Jemari Niken menari lincah menekan tombol-tombol yang menghasilkan barisan aksara. Semangat mengerjakan tugas agar selesai tepat waktu. Bekerja di bawah tekanan sudah menjadi santapan sehari-hari. Jiwa dan raganya ditempa agar tangguh menghadapi segala macam masalah. Disela waktunya, Niken berseluncur di aplikasi telegram untuk mengecek grup literasinya. Sejak tiga bulan terakhir, Niken memang giat belajar menulis. Walau hanya tulisan sederhana namun berguna untuk menjaga kewarasannya, sebagai ajang melampiaskan isi hati melalui sebuah fakta yang dibalut fiksi.

Menegang, mulutnya menganga menatap wajah yang menimbulkan tanya dibenaknya. Seakan tak percaya, ketampanan itu seakan sirna menjadi gurat tua, dengan tubuh yang kurus. Sosok yang selama ini dikaguminya berubah drastis fisiknya. Adakah penyakit berat yang sedang menderanya, ataukah segudang masalah membelenggu pikirannya?.

Gawai berdering membuyarkan keinginan tidur siang. “Arjuna sakit auto imun”, lirih suara Ibu mengapa seakan seperti ledakan petasan ditelinga. Seketika jantung pun berdebar keras merasakan kekagetan. Berat badan yang turun drastis, tremor, tubuh yang mulai membungkuk dan bicaranya mulai sedikit tak jelas. Sungguh penjelasan Ibu semakin membuatku merinding. Hanya doa yang bisa kupanjatkan pada sang pemilik kehidupan, Allah SWT. Semoga Arjuna tabah menjalani cobaannya, kuat melawan penyakitnya. Semoga lekas sehat, pulih seperti sedia kala. Aku tahu Ayah dan Ibu menyayanginya layaknya putra sendiri. Semangat sehat Mas!!