#TantanganaGurusiana

Terus terang sebenarnya saya sekarang sudah agak bimbang untuk meneruskan menulis tantangan Gurusiana. Malam ini saya mengantuk berat sampai tertidur. Saya sempat berpikir 'ya sudahlah saya akhiri saja'. Berhenti saja menulis tantangan. Yang penting kan bisa menulis kapan saja saya mau. Jadi bukan setiap hari.

Tapi anak saya si bungsu yang berbaring di sebelah saya berkali-kali membangunkan saya dan mengingatkan saya untuk menulis tantangan Gurusiana. Berkali-kali juga saya terbangun kemudian tidur lagi. Sampai-sampai suami saya bilang 'kok Adek yang repot? Mami sudah tidur itu. Biarkan saja.' Namun anak saya ini kembali membangunkan saya. Ia tidak rela kalau saya remedial lagi.

Namun akhirnya saya pun terbangun dan kembali menulis lagi. Malam sudah semakin larut. Tapi anak saya belum juga bisa tidur. Akhirnya tangan ini pun mengetik kata demi kata, kalimat demi kalimat dalam suasana masih mengantuk.

Saya berpikir apa lagi yang mau saya kejar dari Gurusiana ini. Tokh saya sendiri belum tahu saya ini sedang menulis di tantangan ke-berapa. Teman saya juga sangat minim. Maklum, saya jarang SKSS, apalagi sekarang ini. Memberi komentar di Facebook grup juga jarang. Mengikuti lomba bulanan saja sudah seperti kehilangan hasrat. Apalagi lomba tematik. Wah, belum pernah saya ikut. Dan belum terdorong untuk ikut. Jadi apalagi kalau begitu. Saya menulis dengan sisa semangat yang ada walau kecil. Namun walaupun saya jarang mengunjungi, tapi ada beberapa teman Gurusianer yang masih mau mengunjungi lapak saya. Terus-terang saya begitu senang. Walau hanya satu atau dua orang saja yang berkunjung.

Saya tidak tahu pasti saya ini sedang di titik mana. Namun masih ada juga angan saya bisa menyelesaikan tantangan Gurusiana 365 hari. Tapi saya tidak tahu apakah itu bisa melihat semangat saya yang masih labil. Semoga saat jalan menuju ke 365 hari, ada mukjizat, ada perubahan, semangat baru, motivasi baru muncul kembali. Dan tulisan ini pun jadi berkat Dibangunkan si bungsu.

Medan, 17 Februari 2020