Arga asyik melahap makan siangnya. Pemandangan hijau di sekitar serta angin sepoi-sepoi menambah kenikmatannya. Hanya menu sederhana, nasi putih dengan lauk ikan asin di temani sambal dan lalapan. Alhamdulillah, badannya yang sehat masih bisa merasakan nikmat. Hati memang perlu di tata agar tak lupa diri dan mengingkari nikmat dari Allah.

Dua karung ubi selesai di panen, tak lupa Arga memetik beberapa sayuran yang tumbuh di pematang untuk istrinya. Hidup sederhana di desa menjadi pilihan bagi Arga setelah mengalami fase terpuruk dalam hidupnya. Dulu Arga adalah manajer di perusahaan ternama dengan gaji yang sangat besar. Hidup mapan dan mempunyai pasangan yang rupawan rupanya menjadikan Arga terlena. Pergaulan bebas yang menggoda tak mampu di tampiknya. Bahkan Arga terjerat dan akhirnya terjerumus dalam godaan korupsi untuk mendukung gaya hidup hedonnya.

Rani adalah perempuan bersahaja yang baik budi pekertinya. Arga beruntung mengenalnya dan mempunyai kesempatan menjadi imamnya. Arga berjanji akan berubah lebih baik. Setelah keluar dari penjara, Arga bekerja di perkebunan luar kota. Memulai hidup dari nol, dan akhirnya bertemu dengan Rani. “Semoga mereka tenang di sana” lirih Rani di samping Arga. Tangannya menaburkan bunga beraneka rupa di atas dua pusara. Istri pertama Arga dan putrinya telah berpulang saat Arga menjalani hukuman. Teguran terhebat dari Allah agar Arga menyadari semua dosanya.