IKHWAN JULISMAN, S.I.KOM

Salam literasi. Salam kenal kepada semuanya. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tertentang

Tertentang

Hidup di dunia ini bisa dibaca dari dua sisi. Kau bisa membacanya secara positif, kadangpula kau baca ia secara negatif. Terlebih dari hal apa yang disukai ataupun yang tidak disuka. Semuanya berjalan beriringan yang nantinya akan membentuk pola pikir manusia. Apakah ia akan menerimamu atau justru menafikanmu. Kita manusia pasti hidup bersosial dan berinteraksi dengan sesama, dan itu tidak bisa dipungkiri. Dan ketika kita berinteraksi dengan seseorang ataupun banyak orang, tentu akan menemukan isi kepala yang berbeda-beda. Kunci kuat yang harus kita pegang ketika kita berinteraksi adalah, menerima perbedaan tersebut.

Rasanya terlalu panjang ya penjelasan singkat di atas. Hehe, sedikit kamuflase sebetulnya dari apa yang harus kutuliskan tulisan ini di pagi ini. Namun apa yang telah dijelaskan di atas benar adanya. Kadang kita bisa diterima orang, atau justru kita tertolak. Jika ada teman yang menerima kita, maka hargai penerimaan itu dengan menerima perbedaannya. Kau tak harus munafik ketika ada temanmu yang salah, lalu kau tetap mendukungnya. Itu juga tidak benar. Justru ketika ada teman yang salah, wajib kita peringatkan. Nah, jikalau ia menolak ketika diperingatkan, maka kau bisa memutuskan untuk tidak lagi bergaul dengannya. Daripada harus menimbulkan pergaulan yang toxic, lebih baik kau cari teman yang menerimamu, baik dan buruknya.

Tentang penolakan. Seseorang juga bisa melihatnya dari dua sisi. Ada yang melihat dari sisi positif, yang berarti ia menerima bahwa jika ia tertolak, berarti ia belum pantas untuk mendapatkan sesuatu yang ia harapkan. Ia harus menerima dan berlapang dada atas penolakan tersebut. Lalu, mencoba berkaca, melihat diri sendiri, bahwa ternyata dirinya memang belum pantas untuk menerimanya, lalu mencoba untuk memantaskan diri. Lalu untuk yang melihat dari sudut negatif. Ia akan gusar. Marah. Tidak terima. Seolah ia yang sangat-sangat pantas untuk menerimanya. Ia menolak atas penolakan tersebut. Hatinya langsung dipenuhi amarah yang tidak jelas, sehingga bisa saja kapanpun ia meledak. Dan jika kita mendapati teman seperti ini, biarkan ia bermain dengan pikirannya sendiri, sembari kita pantau agar ia tidak jauh menyimpang. Ketika pikirannya sudah dingin, maka baru kita masukkan saran yang baik untuknya.

Sejarah sudah mencatatkan, bagaimana dulu Tokoh besar, salah satunya yang saya idolakan, yakni Buya Hamka. Beliau pernah tertolak lamarannya kepada salah satu Madrasah di daerahnya hanya karna beliau tidak memiliki sertifikat belajar atau sekarang disebut ijazah. Padahal nama Buya Hamka muda saat itu sudah mentereng dengan seringnya beliau naik mimbar dan berpidato secara lugas nan enak untuk didengar. Terlebih beliau juga sudah membuka pengajian bersamanya. Saat itu apa yang beliau lakukan? Beliau gusar, marah dengan keputusan tersebut. Beliau merasa pantas mendapatkan pekerjaan tersebut. Namun apalah daya, hanya karena selembar kertas, akhirnya beliau tertolak. Meskipun beliau marah dan merasa beliau pantas, itu hanya sejenak saja, sebelum akhirnya beliau akhiri perang pikirannya tersebut dengan sadar. Sadar diri bahwa memang beliau belum pantas mendapatkannya.

Namun, apa yang terjadi setelah beliau menyadari penolakan tersebut? Beliau terus belajar Memutuskan diri untuk merantau dan belajar di tanah rantau, yang akhirnya sejarah dan karya beliau tak luput oleh masa. Sampai detik ini, karya-karya beliau masih saja dinikmati oleh kawula muda seperti kita saat ini. Inti dari kisah ini, bahwa kita seharusnya sadar diri bahwa kita belum pantas menerima yang kita pikir kita pantas menerimanya. Menyadari, bahwa mendinginkan kepala lalu kembali berpikir jernih, akan melahirkan yang baik pula pada akhirnya.

Tentu masih banyak kisah lain yang sudah kita ketahui. Namun apa yang harus kita lakukan? Tetaplah berpikir jernih walau hati kadang menolak. Tak semua rasa harus kita terima. Sebaliknya, tak semua pikiran harus kita lakukan.

Salam lestari. Salam literasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post