IIS ISNAENI

Khairunnas anfauhum linnas. Istri. Ibu. Guru....

Selengkapnya
Navigasi Web
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI SENI MENDIDIK DENGAN CINTA
"Aku cinta mendidik, aku akan mendidik dengan cinta."

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI SENI MENDIDIK DENGAN CINTA

"Guruku tersayang, guru tercinta, tanpamu apa jadinya aku…”

Sepenggal lirik lagu gubahan Melly Goeslow sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan para guru. Lirik yang sederhana namun sarat makna. Gambaran ucapan terima kasih murid pada gurunya, karena mereka hadir mendidik dengan penuh cinta.

Kelas merupakan area guru berinteraksi dan membangun komunikasi serta kolaborasi dengan muridnya. Meramu berbagai materi dengan rumus-rumus sayang, membumbui perjalanan belajarnya dengan penuh cinta untuk menemukan konsep, pemahaman, keyakinan, dan aksi nyata sebagai manifestasi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah keniscayaan bahwa dalam satu kelas, guru akan menemui beraneka ragam keunikan dan kekhasan dari masing-masing murid. Sehingga lagi-lagi proses mendidik dan mengajar menjadi tantangan guru. Diperlukan sebuah skill untuk menemukenali dan mengidentifikasi murid sesuai dengan kebutuhan belajarnya, agar proses kemerdekaan belajar dan mengajar bisa terealisasi dengan baik. Dalam hal ini, salah satu solusi yang dapat menjawab tantangan tersebut adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

Mengenal Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson yang dikutip oleh Dewi Kusuma, O. dan Lutfah, S. (2022, hal. 8) pengertian pembelajaran berdiferensiasi yaitu

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson, dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Selain itu pembelajaran diferensiasi memerhatikan beberapa hal dalam pelaksanaannya, yaitu:

Tujuan pembelajaran didefinisikan secara jelas Cara guru menanggapi dan merespon kebutuhan belajar Cara guru menciptakan lingkungan belajar yang nyaman Manajemen kelas yang efektif, dan Penilaian berkelanjutan, (Dewi Kusuma, O. dan Luthfah, S., 2022, hal. 9)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran diferensiasi merupakan usaha sadar dan rasional guru yang memberikan pelayanan pembelajaran terbaik di kelas yang berorientasi dan berfokus penuh pada kebutuhan murid: kesiapan belajar (readiness), minat belajar, dan profil belajar murid dengan pelayanan belajar penuh cinta.

Kebutuhan Murid

Dewi Kusuma, O. dan Luthfah, Siti. (2022, hal 110) mengutip dari Tomlinson, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam kebutuhan belajar murid, yaitu “kesiapan belajar (readiness), minat murid, dan profil belajar murid.”

Kesiapan belajar murid berkaitan dengan kemampuan murid dalam menerima serangkaian proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Minat murid berkaitan dengan kesenangan atau kepuasan murid dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Minat relevan dengan memperhatikan kegemaran dan moda ekspresi murid. Terakhir adalah profil belajar murid, berkaitan dengan preferensi terhadap lingkungan belajar, budaya, gaya belajar, dan kecerdasan majemuk yang dimiliki murid. Sehingga, bagi seorang guru mengenali kebutuhan murid secara individu menjadi suatu keharusan dan kewajiban untuk bisa merealisasikan pembelajaran berdiferensiasi. Sebab, syarat utama dan pertama dari pembelajaran berdiferensiasi adalah kebutuhan murid.

Penilaian

Nilai angka seharusnya dalam konsep merdeka belajar bukan lagi jadi patokan utama. Filosofi Ki Hajar Dewantara sendiri menyebutkan bahwa kemerdekaan belajar bisa diraih jika murid bisa mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya sesuai kodrat alam dan zamannya. Oleh karena itu, penilaian pun harus ikut berdiferensiasi artinya guru tidak boleh mematok ukuran nilai satu atau dua murid saja. Tapi penilaian dilakukan dengan adil dan relevan dengan kebutuhan belajar murid. Namun perlu juga kita ingat penilaian yang dilakukan tetap berpedoman pada assessment for learning (proses pembelajaran), assessment of learning (setelah proses pembelajaran), dan assessment as learning (pelibatan murid), hanya penilaian menitikberatkan muris dehingga lahir penilaian lebih ramah murid.

Koneksi Antar Modul

Guru harus menempatkan diri menjadi seorang pembelajar dan pemelajar sejati. Memberikan keteladan dalam setiap proses perjalanan pembelajaran yang dilakukan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.” Memaksimalkan nilai guru yang selalu berpihak pada murid, mengoptimalkan peran dan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran yang selalu berorientasi pada murid, murid, dan murid. Bahkan dalam merumuskan visi pembelajaran dan penerapan budaya positif hal utama yang menjadi titik fokusnya adalah berpusat dan ramah murid.

Selain itu, konsep pembelajaran berdiferensiasi mampu merangkum dan menjawab tantangan pembelajaran yang berpihak pada murid yang berarti pembelajaran yang berfokus pada kemampaun murid sangat ditekankan untuk mencapai hasil yang optimal sesuai versi murid. Menjadi murid yang bahagia ketika melalui serangkaian proses pembelajaran. Dewi Kusuma, O. dan Lutfah, S. juga membuat sebuah simpulan keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi yang dimuat dalam tautan https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/PGP%202022/modul%202.1/7%20Alasan%20Mengapa%20Pembelajaran%20Berdiferensiasi%20Dapat%20Berhasil.pdf. Intinya alasan keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi dapat dilihat dari tujuh aspek, yaitu:

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis.

Simpulannya adalah bahwa sekali lagi seorang guru harus terus melakukan perjuangan agar dapat memberikan pelayanan pendidikan dan pembelajaran terbaik bagi murid sesuai kebutuhan dan relevan dengan kodrat alam dan zamannya dengan selalu upgrading keilmuan sebagai manifestasi pemelajar sepanjang hayat. Dengan harapan, suatu hari murid mampu mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya. Mampu mengantarkan mereka menjadi insan merdeka lahir batin. Kasih sayang dan cinta menjadi bumbu utama dalam suguhan pelayanan yang dilakukan dalam pembelajaran, hingga akhirnya makna cinta dan sayang dapat sampai di hati murid-murid. Kemudian mereka berlomba melangitkan doa-doa kebaikan untuk guru-guru tercinta.*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya keren

09 Nov
Balas

Tulisan penuh wawasan baru tentang kurmer, makasih bunda

09 Nov
Balas

Rangkaian kata penuh makna membuat tukisan ini begitu berarti. Terus berkarya, penuh semangat dengan cinta

09 Nov
Balas



search

New Post