Iin Tri Kusminarni

Saya adalah pengajar tetap di SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. Sejak tahun 2000 merantau ke kota pahlawan untuk kuliah di sana. setelah lulus kuliah, saya bekerja d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pentol dan Tahu Baxo

Pentol dan Tahu Baxo

Matahari masih sembunyi diperaduannya. Pagi buta itu Bu Tri bergegas ke pasar untuk menggilingkan 3 kg daging sapinya. Dia mendapat jatah daging qurban dari tempatnya bekerja karena ikut urunan beli sapi di sana. Saat pembagian daging, dia tidak bisa mengambilnya karena masih mudik di kota kelahiran, Lamongan. Karena itu dia menitipkan dagingnya di frezer teman sekantornya. Malam itu, sepulang dari mudik dia langsung mengambil dagingnya di Bu Ani. Tak lupa buah tangan diberikan kepada sahabatnya itu sebagai tanda terima kasih.

Sekitar jam 3 pagi, daging dikeluarkan dari frezer kemudian direndam dalam air dingin. Tak lama kemudian tekstur daging sudah lembut dan bisa diiris. Dipisahkannya daging dari lemak yang menempel kemudian dibersihkan lagi dengan air mengalir. Setelah itu ditiriskan sampai benar-benar kikis tanpa air. Dengan diantar suaminya, daging segera dibawa ke pasar untuk digilingkan.

“ Alhamdulillah gak terlalu panjang antrinya, aku urutan ketujuh “ gumamnya.

Tak seperti tahun lalu, saat itu dihari kedua idul adha puluhan orang berdesakan untuk mengantri giling daging. Masih jelas diingatnya, keringat dingin sebesar biji jagung mengalir deras membasahi dahinya saat berada ditengah-tengah puluhan orang yang mengantre giling daging. Berusaha menahan mulesnya perut panggilan alam. Tak banyak yang bisa dilakukannya saat itu, hanya bergoyang kekanan dan kekiri untuk mengaihkan rasa. Celingak-celinguk mencari seseorang yang mungkin bisa dititipi mengantri tetapi nihil. Sambil terus bergoyang dia terus berdoa agar bisa menahannya paling tidak sampai garis finish, ditempat penimbangan dan pembayaran gilingan. Setelah menunggu beberapa lama, maju kedepan selangkah demi selangkah akhirnya sampai juga. Setelah membayar dan mendapatkan tanda bukti pengambilan gilingan, Bu Tri langsung ngacir pulang ke rumah untuk menunaikan panggilan alamnya itu.

Mungkin karena pagi ini sudah hari keempat setelah idul adha, jadi penggilingan sudah agak sepi. Setelah mengantre, tibalah giliran Bu Tri untuk menimbangkan dagingnya. Oleh petugas, bungkusan daging dibuka kemudian dikeluarkan dari ember lubang-lubang tempat Bu Tri meniriskan dagingnya. Setelah diperiksa, daging ditimbang. Beratnya 2, 650 kg dan harus membayar 56 rb di depan. biaya itu untuk membayar ongkos giling dan bumbu-bumbunya seperti tepung terigu, tapioka, bawang putih, bawang goreng, garam, es batu, dan penyedap rasa yg dicampur ke gilingan daging. Konsumen tak perlu repot membawa bahan campuran dari rumah, hanya tinggal membayar dan terima jadi bahan pentolnya.

Setelah ditimbang, Bu Tri diberi catatan pada kertas kecil bertuliskan nomer antrean dan berat daging. Kertas itu tak boleh hilang karena harus dibawa saat mengambil daging satu jam kemudian.

Setelah mengambil gilingan daging, Bu Tri segera menggoreng tahu yang dibelinya di pasar. Chici putrinya menyiapkan air dalam panci besar untuk merebus pentol dan tahu baxo yang akan dibuat.

Setelah tahu matang, diiris tengahnya kemudian dimasuki adonan baxo yang dicampuri irisan cabe rawit untuk menambah rasa pedasnya. Setelah itu direbus bersama dengan bulatan – bulatan pentol yang dibuat menggunakan bantuan dua sendok makan. Sekitar seperempat jam, pentol dan tahu baxo mengambang di atas air menandakan makanan ini sudah matang. Dengan cekatan Chici menyerok pentol dan tahu baxo kemudian meniriskannya di atas ember berlubang. Begitu seterusnya sampai adonan habis. Setelah benar-benar dingin, makanan ini dimasukkan ke dalam plastik kiloan kemudian disimpan dalam frezer. Jika mau konsumsi tinggal ambil saja. dikukus atau digoreng oke punya. Dimakan bersama cocolan saos pedas plus kecap manis.

“ Bun, bolehkah aku ngasih tahu baxonya ke Tina ? “ tiba-tiba Chici bersuara.

“ Boleh lah “ sahutku.

“ Tidak hanya Tina, tapi beberapa tetangga akan kita incipi tahu baxo dan pentol ini “ jelasku.

Bu Tri mengambil enam tepak plastik kemudian mengisinya penuh dengan pentol dan tahu baxo. Dia meminta Chihi membagikannya ke Tina dan tetangga sekitar rumah. Tak lupa Bu Tri juga menyiapkan makanan ini ke dalam tepak besar untuk mertuanya.

“ Alhamdulillah…meski sedikit kita masih bisa berbagi “ ucap Bu Tri kepada Chihi

Senin3Agustus2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap baksonya,,, Sukses selalu

04 Aug
Balas

Mantap baxonya bu.

12 Aug
Balas

Aamiin.Terimakasih Bu

04 Aug
Balas

Wauu keren bu....maun dong baksonya. Eh ada panggilan alam ya...haha

05 Aug
Balas

Mau basonyaaa

04 Aug
Balas

Baksonya membuat ngiler nih. Semangat Ibu berbagi yang inspiratif Bu. Semoga penuh berkat Tuhan

04 Aug
Balas

Alhamdulillah.Indahnya berbagi. Barokallah Bunda

12 Aug
Balas



search

New Post