Hadir menjadi Pendidik di pelosok bumi Cendrawasih bukanlah suatu hal yang mudah. Suka dan duka pasti ada. Patutlah kita berterima kasih kepada pejuang pendidikan di daerah pelosok Nusantara. Utamanya pejuang Pendidikan yang mencetak generasi emas Mutiara Hitam.

Satu tahun telah kurasakan menjadi Guru di pelosok Papua. Telah kucicipi suka dan duka menjadi pendidik di sana. Tanpa sinyal, tanpa listrik, tanpa fasilitas seperti layaknya hidup di kota. Perjalanan udara, membelah hutan, laut, sungai, danau, bahkan melewati muara sudah pernah dirasakan. Tidak hanya perjalanan saja yang membuat kagum. Menyaksikan potret pendidikan yang masih jauh dari kemampuan standar menjadikan hati saya pilu. Kemampuan CaLisTung yang masih sangat kurang menjadi fokus utama untuk ditingkatkan, kemudian pembentukan karakter.

Ingin rasanya ku menulis rangkaian pengalaman, cerita, dan catatan penting saat melakukan pengabdian mengajar selama 1 tahun di kampung Poiwai, distrik Sawai, kabupaten Mamberamo Raya, Papua. di buku yang ingin saya tulis ini diceritakan pengalaman menarik, perjuangan, dan tantangan menjadi Guru di pelosok Papua. Berhentilah kita untuk mengeluh, teruslah mengabdi untuk dunia pendidikan di Indonesia.

Semoga saya mampu merangkainya masa-masa itu menjadi sebuah catatan pengalaman yang menarik untuk dibaca oleh seluruh guru-guru hebat di indonesia.

Bangkalan, 17 Mei 2020