Kalau ditanya “Siap menulis?” Beranikah kita jawab “Siapa takut…” atau “Menulis, yes!”

Ya, keberanian menulis, unsur penting yang ditanamkan oleh narasumber, Mr. Mohammad Ihsan dan Mr. Eko Prasetyo maupun oleh pejabat dan panitia dalam Pelatihan Sagusabu di Banjarnegara. “Jangan ragu dan jangan takut gagal karena oranglain yang akan menilai tulisan kita”. Luarrr biasa….Kesempatan berharga yang tak boleh dilewatkan. Meski harus menempuh lika-liku perjalanan lintas kabupaten yakni Kebumen-Banjarnegara, tidak menyurutkan niat mengikuti kegiatan ini agar dapat membuat ‘tulisan layak baca’ sehingga perjalanan jauh meninggalkan orang-orang tersayang tidak menjadi hal yang sia-sia.

Reaksi setelah menikmati segelas dawet ayu spesial khas Banjarnegara ini semakin membakar semangat ingin cepat-cepat membuat tulisan. Apalagi bagi saya guru SD, yang harus selalu “lapar ilmu” karena harus menguasai berbagai mata pelajaran. Sehingga nantinya dapat ditransfer kepada siswa. Dengan guru berilmu, siswa semakin maju. Saya jadi berpikir, semangat saya memberi motivasi yang menggebu-gebu kepada siswa tidak akan ada artinya tanpa bukti yang menguatkan apa yang saya sampaikan, baik dalam hal akademik maupun non akademik terutama hal pembentukan karakter.

Arti penting sebuah tulisan membuat saya ingin menuangkan gagasan, ide, maupun pengalaman hidup yang dapat dibaca, dipahami, dan diambil hikmah. Karena dalam hidup ini, tidak semua hal harus dialami sendiri oleh seseorang apalagi peristiwa menyedihkan ataupun negatif. Dengan membaca pengalaman hidup orang lain, tentunya generasi penerus dapat memilah dan memilih serta meminimalisir kejadian dengan solusi preventif agar tidak terjadi pada generasi berikutnya. Selaras dengan buku yang ditulis oleh Mr. Mohammad Ihsan “ Guru Mati Meninggalkan Buku”.

Dalam tantangan menulis, saya ingin menceritakan penggalan pengalaman hidup yang saya alami, berisi kolaborasi antara suka dan duka serta hal tak terduga lainnya. Selama ini, saya bercerita kisah hidup ke teman-teman hanya dalam rangkaian kata meski mereka ikut berkaca-kaca, terharu, sampai meneteskan air mata, berganti raut berbinar-binar di akhir cerita, namun itu tak akan dapat disimak generasi berikutnya tanpa tertuang lewat tulisan bermakna. Di media sosial seperti facebook, saya pernah bergurau di kolom komentar, suatu saat perjalanan dan pengalaman hidup saya bisa dibuat menjadi buku. Satu kata “Yes”…Wah, semoga inilah awal perjalanan menulis terwujud dengan bimbingan para ‘master' berpengalaman yang tidak mengenal kata lelah itu.

Penulis adalah peserta Pelatihan Sagusabu Banjarnegara