Siti Maspupah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DERADIKALISASI

Deradikalisasi secara bahasa berasal dari kata ”radikal” yang diberi imbuhan ”de” dan akhiran ”sasi”. Secara etimologis “deradikalisasi terbentuk dari akar kata radical yang diawali awalan de yang dalam bahasa Inggris berarti melenyapkan, menghilangkan atau menghapus sesuatu. Kata deradikalisasi diambil dari istilah bahasa Inggris “deradicalization” dan kata dasarnya radical. Radikal sendiri berasal dari kata ”radix” dalam bahasa Latin artinya ”akar”. Menurut ( (Depdiknas, 2008) Radikal adalah perubahan yang amat mendasar. Maka yang dimaksud ”deradikalisasi” yaitu sebuah langkah untuk merubah sikap dan cara pandang yang dianggap keras menjadi lunak; toleran, pluralis moderat dan liberal.

Deradikalisasi merupakan segala upaya untuk menetralisasi paham-paham radikal melalui berbagai pendekatan seperti; hukum, psikologi, agama, dan sosial-budaya ditambah dengan pendekatan afektif, kognitif dan psikomotor bagi mereka yang dipengaruhi atau terekspos paham radikal dan/atau prokekerasan. Menurut data survey Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) bahwa 48,9% siswa setuju aksi radikal, dan 65% mahasiswa setuju aksi sweeping tempat maksiat, dengan alasan perintah agama. Hal ini tentu masalah besar karena telah gagal menumbuhkan sikap kebhinekaan dan toleransi. Walaupun demikian fanatisme dalam beragama tetap harus ditumbuhkembangkan terhadap siswa, sehingga tidak menganggap semua agama benar. Tetapi yang digarisbawahi adalah toleransi dalam beragama.

Sekolah merupakan sarana siswa untuk melakukan proses pembelajaran dari mulai sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sikap deradikalisasi perlu ditumbuhkan dari usia dini hingga usia remaja. Karena hal ini perlu dikembangkan untuk mecapai masyarakat aman, tentram, beragama, dan toleran.

Timbulnya faham radikal dikalangan pelajar tentu menjadikan bahan kajian dan renungan warga sekolah. Pertanyaanpun muncul, “Apa yang menyebabkan terjadinya Radikalisasi di sekolah semakin marak belakangan ini?”.

Pertama yaitu, pemahaman Literal Yang Segmental. Kegiatan membaca tidak hanya sekedar membaca tetapi perlu pemahaman secara sistematis. Membaca adalah suatu aktivitas yang disengaja dan terencana (Zamzami, 1996). Kedua, bacaan Yang Salah Terhadap Sejarah Islam. Beberapa siswa banyak yang mengartikan bahwa jihad adalah membela agamanya dengan cara kekerasan. Misalnya untuk meruntuhkan kaum Yahudi mereka menganggap hal apapun bisa dilakukan sekalipun dengan tindakan kekerasan yang dapat mencelakakan orang banyak. Ketiga, pengetahuan yang kurang memadai dan lingkungan yang tidak mendukung. Pengetahuan tentang pendidikan pancasila yang kurang akan menyebabkan terjadinya kekerasan diantara para peserta didik, serta lingkungan yang kurang mendukung akan menjadikan peserta didik liar sehingga terjadi Intimidasi/bullying, Pungli/pemalakan diantara siswa, Premanisme/tawuran antar pelajar.

Penumbuhan budi pekerti perlu ditanamkan sejak dini untuk mewujudkan generasi berkarakter, berbudaya dan penuh tenggang rasa. Istilah budi pekerti sering kali dipersamakan dengan istilah sopan, santun, susila, moral, etika, adab, atau ahlak (Abdulah Mujib, 2006). Budi pekerti dapat diturunkan dari ajaran agama. Ajaran agama mengajarkan umatnya untuk berlaku dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah agamanya itu sendiri. Tidak ada agama yang mengajak untuk bertindak anarkis, kasar, radikal bahkan doktrin untuk mengikuti aliran ajaran agama tertentu. Selain itu ajaran agama dapat diturunkan melalui falsafah hidup berbangsa dan bernegara. Falsafah tersebut prinsipnya berketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan keharmonisan bersama. Budi pekerti dapat pula diturunkan dari budaya atau tradisi yang melekat pada suatu masyarakat. Tradisi terbentuk karena memilki nilai positif bagi komunitas tertentu. Maka sangatlah penting pendidikan budi pekerti ditanamkan sejak dini guna menggalakan deradikalisasi di Sekolah.

Tindakan preventif deradikalisasi ini adalah sebagai upaya untuk menghindari kekerasan yang dapat merugikan masyarakat. Tidak dipungkiri era abad ini lebih mementingkan pengetahuan, keterampilan terlihat dari porsi ilmu pengetahuan (science), ekonomi, politik, teknologi mendapat porsi yang cukup besar dalam proses pembelajaran di sekolah karena tolak ukur sebuah Negara maju itu dilihat dari sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikian/linier dengan aspek-aspek tersebut. Tetapi alangkah baiknya Jika sebuah bangsa maju diawali dengan kompetensi sikap karena kecerdasan akan sia-sia jika tidak dilandasi sikap yang baik. Maka dari itu tindakan preventif yang dimaksud adalah pendidikan untuk meminimalisasi terjadinya faham radikal dikalangan siswa menengah (SMK) sejak dini.

Pencegahan dari radikalisasi atau deradikalisasi tentang faham keagamaan di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: (1) Perhatian yang tepat para orangtua pada anak; (2) Penjelasan yang memadai (tentang jihad, perang, amal-amal yang senilai jihad, toleransi, budaya dan agama); (3) Pemantauan dan evaluasi terhadap materi dan kegiatan mentoring umum dan keagamaan; (4) Pengenalan dan penerapan pendidikan multikultural. Melalui pendidikan multikultural peserta didik dapat memposisikan dirinya dimana mereka berada, bermasyarakat dengan siapa, seperti apa keanekaragaman di lingkungan sekitarnya dan lain-lain. Langkah ini sebagai identifikasi diri dan lingkungan untuk dapat bermasyarakat di lingkungannya; (5) Menanamkan Aqidah yang benar serta belajar agama melalui ulama. Selain pendidikan multikultural, pendidikan agama/aqidah secara tepat dan komprehensip perlu diterapkan. Ini merupakan pondasi semua tindak-gerak kita di dunia maupun akhirat; (6) Mengembalikan persoalan penting pada umaro dan ulama. Hal tersebut hanya beberapa contoh untuk deradikalisasi preventif.

Sedangkan pencegahan radikalisasi atau deradikalisasi dari tindakan kekerasan yang terjadi di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: (a). Pendidikan formal yaitu sebuah institusi yang mempunyai peranan besar atas pembentukan sikap dan intelektual siswa; (b). Membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat. Pendidikan tidak hanya tugas pendidikan formal semata, tetapi keluarga dan masyarakat mempunyai peranan yang sama besar. Kontrol sosial diperlukan agar perkembangan peserta didik dapat tumbuh seimbang; (c). Sosialisasi sejak dini tentang paham keagamaan. Pendidikan agama secara dini secara komprehensif juga perlu digalakan; (d). Mengadakan Kegiatan/kompetesi siswa antar sekolah. (Lomba Kompetensi Siswa) atau menggelar pagelaran seni budaya/antara sesama SMA-SMK. Dengan melalui berbagai lomba yang sifatnya akademik, olah raga serta kesenian bisa mengalihkan perhatian peserta didik; (e). Memutus mata rantai alumni yang melakukan brain wash (cuci otak) terhadap adik kelasnya untuk melakukan pemalakan beruntun dan menanamkan kebencian terhadap sekolah lain untuk atas nama almamater; (f). Menciptakan Religius Culture. Secara etimologi religious merupakan kata sifat dari religion artinya keberagamaan. Keberagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti segenap kepercayaan kepada Tuhan.

Untuk membangun dunia pendidikan yang prima serta pemahaman deradikalisasi di dunia pendidikan perlu dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan adanya sinergisitas antara elemen-elemen dunia kependidikan, yaitu masyarakat umum, guru dan tenaga kependidikan, pemerhati dan praktisi pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pendidikan dan para pemangku kebijakan.

Siswa berkarakter jauh sangat penting dibanding siswa yang hanya sekedar pintar tapi tidak bermoral. Menurut Kamisa dalam modul guru pembelajar (2016:11), Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, ahlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Berkarakter artinya mempunyai watak dan mempunyai kepribadian baik, tidak kasar/keras, tidak radikal. Deradikalisasi dalam berbagai hal perlu ditanamkan sejak dini. Tindakan preventif dilakukan dengan harapan dapat meminimalisasi radikalisme di kalangan pelajar.

Besar harapan penulis untuk terwujudnya warga masyarakat/generasi penerus yang berkarakter pancasila, taat beragama sesuai dengan agamanya masing-masing, generasi yang mempunyai pengetahuan luas (berwawasan global bertindak lokal), serta menciptakan generasi yang terampil yang mampu membangun bangsa dengan karya dan berjiwa wirausaha.

Hal ini terwujud dengan peserta didik yang mempunyai sikap dan nilai-nilai luhur. Dibuktikan dengan pelajar yang toleran, ramah, santun, menghargai kebhinekaan dan kebergaman yang majemuk. Peningkatan mutu pendidikan akan secara otomatis mempunyai nilai lebih dibanding hanya sekedar nilai kecerdasan/pengetahuan (kognitif) semata. Tetapi diharapkan cerdas bertindak serta bijak menyikapi, yang nampaknya sudah menjadi barang mahal yang sulit ditemui saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. In D. Sugono. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Mujib, Abdulah, J. M. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rohim, F. (2016). Modul Guru Pembelajar. Jakarta: Dirjen GTK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Wikipedia. (n.d.). Retrieved Nopember Wednesday, 2016, from wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Membaca

Zamzami, H. d. (1996). Peningkatan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikti.

http://sc-collection.blogspot.co.id/2011/05/49-pelajar-setuju-aksi-radikal.html

Diakses tanggal 1 November 2016

http://dandea.blogspot.co.id/2009/08/membaca-pemahaman-literal_913.html

Diakses tanggal 1 November 2016

http://fkptdiy.com/urgensi-pendidikan-deradikalisasi-preventif-sejak-dini/

Diakses tanggal 1 November 2016.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post