Dermaga Air Mata 2
#2
“Pak Guru benar kah Pak guru akan pergi meninggalkan kitong semua?, tanya Arikson Awaki kepadaku di suatu malam sambil memasang muka sedih.
“Kenapa kalian bertanya seperti itu? Bukankan Pak Guru sudah menyampaikan saat pak guru datang ke sini kalau masa waktu tugas pak guru selesai , pak guru akan pergi dari kampung ini. Jadilah kalian anak-anak yang hebat”, jawabku sambil menguatkan hati mereka.
“Iya Pak Guru, tapi kitong masih ingin pak guru mengajar kami sampai kami lulus”, bantah Arikson.
“Seandainya Pak Guru tetap mengajar sampai kalian lulus, bukannya setelah itu kalian akan meninggalkan Pak Guru dari kampung ini untuk melanjutkan sekolah yang ke jenjang yang lebih tinggi lagi?, tanyaku.
“iya juga sih Pak Guru. Lalu siapa yang bisa mengajar kami selain pak guru nanti?”, tanya Arikson lagi.
“Kalian jangan khawatir, nanti pasti ada guru yang akan datang lagi ke sekolah ini untuk mengajar kalian”, jawabku.
Mendengar berita tersebut wajah mereka kembali senang. Mereka semua mulai menyadari bahwa kami hanya sesaat bagi mereka. Namun pengabdian dan ilmu yang telah saya berikan mampu dikenang dan dimanfaatkan untuk selama-lamanya. Malam itu merupakan malam terakhir bagi mereka untuk bisa duduk di dekat Pak guru Ilham dan pak guru Haris. Malam itu juga tidak kami manfaatkan untuk tidur terlalu cepat. Pada malam itu barang-barang yang terlalu berat untuk kami bawa pulang, kami berikan kepada mereka. Jaket, selimut, sepatu, baju serta kaos kami berikan kepada mereka supaya mereka juga mengenang kami dari baju-baju pemberian kami. Dengan senang pula mereka menerima barang-barang dari kami. Itung-itung meringankan koper yang akan kami bawa pulang untuk diisikan oleh-oleh khas papua untuk keluarga nanti saa belanja di Biak.
Hingga pagi hari tiba, suasana kesedihan mulai terasa. Saya dan beberapa teman guru semua sedang menyiapkan diri untuk mengikuti Upacara HUT RI. Sembari menyiapkan diri, juga menyiapkan barang-barang yang akan di bawa pulang. Sejak pukul 07.00 anak-anak murid sudah siap dan berdiri di depan rumah saya. Kulihat mereka dari balik jendela tampak senyum kesedihan mereka. Dalam hatiku pun merasakan kesedihan yang mereka rasakan. Saya bertekad untuk tidak menjatuhkan air mata sedikitpun di depan mereka. Karena jika sekali saya menjatuhkan air mata, pasti semua anak-anak murid akan menangis. Itulah janji dalam diri saya untuk tetap tegar dan siap menerima kenyataan untuk berpisah dengan mereka.
Hingga pelaksanaan Upacara selesai, dilanjutkan ceremonial pelepasan secara resmi oleh Kepala Distrik Sawai selaku inspektur upacara HUT RI juga suasana kesedihan tambah parah. Saat barisan dibubarkan, terjadilah tumpah air mata di lapangan dari seluruh siswa dan beberapa warga. Saat itu saya menyikapi dengan tegar dan kuat tanpa tangisan. Entah apa yang mereka pikirkan sehingga saya dipeluk dan tidak boleh dilepas dari kerumunan siswa. Tragedi ini masih belum mampu menjatuhkan air mata. Saya pun tetap tegar melihat mereka menangis sembari menenangkan mereka untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan.
Saya harus segera merapat ke ruang guru karena akan diadakan doa bersama dan pelepasan secara resmi oleh kepala sekolah dan seluruh dewan guru dan murid. Tampak hadir bapak Kepala sekolah dan Ibu Pendeta Reri dalam ruangan tersebut. Acara tidak terlalu resmi. Namun ini adalah acara yang cukup sacral bagi saya. Usaha menahan air mata untuk tidak jatuh di depan anak-anamu murid gagal. Doa yang dipanjatkan ibu Reri mampu menjatuhkan simpanan air mata saya yang cukup lama saya tahan. Dengan khidmatnya doa yang dipanjatkan sambil menangis bunda Reri menyampaikan banyak terima kasih kepada kami. Banyak pula pengalaman-pengalam belajar kami yang beliau sebutkan. Sehingga mampu memutar otakku dari awal menginjakkan kaki di Kampung Poiwai hingga hari terakhir itu.
Sejak saat itulah saya tak bisa menghentikan linangan air mata kesedihan perpisahan dengan mereka semua. Pengalaman yang sangat luar biasa itu hanya menjadi kenangan suatu saat untuk anak-anak cucu saya. Hingga acara perpisahan selesai, tangisan dari seluruh siswa dan orang-orang yang ada di dalam ruangan tidak berhenti. Padahal waktu menunjukkan cukup siang. Speedboat dan pengemudinya sudah bersiap sejak pagi untuk mengantarkan kami ke Serui untuk melanjutkan perjalanan ke Biak menggunakan kapal cepat.
Tak terasa juga kalau saya tidak sarapan dan makan sejak pagi. Kami pun langsung mengambil barang-barang di rumah dan melanjutkan perjalanan ke pelabuhan. Dibantu anak-anak membawakan barang, seluruh siswa dan masyarakat turut mengantarkan kami ke pelabuhan. Beberapa warga juga sudah menunggu di pelabuhan untuk menyampaikan selamat jalan kepada kami.
Sungguh tidak terduga. Pelabuhan yang sangat kecil itu dipenuhi oleh hampir seluruh warga kampung Poiwai. Turut kesedihan yang cukup dalam juga dari warga. Terlihat dari raut muka mereka yang juga meneteskan air mata saat kami hendak melambaikan tangan sebelum menaiki speedboat. Anak-anak murid pun juga tambah menunjukkan ekspresi kesedihan mereka. Saya hanya bisa melambaikan tangan saja sejak mesin motor speedboat dinyalakan. Tak diduga juga ada siswa yang berenang mengikuti Gerakan speedboat yang menuju ke arah yang menjauh dari pelabuhan.
Hari itu benar-benar menjadi hari yang bersejarah dalam hidupku. Skenario Allah SWT sangat indah untuk perjalanan hidupku yang suka duka selama di bumi Cendrawasih. Saya merasakan pengabdian 11 bulan itu sangat cepat sekali. Hampir juga saya melupakan rasa rindu kepada keluarga. Sehingga pelan-pelan mengikuti perjalanan menuju ke kota saya pelan-pelan juga membalikkan hati dari kesedihan menjadi kesenangan karena akan bertemu dengan keluarga.
Saya merasa itu adalah pengalaman yang sangat luar biasa dalam hidup saya. Sehingga penting sekali untuk saya tulis seluruh kisah-kisah pengalaman yang saya alami saat pengabdian di bumi Cendrawasih 2013 silam
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pengalaman yang luar biasa pak. Sukses terus.
Hehehe terima kasih bu. Pengalaman yg tidak akan sy lupakan bu
Pengalaman luar biasa. Sukses pak
Pengalaman yang sangat luar biasa, pasti bapak dan teman2nya orang yang pandai beradaptasi hingfa, dicintai oleh banyak orang.. Alhamdulillah