lainnya.

Tetapi tidak denganku. Sekali lagi aku ingin membuktikan pada Ayah bahwa ‘aku anak seorang buruh bisa menjadi guru’. Tentu aku tidak akan tinggal diam. Setelah ditolak disana-sini, aku mulai mencari peluangku di kota. Cukup tidak cukup upahku nanti yang terpenting saat itu adalah aku harus mengamalkan ilmuku. Aku harus jadi guru. Lalu apa yang terjadi selanjutnya?

Penulis adalah peserta SaGuSaBu Purbalingga

Ida Rozalina, S.Pd dari SDN 1 Penambongan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus bu, penulisannya sdah sprti penulis..

30 Oct
Balas

Kita pasti bisa. Semangat bu. Semngat menulis.. Semngat segalanya. Smga dimudahkan ya bu. Aamiin.

31 Oct
Balas

aamiin..ayo belajar sama-sama bu..kita bisa buat buku

31 Oct
Balas

aamiin

31 Oct
Balas



search

New Post