Ilham Saputra

Guru Seni Budaya di Bangkalan. Pelatih Paduan Suara dan Guru Musik...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dermaga Air Mata

Dermaga Air Mata

#1

Masa pengabdian telah berjalan 11 bulan. Tibalah waktunya untuk mengakhiri pengabdian singkat di bumi cenderawasih. Waktu pengabdian selesai lebih awal sebelum tanggal berakhirnya pengabdian yang sebenarnya. Hal ini disebabkan beredar terjadinya konflik di daerah Papua pegunungan oleh masyarakat berambut lurus. Oleh karena itu, untuk mngantisipasi hal yang tidak diinginkan diinstruksikan seluruh guru yang mengabdi di Papua untuk mencari lokasi yang lebih aman. Melalui memo radio distrik, dikabarkan oleh pihak LPTK meminta untuk segera mengakhiri pengabdian dan kembali ke kampung halaman masing-masing. Tentunya berita ini membuat hati antara senang dan sedih. Senang karena sebentar lagi akan bertemu keluarga. Sedih karena harus berpisah dengan anak-anak murid, bapak dan mama asuh, teman-teman guru, dan masyarakat sekitar.

“Pak Guru, barusan ada kabar dari Kaso kalau pak guru diminta untuk pulang ke jawa. Pak Guru di distrik Marikai juga menitip pesan kalau nanti pukul 16.00 WIT diajak berkomunikasi lewat radio”, ujar Bapak Iwanggin petugas operator radio Kampung Poiwai.

Mendengar berita tersebut, kami pada pukul 16.00 sudah stand by di depan ruang radio kampung bersama bapak operator. Radio satelit ini adalah satu-satunya alat komunikasi yang digunakan untuk mendapat dan mengirim berita antar kampung atau dari kabupaten. Sehingga layanan ini saat beroperasi waktunya ditentukan yaitu pukul 08.00-10.00 dan pukul 16.00-17.00. Namun kalau di waktu sore sangat jarang operator menyalakan radio kalau tidak ada informasi yang sangat penting.

Radio pun mulai tersambung dengan radio di kampung Marikai. Teman yang bertugas di sana juga sudah siap melakukan komunikasi melalui radio.

“Hallo Pak Ilham dan Pak Haris, apa kabar kalian di sana”, tanya Pak Muchlis untuk menyapa kami.

“Alhamdulillah kabar kami semua di sini baik-baik saja. Ada kabar apa?”, tanyaku.

“Apa kalian sudah mendengar kalau Prof Luthfiyah meminta kita yang bertugas di Mamberamo Raya dan Mamberamo Tengah untuk segera kembali. Dengar-dengar karena adanya konflik di daerah pegunungan”, ujar Pak Muchlis.

“Saya sudah 2 mingguan tidak ke tempat sinyal. Sehingga kami tidak mendengar info tersebut. Saya baru dengar dari kalian ini’, ujarku.

“Waaah, berarti kalian yang di kampung Poiwai paling telat menerima informasi ini. Teman-teman yang bertugas di kabupaten semuanya sudah berada di Jayapura untuk menunggu tiket kepulangan. Jadi kalian silahkan bersiap-siap untuk pulang dan kita akan pulang bersama-sama”, terang Pak Muchlis.

“Baik Pak, kami akan segera kondisikan bersama bapak kepala sekolah. Karena kami tidak bisa berangkat ke kota kalau tidak naik speedboat sekolah. Kalau begitu kita besok pukul 08.00 kita komunkasi lagi melalui radio ini”, jelasku.

“Baiklah, besok pagi kita akan komunikasi lagi”, ujarnya.

Berawal dari komunikasi itulah kami yakin kalau berita itu baru dinyatakan valid dan benar. Sehingga sepulangnya dari ruang radio satelit, kami langsung melapor kepada bapak asuh yang juga menjadi kepala sekolah akan berita yang diterima. Bapak kepala sekolah langsung merespon dengan baik. Beliau juga menginstruksikan kalau seluruh teman-teman guru yang berada terdekat untuk berkumpul di Kampung Poiwai. Bapak kepala sekolah akan membantu menyiapkan speedboat untuk mengantar teman-teman semua setelah pelaksanaan Upacara HUT RI pada hari senin.

Esok paginya melalui radio satelit kami langsung memberi kabar kepada seluruh teman-teman yang masih ada di kampung Nadofuai, Marikai, dan Bonoi untuk segera merapat ke kampung Poiwai. Meski tidak dapat berkomunikasi dengan mereka secara langsung, melalui petugas operator masing-masing kampung kami menitip informasi untuk disampaikan kepada guru-guru yang dimaksud. Dua hari kemudian setelah adanya informasi tersebut, teman-teman guru secara bergantian mulai datang ke kampung Poiwai.

Mereka sudah melakukan perpisahan dengan pihak sekolah dan masyarakat di sekitar. Namun sejak mendengar berita kepulangan, saya belum melakukan persiapan. Bahkan sejak mendengar berita tersebut, banyak sekali siswa-siswi yang menyambut dengan kesedihan. Hampir setiap hari dan setiap malam mereka berkunjung ke rumah dengan alasan ingin bersama pak guru sebelum pergi.

bersambung......

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post