Codotan
Sudah menjadi kebiasan pagiku, menyapu halaman setelah selesai memasak. Tak pernah ketinggalan pula menyapu area sekitar pohon jambu dekat rumahku. Selain sapu, pagi ini sengaja kubawa pula genter panjang untuk mengambil jambu terbesar yang kuamati beberapa hari ini sudah siap petik. Pohon ini memang banyak berbuah tetapi masih kecil-kecil, hanya beberapa yang sudah agak besar tapi belum matang. Saat tepat di bawah pohon jambu dengan tinggi sekitar 4 meteran itu kupegang erat genterku, siap menggantol jambu di atasku. Tapi apa yang terjadi ? Saat kudongakkan kepalaku ke atas, kaget ku dibuatnya. Ternyata jambu merah yang kuimpikan buahnya tinggal separo. Astagfirullah…memang bukan rejekiku, sudah kedisikkan codot, gumamku.
Di daerahku Lamongan, codot adalah sebutan untuk kelelawar pemakan buah. Buah yang dimakan hewan ini tandanya sudah matang dan manis. Dia mengambil buah tatkala si empunya tanaman terlelap tidur di malam hari. Karena itu codot sering mendapat predikat negatif " Si maling buah ". Dia hanya memakan daging buah dengan dikunyah-kunyah untuk diambil sari cairannya. Adapun serabut dan bijinya dibuang begitu saja. Terkadang binatang malam ini tidak memakan buah di pohonnya tapi dibawa ke pohon lain atau ke tenggeran yang dianggap aman, baru kemudian memakannya ditempat itu. Biasanya tenggeran ini berjarak 100 s.d 200 m dari pohon asalnya, sehingga secara tak sengaja memencarkan biji buah-buahan yang dimakannya. Pohon tenggeran semacam itu ditandai oleh banyaknya kotoran kelelawar dan sampah yang berupa serabut dan biji buah di bawahnya. Disamping sebagai pemencar biji-bijian, hewan ini juga berperan sebagai penyerbuk bunga-bunga yang dikunjunginya. Jadi ada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara hewan ini dengan tumbuhan.
Jika bicara codot, jadi teringat saat hamil anak pertama dulu. Di tiga bulan pertama, aku gak bisa makan nasi atau apapun walau hanya sedikit. Selalu mual dan muntah, sampai berat badanku susut 3 kg. Tapi anehnya, mangga codotan ( bekas gigitan codot ) selau habis kumakan tanpa sisa. Setelah bekas gigitan codot dibuang, dikupas dan dicuci bersih, mangga diiris tipis bersama irisan cabe dan kecap manis. Hhhmmm enak sekali menikmatinya. Saat itu hanya makanan itu yang bisa masuk tanpa perlawanan ke perutku. Meski aneh tapi itu nyata, hehe.
Dulu, saat kukecil juga sering makan codotan bersama teman-teman sebayaku. Naik pohon mangga ataupun jambu bangkok di samping rumah untuk mencari codotan. Kami sering beradu cepat untuk mengambilnya, karena sudah pasti manis rasanya. Mungkin karena dulu belum ada virus yang aneh-aneh, jadi setelah makan codotan tak ada gejala apapun yang kami rasakan, biasa saja. Kalau sekarang disuruh makan codotan ? nanti dulu ya.
Saatdirumahsaja8Juli2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantul, makin inspiratif, semoga teman gurusianer semakin sukses
Berarti kita sama ya Bu. Salam literasi, sukses untuk Bapak/Ibu semua
codot, ahli memilih buang yang matang. di tempatku, Purwodadi, juga codot panggilan hewan itu Bunda. salam literasi, jabat erat selalu.
Mantap Bu...Di tempat saya namanya kaluwik Bu
bekas makan codotan berarti rasanya lebih menjamin manis ya bun, hehe, keren, salam literasi dan salam sukses selalu
sy juga paling suka bekas codot ini bu karena memang manis..salam kenal dan salam literasi