IMAM GHAZALI

Penulis Sedehana asal Jawa Timur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pembelajaran Berdiferensiasi, Jangan Sama Rata!

Pembelajaran Berdiferensiasi, Jangan Sama Rata!

Untuk guru SD, pernahkah ketika proses belajar mengajar berlangsung, ada peserta didik yang tidak suka duduk manis? Mondar mandir ke depan dan belakang. Atau bahkan selalu datang ke meja guru untuk sekedar bertanya. Apakah bapak ibu jadi kesal dan marah dengan anak itu? Jika ya, berarti belum paham tentang gaya belajar.

Untuk guru SMP, pernahkah ketika peserta didik disuruh membaca buku dalam hati, ada satu atau beberapa siswa yang membaca nyaring? Atau membaca tidak dalam hati, tetapi dengan mulut bersuara. Apakah bapak ibu menegurnya? Bahwa suaranya mengganggu siswa lain. Jika ya, berarti belum menguasai gaya belajar.

Untuk yang guru SMA/SMK. Pernahkah ketika bapak ibu meminta peserta didik membaca buku, tiba-tiba ada yang bilang lihat di internet saja atau youtube di laboratorium IT supaya lebih seru? Bagaimanakah tanggapan bapak ibu, apakah marah dan menganggap dia tidak mau belajar? Hanya mau nge-net saja. Jika ya, maka belum mengerti tentang gaya belajar.

Ketiga fakta di atas (level SD, SMP, SMA/K) menuju satu tujuan. Bahwa gaya belajar masing-masing peserta didik tidak sama. Mereka memiliki gaya belajar sendiri. Perlu diketahui bahwa gaya belajar itu ada tiga. Yaitu visual, auditory, dan kinestetik. Ketiganya memiliki karakteristik masing-masing. Inilah yang membuat setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda.

Bagaimana solusi atas fakta di atas? Guru harus tahu dan paham gaya belajar masing-masing siswa. Guru melaksanakan tes diagnostik. Ini dikenal dengan tes awal. Berupa tes gaya belajar atau data tentang gaya belajar siswa sebelumnya. Saat naik kelas, maka bisa diminta data gaya belajar kepada guru kelas sebelumnya. Jika tidak ada, maka segera laksanakan tes gaya belajar.

Pembelajaran berdiferensiasi menyajikan pembelajaran sesuai gaya belajar siswa. Bukan pembelajaran yang menyamaratakan. Saat ini, masih ada guru yang tidak berdiferensiasi dalam pembelajarannya. Pasalnya, satu kelas disamakan perlakuannya. Siswa yang satu mendapat perlakuan yang sama. Yang gaya belajar auditory, visual, dan kinestetik tidak ada bedanya. Efeknya, siswa tidak maksimal dalam belajar. Sehingga motivasi belajar sangat rendah.

Intinya, dengan pembelajaran berdiferensiasi, maka masing-masing siswa mendapat perlakuan belajar yang tidak sama. Mereka sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Penjelasannya, berikut ini!

Pertama, gaya belajar visual. Ini berfokus pada penglihatan. Maksudnya bahwa dia akan lebih fokus mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan penglihatan. Tipe visual lebih menekankan pada warna-warna. Dia akan konsentrasi jika media dan materi pelajaran berwarna-warni. Biasanya, memiliki jiwa seni dengan nilai artistik.

Karakteristik visual yaitu, pertama, lebih mudah mengingat yang dilihat daripada yang didengar. Kedua, lebih suka membaca daripada dibacakan. Ketiga, berbicara dengan tempo yang agak cepat. Keempat, cukup peduli dengan penampilan dan pakaian. Kelima, lebih menyukai berpraktek atau berdemonstrasi daripada berpidato. Keenam, sulit menerima intrsuksi secara verbal, kecuali ditulis. Ketujuh, tidak mudah terganggu dengan keramaian. Kesembilan, suka menggambar apapun di kertas.

Kedua, gaya belajar auditory. Berfokus pada pendengaran atas informasi dan pengetahuan. Tipe ini tidak masalah dengan media atau materi berbentuk visual. Yang penting yaitu mendengarkan yang disampaikan oleh guru dengan baik dan maksimal. Dia cepat menghafal yang didengar. Sedangkan yang dilihat, agak lama menghafalnya atau sulit.

Karakteristik auditory yaitu, pertama, lebih mudah mengingat yang didengar dan daripada yang dilihat. Kedua, lebih senang mendengarkan daripada yang dilihat. Ketiga, merasa tidak enak atau terganggu dengan keramaian. Keempat, merasa sangat kesulitan jika tugas yang melibatkan visual. Kelima, sangat pandai menirukan nada atau suara. Keenam, ketika membaca, lebih suka dengan mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir. Ketujuh, lebih suka diam atau pasif. Kedelapan, mudah mengingat nama orang saat berkenalan.

Ketika, gaya belajar kinestetik. Lebih menyenangi belajar dengan gerakan. Tipe ini tidak hanya sekedar membaca, tetapi dilanjutkan dengan mempraktekkannya. Selain itu, lebih suka menyentuh objek yang dipelajari. Dia akan sangat mudah memahami dengan menyentuhnya. Dia juga lebih banyak bergerak ketika di kelas. Artinya, tidak betah diam. Suka bergerak ke mana-mana.

Karakteristik kinestetik yaitu pertama, senang belajar yang dilakukan dengan praktek. Kedua, sulit dalam menulis, tetapi sangat pandai untuk bercerita. Ketiga, menyukai aktifitas yang melibatkan gerakan tubuh (misalnya menari dan olahraga). Keempat, Saat berkomunikasi dengan orang lain, lebih banyak menggunakan isyarat tubuh. Kelima, ketika menghafal lebih suka dilakukan sambil berjalan.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa ketika pembelajaran di kelas tidak boleh disama ratakan. Namun, dibedakan sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing siswa. Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

11 Nov
Balas

Luar biasa pak... Ijin Copas.

11 Nov
Balas

silakan pak!

11 Nov



search

New Post