IIM IMANDALA

Nama lengkap IIM IMANDALA, tercatat sebagai guru Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Cicendo Kota Bandung. Saat ini sedang mendapat tugas belajar di Nanjing Normal...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengajaran Membaca Permulaan Untuk Anak Tunarungu

Pengajaran Membaca Permulaan Untuk Anak Tunarungu

Pengajaran membaca di bawah ini merupakan hasil kolaborasi dan elaborasi pengalaman pribadi yang dipadukan dengan kajian teori dan ahli ketunarunguan seperti Toto Bintoro dan Tonny Santosa (2000). Berikut ini diuraikan langkah-langkah pengajaran membaca permulaan melalui pendekatan membaca kata atau kalimat:

1. Ada prasyarat yang harus dipenuhi sebelum anak tunarungu belajar membaca, yaitu anak setidaknya telah tuntas belajar proses percakapan dasar dan visualisasi percakapan.

2. Pada tahap ini anak tidak membaca huruf tapi anak dituntut mengingat dan memahami isi tulisan secara global. Kata atau kalimat yang dipelajari pada tahap ini berasal dari pengalaman atau percakapannya sendiri.

Materi pelajaran membaca diambil dari proses percakapan dasar atau visualisasi percakapan. Anak-anak diajak percakapan tentang pengalaman, peristiwa atau sesuatu yang menurutnya menarik. Percakapan tersebut dituliskan oleh guru/pembimbing dalam bentuk kata atau kalimat yang sederhana. Hindari penggunaan kata atau kalimat yang formal/kaku. Tulisan untuk tahap awal tidak perlu panjang dan boleh tidak runut. Pada saat percakapan boleh disajikan benda kongkrit atau gambar tertentu yang dapat menjelaskan kata dan kalimat yang sedang dipelajari oleh anak.

Jadi anak diajarkan membaca secara global intuitif tidak mengurai kata dengan huruf atau suku kata. Secara perlahan anak-anak tunarungu akan mengingat setiap kata atau kalimat beserta maknanya. Anak akan mengenal tulisan kata atau kelompok kata yang maknanya dipahami secara global intuitif. Perlu diperhatikan bahwa jangan memaksa anak untuk menganalisis bunyi huruf atau mengejanya.

3. Boleh dibantu dengan bahasa isyarat

4. Percakapan yang telah jadi kata atau kalimat ini disimpan dan dicatat sebagai perbendaharaan kata yang telah dipelajari oleh anak.

5. Bacaan yang telah dipelajari secara visualisasi tersebut sebagiannya dijadikan materi untuk materi berikutnya. Jadi materi berikutnya merupakan gabungan dari kata atau kalimat yang sudah dipelajari ditambah kata atau kalimat yang baru, demikian seterusnya berpola seperti itu.

6. Masukan dalam bacaan itu unsur-unsur emosional (senang, sedih, empati, dll).

7. Buatlah visualisasi atau ilustrasi yang menarik, tidak harus indah, tapi komunikatif dan dapat mewakili maknanya.

8. Kumpulkan bacaan yang sudah dipelajari ini menjadi buku bacaan yang menarik.

Proses pengajaran membaca ini sangat kasuistis tergantung kondisi anak-anak tunarungu. Namun secara umum dapat diterapkan secara individual maupun klasikal/kelompok. Pengajaran membaca ini lebih banyak digunakan pada anak-anak yang telah berinteraksi dengan metode maternal reflektif (MMR). Semoga uraian singkat dapat membantu para pembaca sekalian. Untuk diskusi lebih lanjut membutuhkan ruang atau kesempatan yang lebih luas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post