Bulir bening tak henti menganak sungai. Pucuk hidungnya sudah memerah sedari tadi. Pening membuat raganya asyik bergelung di balik selimut bulu. Mencari kenyamanan yang sekian hari hilang tak terasa. Kehilangan nyatanya berat sekali, akal tak serta merta menerima. Desah keresahan menghiasi pilunya hati dalam kesedihan yang seakan tak bertepi.

“Cinta kita abadi, sehidup semati” bisik mesra Arjuna pada Rinjani. Kilauan berlian di jari manisnya sebagai pengikat janji. Rinjani melambung merasa aura surga melingkupinya. Bagai mimpi yang menjadi nyata, kekasihnya adalah lelaki impian yang sempurna.

Suara gamelan mengiringi perjalanan sepasang pengantin baru. Binar kebahagiaan memancar namun seketika pudar. Sesosok wanita anggun berjalan memberi selamat dengan senyum paripurna. Pasangan sempurna begitu yang dia katakan pada keduanya. Rinjani mengangkat wajahnya pada dunia. Setelah ini dia akan berjuang meraih bahagianya. Penuh tekad dia melenggang menuju cahaya, meninggalkan sepasang penghianat yang sedang terpekur malu. Arjuna dan mantan sahabatnya yang sudah tega menyakitinya.