Semakin siang hampir semua kelompok selesai menampilkan kebolehannya. Tetapi pengumuman juara baru setelah Ashar. Ania diajak ibunya untuk pulang, tetapi ia enggan. Ada-ada saja alasannya untuk tidak mau pulang. Tampaknya ia penasaran dengan hasil lombanya. Ia bertahan tidak pulang tapi ia juga tidak yakin akan memperoleh juara. Dilain hati ia berharap akan dapat juara. Terlihat ia selalu bertanya jam berapa dan menduga-duga apakah ia nanti akan juara ?

Ibunya tidak berani memberi harapan, takut nanti akan memberika harapan hampa. Dalam shalatnya terlihat Ania sangat khusuk dan berdoanya sangat lama sekali. Barangkali ia berharap minta juara. Ia sudah tidak sabar menunggu saat pengumuman tiba. Dan benar saja tidak berapa lama kemudian pengumuman itu terdengar juga.

Pada saat pengumuman pemenang kebetulan lomba yang pertama sekali diumumkan adalah lomba senam yang diikuti oleh Ania. Di mulai dari juara harapan satu, tidak terpanggil sekolahnya, juara harapan dua, tidak juga, juara tiga, tidak juga, ia sudah terlihat putus asa dan segera menoleh kepada ibunya untuk minta kekuatan. Terlihat air mata mulai menggayut di sudut matanya. Ia tidak mungkin untuk maraih juara dan juara dua di sebutkan ternyata sekolah Ania terpanggil.

Spontan Ania bersorak dan terlihat semangat muncul darinya dan ia segera pergi ke depan untuk mengambil juaranya. Alhamdulillah bisiknya dalam hati, akhirnya usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia. Ia ingin mempersembahkan hadiah itu kepada sekolah dan orang tuanya. Ia pulang dengan semangat, terlihat tidak ada kelelahan dari wajahnya, mungkin sudah terbayar lunas dengan juara yang diperolehnya.