Bangun pagi dengan semangat. Beraktivitas seperti biasa, namun ada yang beda. Seraut wajah serasa terbayang di pelupuk mata semenjak kemaren. Mungkin hati ini hanya sedikit rindu pada kenangan sewaktu awal hijrah dan bekerja di tempat baru. Sejenak istirahat kuraih gawai. Tersentak dan bergetar rasanya membaca berita duka di grup dinas. Wajah yang sedari kemarin menari-nari di memori ternyata telah berpulang ke pangkuan Ilahi.

“Nduk, masih punya tabungan tidak, kalau ada kesulitan matur Bapak” pertanyaan itu masih terngiang. Dua belas tahun lalu aku memulai segalanya dari nol. Sendiri di rantau, jauh dari sanak famili. Kepedulian beliau membuatku menemukan figur seorang Bapak. Beliau begitu peduli pada karyawan baru dan anak buah lainnya yang masih honorer. Kedisiplinan beliau juga menjadi teladan bagi kami.

Senyum bersahaja selalu beliau tampilkan di setiap kesempatan. Perhatian kecil dari seorang Bapak pada anaknya tidak pernah berkurang walau kami sudah tidak satu instansi lagi. Duka menyelimuti, kehilangan ini sungguh berat. Segala kenangan hadir bagai pusaran angin yang menghisap ke masa lalu. Segala nasehat, didikan bahkan kemarahan beliau selalu terpatri. Bukan karena benci melainkan karena rasa hormat yang begitu mendalam. Teriring doa siang ini semoga Allah melapangkan jalan beliau, di ampuni segala kesalahannya serta di terima seluruh amal ibadah dan kebaikannya. Sugeng tindak Bapak Gunawan Tri Wiryono.