Siang kemarin saya menemani istri mampir supermarket. Nyari minyak goreng, nggak ketemu. Ada sih, tapi yang sebotol harganya ratusan ribu. Pastinya itu minyak goreng premium kelas horrang kayyah. Bukan standar rakyat biasa seperti kami. Batal beli.

Malamnya, anak saya ke minimarket dekat rumah. Sama, mau beli minyak goreng. Kosong juga. What?

Baca-baca media online, minyak goreng lagi jadi barang langka sekarang. Rak-rak di minimarket kosong, tanda nggak punya barang. Antrian pembelinya panjang. Begitu pengiriman baru datang, sudah langsung diserbu banyak orang.

Ternyata ini bukan cuma langka dalam pemberitaan media. Staf ahli rumah tangga juga laporan, persediaan di rumah sudah nggak ada. Wah, kalau ini bisa jadi masalah buat saya. Alamat di meja makan nggak ada tempe tersedia.

Tapi saya menemukan cara gampang beli meski minyak goreng meski langka. Gimana?

Belanja online saja. Semalam saya iseng pakai layanan Grab Mart. Masukin keyword minyak goreng, lha kok semua toko yang jualan minyak goreng ditampilkan. Bahkan termasuk toko-toko kelontong di gang-gang atau jalan yang kita nggak pernah ke sana.

Kayak tangkapan layar di atas, Toko Om B itu ya siapa punya? Alamat Tegalsari juga sebelah mananya?

Informasi detil gitu nggak terlalu penting, sebab bukan kita sendiri yang mau datang ke sana. Percayakan pada Mas Ojol. Ongkosnya tertulis hanya Rp 5 ribu untuk pengiriman berjarak 2 km.

Ya sudah, dua tiga kali klik, selesailah transaksi. Sebentar kemudian Mas Ojol sudah tiba di depan rumah. Bawa minyak goreng pesanan. Mudah banget.

Karena sudah punya minyak goreng, pagi ini di meja makan ada menu telur dadar. Yuk, sarapan bersama, hehe...

Surabaya, 4 Februari 2022

/MI