Di mana-mana, yang namanya tukang parkir itu berdiri di tepi jalan. Ramah menyambut setiap mobil yang baru datang. Lalu, sigap membantu mencarikan posisi parkir yang kosong.

Tukang parkir satu ini berbeda. Dia hanya duduk di atas kursi rodanya. Tangannya melambai-lambai seperti sedang mengatur kendaraan, sambil terus meniup peluit di mulutnya.

Iya, inilah Pak Parkir di Masjid Jendral Sudirman Surabaya. Saya menjumpainya siang ini, pas jumatan di sana.

Area parkir di lingkungan masjid ini seperti sudah menjadi wilayah kerjanya. Bertahun-tahun menjadi tukang parkir di sini. Saya tahu betul, karena tiap kali ke luar rumah, selalu melewati jalan ini.

Beberapa waktu terakhir memang saya merasakan Pak Parkir sudah semakin sepuh saja. Fisiknya terlihat lebih ringkih.

Tapi mendapatinya hanya terduduk di kursi roda ya baru hari ini. Kebetulan saya memang memarkir kendaraan di dekatnya. Bukan sekadar lewat seperti biasanya.

Pesan saya buat seluruh jamaah yang memarkir kendaraan di masjid, berilah uang parkir yang nominalnya lebih besar ketimbang standarnya.

Lho, dia kan sudah tidak bisa menjalankan tugasnya? Bukankah kita yang harus bersusah-susah memarkir kendaraan sendiri, tanpa keterlibatan dan bantuannya?

Justru karena dia sudah tidak mampu membantu kita, maka kitalah yang harus turun tangan membantunya. Uang parkir yang nilainya tidak seberapa bagi kita, insyaAllah sangat berharga buat Pak Parkir.

Yakinlah, kalau kita mau meringankan beban saudara kita dengan penuh cinta, maka Allah juga akan meringankan beban hidup kita nantinya. Jika kita sering membantu orang lain, ada saatnya Allah akan membantu urusan kita.

Salam Jumat penuh berkah.

Surabaya, 25 Februari 2022

Mohammad Ihsan

IG @mohammadihsan.id