Hingar bingar pesta kembang api semakin meriah menyambut pergantian tahun. Esok akan berganti, semuanya tak akan sama lagi. Aku pergi, dan tak tahu apakah nanti akan punya kesempatan untuk kembali. Kubawa kenangan manis dalam hati, sebagai penguat jiwa yang merana. Kutata kembali serpihan hatiku, mesti lukanya masih basah dan berdarah. Ku yakin kelak aku bisa menatap pelangi yang indah.

Udara yang panas menyambut kedatanganku di tempat yang baru. Helai daun jati yang kering berguguran seakan mencerminkan kisah masa lalu. Bersabarlah, kelak jika hujan menyapa, semua kembali indah. Sepertiku, pelan namun pasti, aku ingin melupakan semua yang pahit. Hidupku terlalu indah untuk kusia-siakan sendiri. Allah pastilah sudah menyiapkan hadiah terbaik jika aku kuat menjalani semua ini dengan tegar.

Lembayung di langit Jogja kali ini terasa lebih istimewa. Aku datang kembali dengan jiwa yang baru. Lebih tegar, mandiri, dewasa dan tentunya bahagia. Seperti besi yang di tempa, semangatku kini luar biasa. “Aku menyesal menyakitimu, aku tak rela kau jauh dariku”, desahmu sore ini. Sayangnya aku tak peduli lagi padamu. Ada kehidupan yang lebih indah, bersama orang yang jauh lebih berharga darimu. Lelaki yang telah merengkuhku, menghapus segala dukaku dan melimpahiku dengan cinta. Mantan, tak ada tempat yang layak untukmu. Bagiku kini, kamu hanyalah setitik noda yang tak berharga.