BULLYING LUKA PSIKOLOGIS!
BULLYING: LUKA PSIKOLOGIS!
Oleh: Ika Iffah Ilmiah
Bullying menjadi tren dikalangan masyarakat. Tren ini meninggalkan luka yang dalam bagi korban, bahkan trauma psikis hingga berujung kematian. Lalu, siapakah yang harus bertanggung jawab terhadap kondisi ini?. Korban atau pelaku?. Mari kita telaah bersama faktor, bentuk, dan solusinya.
Bullying menurut KBBI adalah perundungan. Asal kata “bully” adalah rundung, yaitu mengusik atau mengganggu secara terus menerus yang akan menyusahkan korban. Bullying dapat dilakukan secara langsung atau tidak (cyberbullying). Sedangkan menurut American Psychatric Association (APA), bullying adalah perilaku agresif yang memiliki tiga keadaan, yaitu: (a) perilaku negatif yang bersifat membahayakan atau merusak; (b) perilaku yang diulang dalam jangka waktu tertentu; dan (c) kondisi ketidakseimbangan antara kekuasaan atau kekuatan dari pihak-pihak yang terlibat. Ketiga keadaan tersebut menyebabkan korban menjadi cemas, trauma, dan tidak nyaman.
Fenomena bullying menjadi semakin parah saat orang tua tidak tahu cara melindungi anak-anak mereka dari fenomena tersebut. Bahkan orang tua juga tidak tahu kalau anaknya merupakan korban, saksi atau pelaku bullying. Sungguh ironis!. Karena itu, dibutuhkan pemahaman atau pengetahuan awal dan menyeluruh tentang bullying. Deteksi awal menjadi cara tepat untuk mencegah terjadinya fenomena tersebut.
Beberapa faktor yang menyebabkan bullying, yaitu: (a) orang tua adalah role model bagi anaknya. Sehingga keluarga adalah tempat awal tumbuh kembang karakter anak. Jika anak diperlakukan dengan kasar maka anak akan tumbuh dengan karakter yang sama. Ini akan berdampak pada pergaulannya kelak; (b) lingkungan ada dua, yaitu lingkungan rumah dan sekolah. Keberadaan lingkungan yang sehat akan memberikan karakter baik terhadap anak; (c) teman sebaya. Pada suatu masa, anak mengambil keputusan tanpa melibatkan orang tua. Disinilah peran teman sebaya memberikan pengaruh terhadap keputusan tersebut. Sehingga muncullah kalimat “mencari teman yang tepat, terhindar dari petaka”; (d) lingkungan sekolah. Kurangnya kasih sayang di rumah karena kesibukan orang tua atau kondisi orang tua yang terlalu memanjakan anak (orang tua hanya memberikan sedikit tuntutan atau pesan hidup bagi anaknya). Maka lingkungan sekolah menjadi muara anak untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Dari fenomena ini, muncullah kalimat “membeli lingkungan sekolah” bagi orang tua. Karena sekolah merupakan rumah kedua bagi anak; dan (e) media sosial. Keberadaan dunia digital yang semakin pesat menyebabkan perubahan pola pikir anak. Dampak negatif muncul, berupa malas, kurang kreatif, apatis, dan peningkatan sifat agresif.
Bullying ada 2 bentuk, yaitu fisik dan non fisik. Bullying fisik meliputi pemukulan atau perilaku fisik yang meninggalkan bekas luka atau memar. Bullying jenis ini mudah dikenali dan dapat segera diketahui. Sedangkan bullying non fisik adalah bullying yang diungkapkan melalui bahasa atau gerak tubuh. Beberapa contoh bullying non fisik adalah memanggil anak dengan julukan diri atau nama orang tua, memfitnah, mencaci maki, melakukan ghibah, mengucilkan, mempermalukan, melakukan adu domba, dan lain-lain.
Jika terjadi bullying maka harus segera dilakukan penanganan intensif agar tidak berkelanjutan. Beberapa langkah untuk mengatasi bullying pada anak antara lain adalah (a) tunjukkan prestasi. Umumnya pelaku melakukan bullying karena iri terhadap kemampuan korban. Semakin korban meraih prestasi maka pelaku bullying semakin merasa tidak mampu mengalahkan korban; (b) jalin pertemanan dengan banyak orang. Jika korban memiliki circle teman yang banyak dan “sehat”. Maka pelaku bullying akan berpikir dua kali untuk menindas korban; (c) menumbuhkan rasa percaya diri. Pelaku bullying akan senang dan bersemangat jika korban terpuruk dan minder. Karena itu, penumbuhan rasa percaya diri harus selalu dibangun agar pembully jera; (d) menahan diri (tidak terpancing emosi). Sikap tenang dan tidak mudah terpancing akan meredakan pelaku bullying. Karena jika dilawan, pelaku akan semakin menjadi-jadi. Diamkan saja hingga pelaku menjadi kelelahan dan bingung menghadapi; (d) tidak menunjukkan sikap sedih atau lemah. Sikap takut dan cemas akan memberikan efek gembira bagi pelaku. Karena itu, konsisten menjaga sikap menjadi senjata ampuh untuk menghentikan pelaku; dan (e) mendekatkan diri kepada Sang Pencipta menjadi harga mutlak untuk mengatasi bullying.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga lolos artikelnya, Bu.Penanganan atau solusi mengatasi bullyingnya sipp....
Terim akasih, Pak Ma'arif
Terim akasih, Pak Ma'arif
Terim akasih, Pak Ma'arif
Terim akasih, Pak Ma'arif
Keren ulasannya Bu Ika , semoga bisa sebuku
Amin, terima kasih Pak Syaihu
Amin, terima kasih Pak Syaihu
Amin, terima kasih Pak Syaihu
Amin, terima kasih Pak Syaihu
Amin, terima kasih Pak Syaihu
Amin, terima kasih Pak Syaihu
Amin, terima kasih Pak Syaihu
Keren ulasannya Bu Ika , semoga bisa sebuku
Alhamdulillah dapat referensi ilmu baru,
Terima kasih, Pak.