IIM IMANDALA

Nama lengkap IIM IMANDALA, tercatat sebagai guru Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Cicendo Kota Bandung. Saat ini sedang mendapat tugas belajar di Nanjing Normal...

Selengkapnya
Navigasi Web
KEMERDAKAAN YANG DIRINDUKAN

KEMERDAKAAN YANG DIRINDUKAN

Sudah menjadi tradisi kita setiap tahun memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia dengan berbagai kegiatan. Ada yang memeriahkannya melalui kegiatan perlombaan, pentas seni, karnaval, menghias gapura, penayangan film perjuangan, dan berbagai aktifitas lainnya. Semuanya mengekspresikan rasa syukur dan bangga menjadi bangsa Indonesia yang merdeka. Bahkan mengisi peringatan hari kemerdekaan tidak hanya dilakukan oleh rakyat Indonesia di dalam negeri. Di luar negeri pun peringatan kemerdekaan ini turut dirayakan oleh rakyat Indonesia yang tinggal di luar negeri.

Hingar-bingar dan sorak-sorai ekspresi bahagia dalam peringatan hari kemerdekaan jangan sampai melupakan makna sejatinya. Peringatan yang sudah berlangsung selama ini sesungguhnya memperingati perjuangan panjang bangsa Indonesia melawan penjajahan (kolonialisme dan imperialisme) yang memerintah (overheersen) selain itu mengingatkan pula bangsa ini pada kolonialisme dan imperialisme yang menguasai (beheersen), demikian Presiden RI pertama, Bung Karno mengingatkan.

Setiap peringatan hari kemerdakaan hedaknya selalu diingatkan bahwa kolonialisme dan imperialisme akan selalu bertransformasi menjadi bentuk-bentuk halus agar tetap bercokol demi kekalnya kepentingan dominansni dan penguasaan. Bangsa Indonesia harus terus diingatkan bahwa penjajahan telah bertransformasi dan sudah berlangsung lama menjajah kembali bangsa dan negara ini. Fakta-fakta penjajahan itu dapat diidentifikasi tapi tidak terasa sebagai penderitaan.

Layaknya candu, penjajahan hasil transformasi itu telah membuai bangsa Indonesia sehingga tidak terasa bahwa berbagai bidang telah dikuasai oleh imperialisme dan kolonialisme bentuk baru. Bentuk itu datang dengan penuh kenikmatan tapi sesungguhnya sedang membunuh dan menguasai secara perlahan. Kita dapat mencatat penjajahan itu tengah terjadi, diantaranya pada bidang pertanian, konon katanya kita negara agraris, tapi ternyata 80% kebutuhan pangan Indonesia dipenuhi melalui impor. Petani dan rakyat tidak berdaya dikuasai dan diperintah oleh kekuatan dari luar.

Tidak kalah miris pada bidang minyak dan gas (Migas) bumi, Pkiran Rakyat (2017:26) mencatat 85% ladang mimyak dikuasai asing, 90% produksi gas dikuasai oleh perusahaan asing. Belum lagi bidang pertanahan, telah banyak bermunculan ‘tuan tanah’ asing yang menguasai daratan Indonesia. Seperti mengingatkan kita pada zaman kolonialisme.

Bidang budaya menjadi sasaran empuk penjajahan, sudah banyak budaya dan tradisi daerah yang hampir punah bahkan punah. Banyak generasi muda yang tidak tahu budaya dan tradisi asli khas bangsa Indonesia yang adi luhung. Generasi penerus lebih bangga dengan tradisi dan budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya luhur bangsa ini. Seharusnya ada filter ketika infiltrasi budaya asing masuk sehingga menghasilkan sintesa baru yang positif juga produktif bukan antitesa yang membunuh budaya sendiri.

Pendidikan pun tidak merdeka, telah meresap jauh ke dalam sendi dan jantung pendidikan Indonesia, yaitu rembesan berbagai ideologi liberalisme dan kapitalisme yang pada ujungnya menguasai dan membentuk ‘koloni’ pemikiran yang berlawanan dengan ideologi bangsa Indonesia. Sebenarnya, inilah yang paling berbahaya. Manakala pendidikan telah dirasuki oleh racun ideologi yang bertentangan maka pendidikan akan melahirkan generasi lemah dan mudah dikuasai untuk dijajah kembali.

Pendidikan telah diarahkan kepada ideologi kapitalis bahwa hanya golongan ‘pemilik modal’ (orang kaya) saja yang mampu menyekolahkan anaknya di sekolah berkualitas bagus. Hanya anak orang kaya yang mampu membayar biaya pendidikan di sekolah favorit sementara anak dari keluarga miskin hanya menjadi penonton atau terpinggirkan karena hanya mampu membayar biaya pendidikan di sekolah pinggiran. Anak dari keluarga menengah atas lebih banyak memperoleh pendidikan yang berkualitas bagus artinya mereka lebih berpeluang untuk meraih pekerjaan atau penghidupan yang layak. Sedangkan si miskin tetap terjerembab dalam kemiskinannya. Jadi pendidikan kita telah membuat kesenjangan yang semakin melebar. Pendidikan seperti itu menciptakan kondisi orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin.

Ideologi liberal juga telah merasuki jiwa pendidikan Indonesia sehingga mengantarkan pada pendidikan yang lebih membebaskan akal saja. Logis atau masuk akal lebih diutamakan maka lahirlah generasi yang otaknya cerdas tapi hatinya dan perbuatannya rusak. Lihat saja pelaku korupsi, sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Kebebasan berpikir tanpa dibarengi oleh moral dan aturan agama itulah yang dikehendaki oleh imperialisme dalam dunia pendidikan.

Sudah saatnya bangkit dan melawan berbagai bentuk penjajahan untuk meraih kemerdekaan yang hakiki. Merdeka dari segala bentuk penjajahan yang terus merongrong dengan berbagai muslihatnya. Bangkit mulai dari memperbaiki diri kita sendiri menuju pribadi yang kokoh. Kemudian secara simultan sambil memperbaiki diri, ajak pula keluarga kita untuk sama-sama memperbaiki diri masing-masing. Apabila setiap diri dan keluarga menjadi baik dan mampu menularkan kebaikan itu pada keluarga lainnya maka akan terjadi himpunan keluarga yang mampu mewujudkan masyarakat yang kokoh dan penuh kebaikan. Dari Masyarakat seperti akan muncul imunitas terhadap imperialisme dan kolonialisme.

Masyarakat menjadi penuh kebaikan dan kokoh saja tidak cukup, masih butuh adanya perlindungan dari negara berupa perbaikan berbagai hukum yang kemudian menegakkan hukum itu (law inforcement) sehingga hukum melindungi seluruh masyarakat/rakyat secara adil dan bijaksana. Negara dan produk hukumnya harus mampu melindungi segala bentuk ancaman dari luar yang ingin menguasai dan menjadikannya sebagai koloni.

Sampai disitu saja mampu diwujudkan maka akan menjelma menjadi suatu tatanan negara yang merdeka karena masyarakatnya telah mandiri dan kebal terhadap penjajahan. Selanjutnya, bukan tidak mungkin mampu mengajak bangsa dan negara lain untuk sama-sama membebaskan diri dari belenggu berbagai bentuk imperialisme dan kolonialisme.

Tidak hanya berhenti disitu, jika mampu menghimpun berbagai negara yang telah meraih kemerdekaan hakiki, maka akan menjadi pemimpin dunia. Memimpin dunia tetapi tidak menguasai dan angkuh. Menjadi negara dan bangsa yang adil serta sejahtera tapi banyak memberi serta menebar maslahat. Diakui sebagai negara yang penuh dengan suritauladan, sehingga negara-negara di dunia akan terinspirasi dan bergerak untuk meraih kemerdekaan.

Itulah negara dan bangsa yang telah meraih kemerdekaan yang hakiki. Semoga Indonesia dapat meraihnya tidak hanya merindukannya. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Semoga Indonesia dapat meraihnya tidak hanya merindukannya." Aamiin

16 Aug
Balas



search

New Post