Sesal
“ Hiks.....kenapa sih saat aku sudah semangat, mesti harus kecewa dulu “ keluhku dalam kalbu
Bagaimana tidak ? tiga jam pelajaranku terlewatkan begitu saja.
Sudah sejak kemaren ku berencana mengajar kelas XI IPA 3 menggunakan google meet, aku akan menjelaskan materi yang agak komplek. Pada pertemuan sebelumnya, anak-anak juga sudah kuinfokan tentang rencana ini. Mereka sangat senang menyambutnya.
“ Ayo pertemuan Bu, pengen ketemu teman-teman “ Tulis Ana
“ kapan masuk Bu ? sudah kangen sekolah, kangen guru-guru“. Sambung Irgi
“ Iya Bu, bosan di rumah, gak dapat sangu sekolah “ cetus Iwan.
Itulah keluhan beberapa siswa dan itu wajar, karena hampir lima bulan mereka tak pernah bersua, hanya belajar online dari rumah. Selama ini pembelajaran daring di sekolahku menggunakan e learning. Hanya sesekali menggunakan aplikasi pertemuan karena alasan kuota.
Pagi ini materi presentasiku sudah siap. Waktu 90 menit kuperkirakan cukup untuk pembukaan, menjelaskan materi, penutup sekaligus latihan soalnya.
Dengan semangat kemerdekaan kutapaki tangga demi tangga naik ke lantai dua menuju ruang labolatorium computer (labkom). Sudah kubayangkan betapa akan menyenangkan pertemuan kali ini, bersua dengan mereka yang telah lama kurindukan. Kupilih labkom sebagai tempat mengajarku hari ini karena laptopku bisa tersambung dengan kabel lan yang membuat koneksi internetku stabil di sana. Tidak seperti di ruang guru yang hanya mengandalkan beberapa wifi dan itupun digunakan oleh banyak guru, jadi kurang kuat jaringan internetnya.
Sesampainya di labkom, kuambil tempat strategis. Deretan tengah paling belakang. Sengaja kupilih daerah ini agar bisa kusandarkan punggungku di tembok saat lelah mendera. Setelah mengambil posisi nyaman, segera kunyalakan laptop, menancapkan kabel lan dan menghubungkannya dengan wifi yang tersedia.
Kubuka HP ku, klik grup daring XI IPA 3 melalui WA. Kuucapkan salam dan tanyakan kabar anak-anak. Saling bersahutan mereka menjawab salamku. Tak lupa kusampaikan untuk pembelajaran kali ini akan kugunakaan google meet sesuai janjiku pada pertemuan sebelumnya. Dengan senang mereka menyambutnya.
“ Siap komandan “ tulis Ratih
“ Bentar Bu, aku pakai seragam dulu “ sambung Dani
“ Ayo Bu, cepetan, semangat ini“. Komentar Lina.
Sambil menunggu siswa absen kehadiran dan laporan sholat subuh di grup WA, kubuka materi ppt yang akan kupresentasikan. Setelah materi siap, lanjut kubuka whatsapp web dan google meet melalui chrome.
“ Hhhhmmm whatsapp web kok masih loading sih “ gumamku.
Tetiba google meet juga keluar. Kutanyakan ke teman-teman yang berada di labkom apakah koneksi internet mereka juga sama denganku ?
Hampir serentak mereka menjawab “ Sama Bu…gak nyambung ”.
Sedikit panik, kucoba buka grup daring WA. Beberapa siswa sudah menanyakan link masuk google meet nya di sana. Kusampaikan ke mereka jika saat ini koneksi internet di labkom masih ada kendala. Kuminta mereka bersabar sejenak.
Kembali kubuka Browser, whatsapp web dan google meet ku, masih sama muter-muter loading. sudah coba klik refresh berkali-kali tapi tetap sama. Ku cek lagi koneksi wifiku. Alamaak….ternyata sambungan putus. Mak Jlep, kecewa.
“ Kenapa wifinya gak nyambung Pak ? “ kutanyakan ke Pak Iqbal guru computer yang stand by disana.
“ Ada sedikit masalah Bu “ jawabnya
Menurut guru computer ini, salah satu cara agar wifi lancar kembali adalah mematikan wifi pusatnya dulu beberapa saat baru kemudian menyalakannya kembali.
Menunggu adalah hal yang sangat menjemukan. Galau ku dibuatnya, menunggu wifi aktif kembali sementara dirumah anak-anak menunggu kiriman link google meet dariku.
Waktu terus berjalan, tapi tak ada yang bisa kulakukan. Bahkan mengabari merekapun tak bisa. Pesan whatsappku tak terkirim juga. Mau minta hotspot ke teman juga segan. Mereka juga butuh dipakai sendiri. Mau sampai kapan ini ? wifi tak terkoneksi. Tak terasa sembilan puluh menit terlewat, waktu mengajarku habis sia-sia. Ingin rasanya menangis, nyesek dalam dada. Tak sesuai ekspektasi.
Kupikir-pikir, ini salahku juga. Kenapa gak beli paketan sendiri, hanya mengandalkan wifi sekolah yang harus dibagi-bagi dengan banyak guru. Memang sejak kupasang wifi dirumah selama pandemi ini, gadgetku belum pernah kuisi paketan internet. Awalnya kupikir gak terlalu penting mengisi paketan karena dirumah sudah ada wifi, saat mengajar di sekolah pun sudah disediakan wifi. Tapi cara berfikirku itu salah, ternyata dalam keadaan darurat seperti ini aku butuh internet pribadi. Harusnya aku bisa menggunakan paketan dataku sendiri, tidak hanya menggantungkan wifi sekolah. Anak-anak gak perlu galau menunggu kepastian dalam pembelajaran daring ini.
Jadi merasa bersalah pada mereka, Hiks...
Daring..oh daring. Pembelajaran ini sangat bergantung pada koneksi internet. Kita tak bisa berbuat apa-apa tanpa jaringan yang kuat.
“ Maafkan ibu anak-anakku, tiga jam pelajaran terlewatkan begitu saja, sia-sia “
BaitiJannati,12/08/2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Harus tetap semangat. Terima kasih Bu Fransisca
Oo..sedih banget, anak-anak sudah penuh harapan. Tapi kendala itu bisa terjadi pada siapapun. Itulah salah satu masalah PJJ. Tetap semangat Bu, lain waktu dicoba lagi. Terima kasih sharringnya..inspiratif.