Mohammad Ihsan

Founder & CEO Gurusiana. Pemimpin Umum Media Guru Indonesia (MediaGuru). Pemimpin Umum Majalah Literasi Indonesia. Penggagas gerakan nasional Satu Guru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Nak, Matikan Hape-mu Sejenak!
Source: Freepik.com

Nak, Matikan Hape-mu Sejenak!

Catatan Mohammad Ihsan, Gurusianer MediaGuru

Materi khutbah Idul Adha hari ini (9/6) di Lapangan Hoki Surabaya sangat menarik. Apalagi Pak Khatib menyampaikannya dengan sangat heroik. Ada banyak hikmah kisah keluarga Nabi Ibrahim yang bisa dipetik.

Sejujurnya ada sedikit gangguan di dekat saya. Jamaah muda seusia SMA tak henti memainkan ponselnya. Doi melakukannya begitu selesai salam dan baru berhenti ketika imam memimpin doa. Mengapa saya nggak menegurnya?

Tadinya mau saya ingatkan. Itu sudah sangat sering saya lakukan pas jumatan. Ketika khutbah berlangsung dan ada jamaah asyik hape-hapean, biasanya langsung saya beri isyarat peringatan. Di mana adabnya, lha wong ada khatib berceramah kok sibuk fesbukan, instagraman atau twitteran?

Saya coba ngintip. Apa sih yang dibuka anak belasan tahun itu? Kok matanya seolah tak berkedip dan jarinya lincah skrol naik-turunin layar hape?

Ah, rupanya dia mengakses toko online. Lihat-lihat lapak yang jualan kaos.

Saya kembali menyimak materi khutbah. Keren lho, materi ceramahnya. Mengulas keteladaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dikaitkan dengan konteks kekinian hubungan ayah dan anak. Tapi, kok anak itu nggak mau menyimak, ya?

Hmmm, rupanya dia ganti melihat-lihat iklan sepatu sekarang. Ayahnya yang duduk di sebelahnya tampak membiarkan. Kok diam saja, ya? Harusnya dia nyenggol anak lelakinya. Memintanya mematikan hape dan mulai menyimak khutbah.

Khutbah terus berlanjut. Mata anak di sebelah saya tetap saja memelototi hape-nya. Kali ini yang dilihat-lihat dagangan bola basket. Ayahnya di sebelahnya lagi juga tetap nggak melakukan apa-apa.

Anak itu baru meletakkan HP di pangkuan ketika khatib memimpin doa. Lalu jamaah selesai, dan kami bubaran.

Sampai rumah, saya masih kepikiran. Ah, mengapa tadi saya tak menegurnya? Hanya demi sungkanisme sama ayahnya?

Karena saya biarkan, anak itu jadi tidak tahu, bahwa yang dilakukannya sebuah kesalahan? Arghh... kali ini saya yang menyesal. Telah kehilangan kesempatan berdakwah dan mengajarkan kebenaran.

Untuk menebus kesalahan itulah catatan ini sengaja dibuat. Agar setelah ini, jangan ada lagi jamaah yang mengabaikan khutbah. Orang tua harus mengajari anak etika ketika khutbah dibacakan. Sesama jamaah juga harus saling mengingatkan, agar semuanya fokus memperhatikan apa yang disampaikan khatib.

Hanya dengan cara itulah seluruh jamaah bisa khusyuk mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan dari atas mimbar.

Surabaya, 9 Juli 2022 (bertepatan 10 Zulhijjah 1443 H)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Benar sekali pak Komandan.. Begitulah hari-hari kedepan yang akan dihadapi oleh kita semua. Anak-anak sudah disibukkan dengan kehidupan berbeda, masa bodoh dengan keadaan di sekelilingnya. Bersyukurlah yang memiliki anak dengan akhlaknya yang luhur dan mulia.. Oh ya, tak lupa mengucapkan selamat merayakan Idul Adha 1443H, semoga karunia dan maghfirah Allah senantiasa tercurah kepada kita semua. Aamiin

10 Jul
Balas

Kalau anak-anak yang berbuat begitu mungkin masih bisa kita faham, tetapi malahan ibu-ibu yang sudah mulai bau tanah selfi-selfian pakai mukena. Begitulah kenyataan saat ini Bapak.Selamat Idul Adha Pak komandan.

10 Jul
Balas



search

New Post