Ikhlas Rizkiya

Saya Ikhlas Rizkiya, seorang guru PJOK yang ingin juga ikut dunia gemerlap tulis menulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
SAYA GAGAL!

SAYA GAGAL!

Pengakuan itu kadang datang terlambat. Waktu itu lampu merah sedang menyala disalah satu perempatan jalan bypass Kota Padang. Mobil dan motor berdesakan ketika lampu hijau hidup seakan orang-orang _sasak_ saja semuanya.

Dalam keadaan demikian datanglah ambulan dengan sirinenya yang nyaring dari sebelah kiri. Saya perhatikan kendaraan lain seperti tak menghiraukan raungan ambulan ini. Hati saya ndak tenang, merasakan tergegasnya sopir ambulan dan orang yang ada didalamnya ingin segera sampai dirumah sakit. Ditambah lagi sebuah Avanza hitam dengan santainya parkir di pinggir, diseberang perempatan jalan itu.

Bagai belut digetil ekor, cepat sekali saya pinggirkan motor saya kekanan, seakan lupa bahwa dibelakang saya juga ada kendaraan lain. Lampu senpun tak saya hidupkan. Niat hanya berhenti sejenak memberi jalan mobil yang mengangkut orang sakit tadi. Terkejutlah kendaraan yang berada tepat dibelakang saya. Mujur hanya ada dua motor yang keduanya dikendarai oleh uni-uni. Beruntungnya lagi mereka tak terjatuh hanya sedikit hilang kendali. Merasa tak apa-apa saya melengong kebelakang kemudian memacu pelan Mio Z yang saya kendarai.

Tak lama berselang, dari sebelah kanan menoleh salah seorang perempuan yang usianya tampak lebih tua dari saya. Dan berbicara dengan nada yang sopan, "kalau mau pinggir hidupkanlah lampu sen." Kemudian dia berlalu.

Bodoh saya kambuh, merasa tak terima dinasehati emak-emak dalam mengendarai motor, saya mengomel sambil mengejar uni tadi, "Saya salah apa?" Kilah saya menanggapi nasehat wanita itu.

"Baik-baiklah berkendara, ini tangan saya sakit akibat bapak berhenti sembarang tempat, tanpa menghidupkan sen lagi!" Jawabnya kesal kemudian memacu kencang Vario merah yang dikendarainya.

Diapun berlalu, saya masih bingung dan terperangah dengan ucapannya. Pelan-pelan saya mulai berpikir betapa kampungannya saya. "Iya, sayalah yang salah! Kenapa tak saya akui saja kesalahan saya? dan meminta maaf!." ungkap saya dalam hati menyadari kekeliruan.

Ya Allah, Saya telah melakukan kesalahan diatas kesalahan. Saya tak mampu untuk bertindak elegan. Hari itu adalah ujian dan saya gagal menghadapinya. Akan datang hari-hari lain dengan ujian-ujian yang lain pula. Semoga momen itu menjadi pelajaran.

Untuk uni-uni yang telah saya dzolimi, dan saya belum sempat minta maaf, maafkan saya! Semoga tulisan ini sampai kepadanya. Dan semoga Allah mengampuni saya dan memberi kesempatan dan kekuatan kepada saya untuk memperbaiki akhlak.

IkhlasRizkiya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Siap pak, terima kasih motivasinya.

10 Nov
Balas

Belajar tak kenal gagal. Salam sukses ! Pak

10 Nov
Balas



search

New Post