Ilam Maolani

Anak Gunung Galunggung dari Kampung Rawa Sindangraja Desa Linggawangi Kec. Leuwisari Kab. Tasikmalaya. Berusaha untuk mewariskan 'keabadian' lewat menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
MOTIVASI BERPRESTASI BAGI PARA GURU

MOTIVASI BERPRESTASI BAGI PARA GURU

Sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru yang diharapkan akan berdampak positif terhadap karir guru dan mutu pendidikan, Tahun 2018 ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan kembali mengadakan Pemilihan Guru Berprestasi (Gupres) Tingkat Nasional. Melalui pemilihan ini, para guru di Indonesia termotivasi untuk berprestasi. Berlomba-lomba untuk menjadi juara dan yang terpenting adalah mereka dapat menambah ilmu serta pengalaman.

Menurut rencana yang terdapat dalam Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi, untuk tingkat nasional akan diselenggarakan pada Tanggal 12 sampai 18 Agustus 2018 di Jakarta. Sebelum melaju ke tingkat nasional, masing-masing provinsi mengadakan seleksi. Khusus untuk Provinsi Jawa Barat, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat telah mengadakan seleksi Gupres pada Tanggal 2 sampai 5 Mei 2018 di Hotel Panorama Lembang Kab. Bandung Barat. Para peserta Seleksi Gupres yang berlaga di tingkat provinsi merupakan utusan atau wakil dari Juara 1 hasil seleksi di tingkat Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Ada 27 Kabupaten/Kota yang mengirimkan wakilnya. Penulis kebetulan menjadi utusan Kota Tasikmalaya untuk jenjang SMP.

Kota Tasikmalaya sendiri telah mengadakan kegiatan seleksi pada tanggal 28 Pebruari 2018 yang lalu. Satu hal yang sangat memprihatinkan dan menyesakkan dada adalah jumlah guru SMP yang mendaftar sebagai peserta seleksi hanya tiga orang, yaitu dari SMPN 1, SMPN 10, dan SMPN 19. Padahal jumlah SMP Negeri dan Swasta yang ada di Kota Tasikmalaya sebanyak kurang lebih 73 sekolah. Jumlah guru SMP yang mendaftar seleksi di Kota Tasikmalaya sama persis dengan yang mendaftar di Kabupaten Ciamis dan Kota Bekasi.

Sementara di kabupaten/kota lain jumlah guru SMP yang mendaftar lumayan banyak, seperti Kab. Majalengka 60 orang, Kab. Cirebon 50 orang, Kab. Bogor 42 orang, Kab. Bekasi 33 orang, Kab. Subang 30 orang, Kab. Bandung 24 orang, Kota Depok 23 orang, Kab. Tasik 21 orang, Kota Cimahi 32 orang, Kota Cirebon 22 orang, Kab. Bandung Barat 15 orang, Kab. Indramayu 15 orang, Kab. Kuningan 16 orang, Kab. Garut 12 orang, Kota Sukabumi 11 orang, Kab. Sukabumi 8 orang, Kab. Cianjur 9 orang dan Kab. Purwakarta 7 orang.

Faktor Penyebab

Menurut dugaan penulis, minimnya guru SMP yang mendaftar untuk mengikuti seleksi atau lomba Gupres tingkat kabupaten/kota dapat disebabkan oleh tujuh faktor, antara lain:

Pertama, banyaknya aspek yang dinilai. Seleksi Gupres berbeda dengan seleksi lomba guru lainnya. Ada enam aspek penilaian dalam Gupres, yaitu dokumen portofolio, Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan video pembelajaran, tes tulis, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan artikel ilmiah, presentasi dan wawancara, serta keteladanan dan akhlak mulia. Banyaknya aspek yang dinilai ini tentu membuat guru berpikir ulang sebelum memutuskan untuk mendaftar. Terbayang betapa ribet dan sulitnya mengumpulkan dokumen-dokumen atau berkas-berkas yang berkaitan dengan portofolio, pembuatan PTK dan artikel ilmiah, apalagi yang berkaitan dengan PKG dan pembuatan video pembelajaran. Keengganan untuk menghadapi tantangan keenam aspek penilaian tersebut menyebabkan guru tidak berminat untuk mendaftar seleksi Gupres.

Kedua, minimnya reward atau apresiasi penghargaan yang diperoleh para juara. Dalam dunia pendidikan, faktor reward atau penghargaan berupa hadiah sangat berperan penting dan berpengaruh. Begitu pula dalam seleksi Gupres. Bentuk atau jumlah reward yang dijanjikan oleh panitia seleksi Gupres dapat menjadi pemicu dan pemacu para guru untuk mengikuti seleksi. Reward yang diberikan oleh panitia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat sangat beragam. Ada yang hanya memperoleh selembar SK dan piagam Walikota/Bupati; ada yang berupa pemberian piagam, SK, dan piala; ada yang berupa SK, piagam, piala dan sejumlah uang sampai 10 juta; yang unik ada dua kabupaten di Jawa Barat yang panitia dan Bupatinya berani serta kreatif memberikan hadiah kepada Juara 1 Gupres berupa sepeda motor. Sebuah penghargaan yang patut ditiru dan diacungi jempol.

Ketiga, sosialisasi yang terkesan mendadak dan tidak merata. Pemilihan Gupres mulai tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, memerlukan sosialisasi yang cukup lama dan merata. Tidak terkesan mendadak, jangka waktunya pendek serta hanya diberitahukan kepada sekolah-sekolah tertentu saja, tidak semua sekolah. Padahal kesempatan mengikuti seleksi ini terbuka untuk semua guru pada semua jenjang sekolah.

Keempat, persiapan yang kurang matang. Sebagai efek dari sosialisasi yang mendadak dan tidak meratanya informasi tentang seleksi Gupres, maka persiapan bagi guru yang termotivasi untuk mengikutinya juga tidak matang. Pencarian dan pengumpulan dokumen tentu butuh waktu yang lumayan lama. Apalagi pembuatan PTK, artikel ilmiah dan video pembelajaran sangat memerlukan waktu yang leluasa, tidak dapat dilakukan secara mendadak. Belum lagi persiapan dokumen yang berhubungan dengan persyaratan teknis seperti foto copi SK guru sejak pengangkatan pertama sampai sekarang, berbagai surat keterangan, rekomendasi, dan lain-lain.

Kelima, rendahnya motivasi dari Kepala Sekolah dan rekan guru sejawat. Kepala sekolah sebagai atasan dari guru yang bersangkutan tidak memiliki semangat, minat dan dorongan yang tinggi kepada para guru untuk mengikuti seleksi. Plus dorongan dari rekan-rekan guru di sekolah pun kurang begitu intens. Bahkan ada kesan, para guru saling melempar atau menunjuk teman-temannya untuk mengikuti seleksi, yang pada akhirnya tidak ada satu pun guru yang siap.

Keenam, tidak adanya motivasi dan bimbingan dari para mantan juara tahun sebelumnya. Bahkan boleh jadi identifikasi nama dan asal sekolah para juara tahun sebelumnya tidak terdeteksi. Jika terdeteksipun mereka enggan atau tidak ada upaya untuk berbagi ilmu tentang trik dan tips menjadi juara kepada para guru di kabupaten/kota-nya masing-masing.

Ketujuh, mental guru yang memang malas atau tidak mau meningkatkan kompetensinya. Meski alasan ini tidak berlaku umum pada semua guru, tetapi dugaan penulis bisa jadi ada beberapa guru yang tidak mempunyai mental siap dan enggan untuk berkompetisi dengan guru lain. Padahal dari segi pengalaman dan golongan atau pangkat mereka sudah lumayan tinggi. Alasan mereka tidak ikut seleksi seperti sudah tua, tidak mau ribet, membuat diri pusing, dokumen yang sudah hilang, dan lain-lain.

Solusi

Guru adalah sosok penentu masa depan pendidikan. Mereka adalah model identifikasi bagi peserta didik. Mutu pendidikan banyak tergantung pada dan dipengaruhi oleh guru. Maka sudah seyogyanya guru selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan dedikasi melalui keikutsertaannya pada Pemilihan Guru Berprestasi. Akan tetapi sangat disayangkan, realita menunjukkan minimnya peserta dalam mengikuti seleksi Gupres, terutama pada level kabupaten/kota.

Bertitik tolak dari pemaparan faktor penyebab di atas, maka kiranya ada enam solusi yang dapat dijadikan bahan rujukan atau referensi bagi penyelesaian masalah di masa yang akan datang, yaitu:

Pertama, aspek penilaian dalam Gupres tidak terlalu banyak dan terkesan kompleks. Maksimal tiga aspek penilaian sudah lumayan bagus. Hal ini didasarkan pada tugas keseharian guru yang begitu banyak, sehingga beban tugas guru yang sudah ada tidak terlalu ditambah oleh beban memenuhi aspek-aspek yang dinilai. Tentu kewenangan untuk mengurangi aspek penilaian ini ada pada panitia di tingkat nasional atau Kemendikbud.

Kedua, panitia di tingkat kabupaten/kota memberikan reward atau hadiah yang representatif bagi para juara. Panitia di dinas pendidikan bekerjasama dengan pemerintah daerah melakukan upaya kreatif untuk menggali sumber-sumber dana bagi penyediaan hadiah. Terlebih jika hadiah tersebut masuk pada anggaran pendapatan belanja daerah, merupakan sebuah kemajuan. Perlu sinergi semua pihak untuk memperhatikan dan menghargai para juara. Persiapan dokumen-dokumen yang diperlukan guru dalam seleksi menghabiskan dana yang lumayan besar. Kiranya patut bercermin dan meniru pada kabupaten/kota yang mengapresiasi para juara dengan hadiah berupa tambahan uang, bahkan barang berupa sepeda motor.

Ketiga, berikan sosialisasi kepada semua guru dan sekolah secara leluasa dan merata. Melalui panitia dan pengawas di daerah, sosialisasi tersebar. Dua atau tiga bulan sebelum pelaksanaan seleksi, idealnya sosialisasi itu sudah dimulai sehingga respon dan persiapan sekolah untuk menyosialisasikan kepada para guru pun dapat dilaksanakan dengan leluasa pula. Secara otomatis persiapan para guru pun akan lebih lama dan matang.

Keempat, kepala sekolah dan rekan guru sejawat harus memberikan motivasi dan semangat yang tinggi kepada rekan-rekannya untuk mengikuti seleksi. Bahkan jika ada guru yang memiliki potensi untuk ikut serta pemilihan Gupres, harus didorong, kalau perlu dibantu oleh rekan-rekan guru dalam mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan persyaratan seleksi. Jangan sampai terjadi kepala sekolah dan para guru terkesan tidak peduli pada rekannya yang memiliki kemauan untuk ikut. Bagaimanapun jika ada guru yang mendaftar, lalu meraih juara, maka citra sekolah akan terangkat.

Kelima, para mantan juara Gupres tahun-tahun sebelumnya hendaknya diidentifikasi, sehingga mereka dapat menularkan ilmu dan pengalamannya kepada para guru yang ada di kabupaten/kotanya masing-masing. Biasanya, memperoleh ilmu dan pengalaman dari rekan seprofesi akan meningkatkan motivasi yang lebih tinggi dan berharga. Terlebih jika para mantan itu siap untuk membantu segala persiapan sebelum seleksi.

Keenam, motivasi dan mental berprestasi para guru perlu ditingkatkan. Kesadaran para guru akan perlunya menjadi guru yang kompeten perlu ditumbuhkan. Banyak cara untuk menuju ke arah sana, salah satunya dengan mengikuti pemilihan Gupres. Belajar itu sepanjang hayat. Guru tidak perlu berpikir bahwa ia sudah berusia tua, ribet, dan lain-lain. Jadikan pemilihan Gupres itu sebagai wahana belajar mencari ilmu dan pengalaman, tidak semata-mata diniatkan untuk menjadi juara.

Terakhir, marilah kita para insan pendidikan yang ditakdirkan berprofesi sebagai guru selalu termotivasi untuk berprestasi dan terus berusaha mempersembahkan yang terbaik bagi kemajuan pendidikan. Kebaikan yang diberikan bagi peningkatan mutu pendidikan, InsyaAllah akan menjadi kenangan manis dan bermanfaat bagi diri, keluarga, peserta didik, masyarakat, dan bangsa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga sukses dan menjadi yang erbaik Pak ....

11 May
Balas

Sama sama pak...terimakasih

11 May

Baguss pak... Demikian yg terjadi sesuai realitaa.. Barokallah semoga bpk senantiasa sehat dan suksess..

11 May
Balas

Amin...terimakasih Pak..semoga bpk juga sukses

11 May



search

New Post