IKHWAN JULISMAN, S.I.KOM

Salam literasi. Salam kenal kepada semuanya. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sebuah Tulisan Lepas

Sebuah Tulisan Lepas

Kembali menulis, itu berarti kembali meluruskan niat untuk apa aku menulis. Karena sejatinya, kau bukanlah siapa-siapa di mata mereka yang tak akan pernah tahu pengorbananmu dan perjuanganmu. Lumrahnya bagi manusia, ia butuh diperhatikan karyanya, butuh ada yang membaca ataupun menonton, butuh peminat. Karena itulah kebutuhan utama dari seorang yang bergerak di dalam dunia kreatif.

Ah, sebenarnya itu hanya sebuah alasan agar kita lebih bisa berinteraksi langsung kepada siapapun yang membaca tulisan kita. Nyatanya, di zaman sekarang kita tidak sepenuhnya tahu berapa persen pembaca yang benar-benar membaca dengan sepenuh hati dan mengambil intisari dari sebuah tulisan. Dunia visual saat ini lebih diminati dan lebih menjanjikan hasilnya bagi para pegiat konten kreator. Sedangkan tulisan? Ia hanya akan dibaca oleh orang terdekat kita, atau siapapun yang merasa tulisan itu relate banget dengan dirinya.

Zaman tekstual saat ini jauh tertinggal dari pada visual. Kita bakal lebih sering melihat orang melihat smartphone nya daripada buku. Tapi kan bisa baca buku dari smartphone? Benar sekali, dan bisa saja demikian. Namun apakah godaan untuk membuka aplikasi media sosial bisa kita tahan? Terlebih media yang menawarkan tontonan singkat yang sedang ramainya saat ini.

Memang, buku saat ini masih sangat banyak juga peminatnya, namun jikalau dipersentasekan, apakah rakyat Indonesia lebih memilih membaca buku atau scrolling TIktok? Kelebihan informasi yang instan dan cepat saat ini, membuat pergerakan kita berkurang. Aku sendiri merasakannya. Bagaimana dalam sehari ini saja untuk memulai sebuah tulisan, harus banyak dulu dramanya. Harus banyak dulu lihat smartphone. Walau dipaksa untuk tidak melihat dengan mengalihkannya dengan membaca buku, tetap saja godaan untuk membuka media sosial masih saja lebih besar.

Akhirnya, setelah mengumpulkan niat dan membaca novel Buya Hamka, karya Ahmad Fuadi, serta membaca tulisan Buya Hamka sendiri yang berjudul Akhlakul Karimah, aku mulai tersadar, bahwa hidup itu harus dimulai, bukan menunggu. Bak kata sang buya di dalam bukunya, Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.

Inspirasi datang darimanapun. Namun yang terpenting bagaimana kita menggerakkan diri kita untuk terus terinspirasi dan juga merealisasikan inspirasi itu. Banyak ide yang berserakan di dalam kepala, namun belum sepenuhnya bisa ditumpahkan ke dalam sebuah karya maupun tulisan. Tulisanku sendiri masih jauh dari kata sempurna, bahkan untuk menarik perhatian pembaca saja juga masih kurang rasanya. Aku hanya menuliskan apa yang terlintas di pikiranku, setelah membaca beberapa buku, yang kadang buku tersebut tidak selesai dibaca.

Kesadaran akan kurangnya ilmu itu akhirnya muncul juga. Selama ini aku hanya mampu bergerak di zona nyamanku, tanpa mau mencoba menggerakkan diri untuk melawan hawa nafsu dan kemalasan diri yang tiada hentinya untuk selalu menggoda dan kembali bermalas-malasan. Masih banyak buku yang harus dibaca. Masih banyak ilmu yang harus dipelajari. Masih banyak kajian ilmu agama yang harus didengarkan dan diikuti. Kesadaran itu muncul justru di saat umurku hampir menginjak tiga puluh tahun, dan itu hanya dua tahun lagi. Apa aku bisa mengejar ketertinggalan itu? Apa aku bisa melewati batas diriku sendiri? Apa aku bisa kuat menahan segala bentuk godaan untuk bermalas-malasan, yang pada akhirnya nanti tujuan hidupku tidak tercapai?

Semua itu tak cukup hanya dengan disadari, namun mulailah dengan aksi. Coba cek lagi diri kita sendiri, apa tujuan kita hidup di dunia ini? Apa kita puas dengan pola hidup yang telah lakukan sehari-hari? Apa kita mau terus berada di zona yang mengayunkan diri kita bahwa dunia adalah kenikmatan? Mulai dari sekarang, coba cek diri kita masing-masing, mau sampai kapan kita seperti ini? Mulailah dari perbaiki sholatmu bagi saudara-saudaraku yang muslim. Bagi teman-teman yang lain, coba cek lagi bagaimana sebenarnya hubungan kita dengan Tuhan? Apa kita akan selamanya hidup di dunia ini? Apa kita tidak mempersiapkan bekal ketika nanti kita mati? Mari kita luangkan waktu dan merenung sejenak. J

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post