Tentang Dongeng dan Bagaimana untuk Menjadi Bahagia
Di bulan Oktober tahun 2018 ini, Balai Bahasa Jawa Tengah menerbitkan kumpulan cerita anak dalam bukunya Cermin Cahaya. Lima puluh cerita anak ini ditulis oleh para penulis cerita anak dari berbagai kota di Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan Balai Bahasa Jawa Tengah eksisten dalam memelihara gairah sastra anak yang jarang peminatnya. Dalam ulasannya, Maryono, Tri Wahyuni dan Endro Nugroho memberi garis tebal bahwa cerita anak itu kudu thas-thes, tak lain tak bukan karena cerpen itu cerita pendek bukan cerita panjang. Banyak cernak yang kurang menarik hati anak karena cerita tidak langsung fokus pada permasalahan. Suka muser-muser di bagian awal, alhasil anak sudah bosan dulu sebelum cerita tuntas. Selain itu, Maryono dan kawan-kawan menekankan kurangnya pesan moral yang diemban dalam sebuah tulisan. Sadar atau tidak, penulis serupa ‘Nabi’ yang membawa misi dan pesan yang harus disampaikan.
Bercerita tentang buku anak, tak luput dari perhatian buku-buku dongeng berlattar ilustrasi berwarna lebih menawan hati anak-anak. Pertama, karena cerita yang disajikan per halaman tidak berjejalan memenuhi halaman. Tulisan dan gambar berbanding 2 : 3. Gambar-gambar lebih mendominasi halaman karena fungsinya membantu bercerita. Gambar-gambar bercerita dan hidup di imaji anak-anak. Di buku dongeng terapeutik berjudul “Beru si Beruang Pembangkang”, sikap Beru yang suka bebal diberitahu guru dan orangtuanya membuat mereka berdua mencari solusi agar si Beru tidak suka membangkang lagi. Dengan bantuan Bu Cendi si burung cendrawasih yang sabar coba memberi terapi terhadap si Beru dengan beberapa trik. Dengan bimbingan Bu Cendi, si Beru memulai terapinya dengan memejamkan mata dan membayangkan bahwa di depannya ada sebuah televisi yang tokohnya ia sendiri dan Ibunya. Kisah dalam televisi tersebut menggambarkan sifatnya yang suka membentak-bentak ibunya jika diberitahu. Selang beberapa lama, TV tersebut dimatikan dan dinyalakan lagi. Kisahnya berbeda yaitu si Beru yang penurut dan disayang semua orang. Setelahnya Beru diberi pilihan, kisah mana yang ia suka. Beru memilih si Beru yang disayang banyak orang karena ia penurut. Akhirnya Beru tahu kesalahannya dan meminta maaf pada Ibu, Pak Guru dan teman-temannya.
Dari dongeng si Beru tersebut, pesan moral tak hanya ditujukan pada anak semata-mata. Dongeng tersebut layak juga dibaca oleh orangtua yang bisa meniru cara mengatasi permasalahan yang serupa. Nah, ternyata buku anak tak hanya untuk anak. Cerita anak memuat kisah mereka dengan siapapun dan menjadi penting dibaca. Demikian juga buku anak “The Little Prince” karya Antoine de Saint-Exupery. Saat membaca halaman persembahan, bahasa yang ditulis Antoine sangat aneh untuk seumuran anak-anak. Namun begitu menarik bagi mereka yang suka membaca dan terbiasa membaca buku karangan penulis luar negeri. Seperti seorang anak berusia 12 tahun, Mitreka Satata yang terbiasa membaca novel-novel petualangan Lima Sekawan, The Lord of The Ring, Harry Potter, dia akan mudah mencerna buku ini.
Antoine membuka kisahnya tentang ambisinya menjadi seorang pelukis saat masih kecil. Semangatnya selalu dipatahkan oleh pemikiran orang-orang dewasa saat melihat lukisannya. Dia akan terus menggambar sampai orang dewasa tersebut paham apa yang ia maksud. Namun tidak, ia mulai lelah dan berhenti menggambar. Dia (waktu kecil) telah dikecewakan tentang pemahaman orang dewasa yang selalu berkutat tentang angka-angka. Hal ini dapat terlihat dalam tulisannya, “ ... Aku telah hidup di tengah orang dewasa. Aku telah mengamati mereka dari dekat. Namun demikian hal ini tidak banyak memperbaiki pendapatku tentang mereka”.
Kekecewaan membuatnya senang menyendiri. Disaat benar-benar tak ada orang yang bisa diajak bicara, ia memulai petualangannya. Petualangan imajinasi yang luar biasa. Ya, saat bertemu dengan anak kecil yang ia sebut pangeran kecil. Dia satu-satunya yang menghargai gambarannya, itu alasannya mungkin. Ia menceritakan keunikan-keunikan si pangeran kecil yang jarang ia jumpai dalam kehidupannya. Keluguan dan pandangannya tentang sesuatu. Tentang bunganya, planetnya dan orang-orang yang ditemuinya saat berkunjung ke planet lainnya. Sampai akhirnya ia menemukan planet dan bertemu si aku di gurun sahara. Petualangan Aku dan si pangeran kecil membawa kenangan yang amat membekas dan ia masih terus khawatir. Ia sendiri masih bertanya. Ia titip pesan pada pembaca, dan berharap menyapa pangeran kecil jika bertemu kelak. Kita dibikinnya tersedu-sedu. Barangkali ini novel anak yang paling romantis. Membacanya berulang untuk kesekian, dan menangis bahagia untuk bacaan yang luar biasa.... ya, bahkan untuk pembaca, juga mantan anak-anak ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sungguh indahnya bahagia itu ! Bun
Iya yanda... Trs berbagi kebahagiaan lwt bacaan