Iin Nuraini

SEORANG GURU KELAS DI KOTA SOLO...

Selengkapnya
Navigasi Web
BACA DAN BACALAH

BACA DAN BACALAH

Literasi adalah kunci kita untuk berdaya” (Najwa Shihab)

Standar literasi di setiap negara memang berbeda-beda. Tujuan dasarnya sama yaitu agar masyarakat memperoleh dan memanfaatkan informasi sehingga informasi tersebut dapat dijadikan gagasan atau ide. Informasi tersebut juga dapat untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari sebab pada dasarnya manusia adalah pembelajar sepanjang hayat.

Hampir di wilayah Eropa, minat baca masyarakat Swedia dan Finlandia mencapai 100 %. Pada tahun 1990, literasi mulai berkembang melalui media digital. Negara-negara maju di Asia seperti Jepang, Korea dan Taiwan telah menggunakan literasi berbasis digital. Pada tahun yang sama Indonesia baru mengembangkan Keaksaraan Fungsional yang mencakup diskusi, membaca, menulis dan menghitung dalam pembelajaran. Jelas, kita tertinggal cukup jauh dengan negara-negara maju. Faktor yang nampak adalah terbatasnya jumlah penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan. Masih banyak penduduk yang tinggal di pedalaman dan sulit dalam mengakses informasi.

Faktor ekonomi juga memungkinkan anak-anak tidak punya kesempatan untuk melihat keluar, karena pandangan orang tua bahwa pendidikan tidaklah penting ketimbang memenuhi kebutuhan hidup, yaitu membantu orang tua bekerja. Dengan kondisi semacam ini, banyak anak di Indonesia terbatas untuk mendapatkan informasi dan wawasan yang luas. Tidak ada waktu untuk membaca, menulis, pun mendengarkan dongeng. Menurut Suroso, (2007;11) tantangan terbesar bangsa yang berminat dengan literasi adalah meninggalkan tradisi lisan (Orality) dan menuju pada tradisi baca tulis (literacy). Walter J. Ong (2013) mengatakan bahwa pergeseran kelisanan menuju keaksaraan terjadi pada aneka seni verbal yaitu sajak, narasi, wacana, deskriptif, seni berpidato,drama, historiografi, biografi, karya-karya filosofis maupun ilmiah.

Membaca adalah keniscayaan yang kudu dilakoni manusia semacam kodrat ilahi agar menjadi insan yang bermartabat. Iqra’ (bacalah) adalah wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Bacalah tanya Malaikat Jibril, sedang beliau tidak bisa baca dan tulis. Bacalah, beliau menjawab lagi “aku tidak bisa membaca”, sampai berulang kali sambil mendekap tubuh beliau dengan erat. Kemudian dilepaskannya lalu mengatakan :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS; Al-Alaq 1-5)

Allah menunjukkan betapa pentingnya ilmu dan membaca dalam kehidupan manusia. Kata pertama dalam wahyu tersebut semacam kata kunci yang penuh makna. Kata yang menghujam hati Rasulullah agar menuntun umatnya pada satu titik yaitu “ilmu”. Dengan membaca, ilmu dapat membantu manusia mencapai tujuan. Ilmu dan pendidikan seperti dua sisi mata uang. Dengan ilmu menjadikan permulaan membangun bangsa yang kokoh, tidak mudah dibodohi dan kuat menghadapi terjangan badai.

Membaca adalah rekreasi yang bermanfaat. Dengan membaca, ilmu kita bertambah. Dengan ilmu, kita jadi bermanfaat. Anak-anak seperti kertas putih yang siap kita isi dengan aksara-aksara penuh makna, jangan kita nodai dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. Mulailah sejak usia dini untuk mengenal buku. Akrabi buku sehingga mereka melek bacaan. Generasi yang melek literasi bukanlah hal yang mustahil. Mulai dari pembiasaan menjadi sebuah kebutuhan.

MEMBACA ITU ASYIK

Anak-anak telah mengenal bahasa sebelum mereka mengenal buku. Dari kecil mereka mendengar dan bercerita meski terjadi tanpa buku. Riwayat keaksaraan bukan tanpa disadari muncul sebagai awal mula penciptaan. Meski ruh yang muncul tidak semegah lisan saat buku disuarakan, diceritakan dan didongengkan. Ada semangat, nada, penekanan dan emosi yang lahir dari kata-kata. Anak-anak akan setia menunggu kata demi kata keluar dari pencerita.

Disisi lain, ada dunia lain yang berdiri saat buku dibuka, kata pertama dibaca dan tokoh, ruang , waktu menjadi ciptaan yang berada dalam imajinasi pembaca. Keberminatan akan buku tidak lagi sebuah niatan semata. Namun sebuah kesadaran utuh untuk mencari dan menamatkan sebuah pengalaman imaji. Bukan juga sebuah keniscayaan akan gaya hidup literer dan aristokrat.

Dari penemuan sebuah candu yang positif itu, zat adiktif tersebut membawa gairah saya untuk menularkan kepada anak-anak didik saya di kelas. Usia yang masih belia membuat saya mulai menyusun strategi agar mereka tidak ‘eneg’ dengan kata ‘membaca’. Mulailah saya membayangkan sebuah perpustakaan mini dalam kelas. Agar anak-anak tidak stress dengan pelajaran di kelas. Sesuai penelitian, membaca mampu mengurangi stres hingga 68%. Harus ada wisata di dalam kelas. Mereka butuh piknik.

Dengan membaca cerita dan melihat ilustrasi gambar yang beragam dapat menyegarkan pikiran anak yang sudah mulai kusut. Ada obrolan disaat mereka membaca buku. Mulai berdiskusi perihal cerita yang dibaca. Ada pertanyaan yang terlontar dari anak-anak kepada gurunya ketika membaca sesuatu yang janggal. Biar saja begitu. Mereka sedang berproses. Wacana dan kenyataan. Ada benturan-benturan yang akan mereka sadari dari hal yang paling sederhana. “Bu Guru...kenapa di gambar ini para perempuan baju nya seperti ini? Tidak pakai kerudung ya?”.

Mulai dengan gagasan sudut baca di kelas, saya mulai woro-woro di media sosial. Adakah mereka keberatan dengan gagasan kecil tersebut karena keterlibatan pengadaan buku dapat ditopang bersama. Buku-buku pun mulai saya kumpulkan dengan mengambil sebagian koleksi di rumah, membeli buku-buku cerita anak, seri cerita nabi dan banyak juga donasi dari wali murid. Saya menekankan tidak perlu harus mendonasikan buku baru, namun buku yang sudah terbaca dan tidak diperlukan lagi. Buku-buku yang teronggok di laci meja akan lebih punya arti saat tersentuh tangan-tangan kecil muridku.

Bagaimana reaksi mereka? Mereka langsung berhamburan menuju ke depan dan menyongsong buku itu dengan wajah ceria. Anak-anak sangat tertarik dengan buku. Mereka lebih baik mojok di kelas sambil membaca buku ketimbang nongkrong di luar. Ada interaksi disitu. Lembar demi lembar dibuka sambil mata terbuka lebar. Sesekali mereka bertanya ketika menemui kata-kata yang sulit. Buku memberi 50% kata lebih banyak dibanding televisi. Sehingga anak yang suka membaca buku memiliki kosa kata yang lebih banyak.

Dalam kehidupan nyata, anak-anak akan mampu lebih memahami karakter seseorang. Dengan membaca tokoh yang pemalu, pemarah, pendiam, dan berbagai tipe karakter mereka akan mampu menyelami dan memahami teman yang memiliki karakter berbeda-beda. Banyak hal yang didapat saat membaca. Saat membaca, kita akan mengingat banyak hal. Kemampuan jangka pedek kita juga akan meningkat. Dan anak yang terbiasa membaca dapat memahami konsep abstrak, menerapkan logika, dan mampu memanfaatkan penilaian yang baik.

Lihatlah, anak-anak tertawa terkekeh-kekeh saat membaca cerita lucu, pun akan protes ketika jalan cerita yang dibacanya terasa kurang menyenangkan. Ekspresi wajah mereka selalu membuatku betah menunggui saat mereka mengaduk-aduk buku di rak buku. Polah tingkah mereka saat berebut buku cerita, mencari tempat teraman saat membaca, berlari sambil tertawa karena menjadi yang pertama melihat buku baru. Rasa lelah seharian langsung tuntas oleh kelucuan tingkah mereka. Ada dunia yang tak bisa direnggut oleh siapapun, saat anak memiliki dunianya sendiri. Buku dan anak-anak telah menciptakan interaksi yang alami tanpa rekayasa. Adakah yang perlu dipaksakan? Tidak ada. Mereka telah menciptakan dunianya sendiri. Luga, tanpa rekayasa. Ada dan tanpa kesepakatan batin. Ini yang perlu saya jaga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post