Hari ini, apa yang saya cemaskan terjadi juga. Sewaktu belajar di rumah di mulai, saya berharap agar perintah ini cepat berlalu dan keadaan membaik seperti sediakala. Saya berharap agar pendemi covid 19 tidak menular sampai ke daerah saya.Tetapi tadi pagi keadaan sudah semakin memprihatinkan, bahkan di lingkungan saya sudah ada yang menjadi ODP (orang dalam pengawasan).

Saya mulai panik, sebab anak-anak setelah mereka menyelesaikan tugas rumahnya, teman-temannya sudah mulai berdatangan mengajaknya untuk keluar rumah. Kumpul-kumpul menghabiskan waktu bersama. Saya khawatir mereka tertular dengan virus ini. Saya berusaha untuk memberikan pengertian kepada mereka.

Mereka kelihatan paham dengan apa yang sedang terjadi dengan lingkungannya pada saat ini, tapi mereka kewalahan kalau sudah diajak oleh temannya keluar rumah. Mereka sulit untuk menolaknya. Saya hanya berusaha memberikan terus pengertian dan pengawasan agar mereka tetap di rumah. Bderusaha untuk membantu mereka kalau kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya.

Jumat kali ini di masjid kami sudah mulai ditutup. Hal ini berkenaan dengan kebijakan pemerintah untuk memutus penyebaran virus corona. Saya mulai merasakan azab itu datang. Tidak diperbolehkannya dilaksanakan shalat jumat bagi saya sudah merupakan azab walaupun karena alasan kesehatan. Tetapi pedih rasanya shalat jumat ditiadakan dan diganti dengan shalat zuhur.

Saya berfikir barangkali saya kurang bersyukur dengan segala nikmat yang Allah berikan. Ternyata hanya dengan mengganti shalat jumat saja dengan shalat zuhur sudah merupakan kepedihan yang sangat mendalam bagi saya. Apalagi dengan nikmat-nikmat yang lain yang akan tercabut. Saya tidak dapat membayangkan kalau sampai hal ini terjadi pada bulan Ramadhan yang hanya beberapa hari lagi akan datang. Saya tidak sanggup menahan kepedihan, jika sampai tidak diperbolehkan juga untuk tarawih berjamaah di masjid. Na’uzubillaahi minzalik.