Ilham Saputra

Guru Seni Budaya di Bangkalan. Pelatih Paduan Suara dan Guru Musik...

Selengkapnya
Navigasi Web
Nyanyian Mutiara Hitam

Nyanyian Mutiara Hitam

#3

Tepat pada 10 Juni 2014 setelah pelaksanaan Ujian Akhir semester Genap, pagelaran diadakan oleh siswa-siswi kelas VII dan VIII. Siswa-siswi kelas VIII sebagai pelaksana pagelaran dan penampil telah menyiapkan secara matang. Mulai dari desain panggung, kostum, dan bentuk pagelaran di dalam ruangan maupun yang di luar ruangan. Materi Lagu yang mereka bawakan adalah Sinanggar Tullo-Batak, Kampuang Nan Jauh di Mato – Sumatera, Kerrabhen Sape-Madura, Instrumentalia musik Bali, Waktu hujan Sore-sore-Maluku, dan pertunjukan kolosal Papua untuk Indonesia yang ditampilkan di lapangan sekolah. Seluruh konsep telah disusun oleh siswa dengan meminta pendapat dari guru-guru yang lain.

“Pak Guru, kitong su buat konsep untuk kegiatan pameran”, ujar Arikson Awaki dengan dialek Papuanya.

“Konsep yang kalian susun sudah bagus sekali, tinggal kalian persiapkan sebaik mungkin supaya bisa dilaksanakan sesuai yang kalian inginkan”, ujarku kepada Arikson di depan siswa-siswi yang lain.

“Baik Pak guru !. Tapi kitong perlu latihan dan perlu kerja untuk persiapannya. Jadi bagaimana kitong mengaturnya? Tanya Arikson.

“Begini saja, kalian latihan saja dulu yang ingin kalian tampil. Nanti hari minggu kita semua bekerja dari kelas VII dan VIII cari kayu, buat bilik, dan lain-lain secara bersama-sama”, jawabku sembari memberi solusi kepada mereka.

“Baik Pak guru !, kami setuju”, jawab seluruh siswa serentak.

Tema yang diangkat yaitu “Papua Untuk Indonesia”. Merupakan pemikiran dari siswa-siswi bersama guru yang lain dengan harapan mereka mulai memunculkan rasa cinta kepada Tanah Air. Selama ini mereka masih belum mengerti tentang Indonesia itu seperti apa. Maklum mereka sejak lahir berada di pedalaman, dimana orang tua mereka juga tidak mengajarkan mereka tentang wawasan cinta tanah air.

Pada akhir penampilan lagu-lagu nusantara, mereka menyajikan sebuah teatrikal di lapangan dengan konsep perang antar suku. Dimana pada akhir perang suku tersebut terjadi perdamaian dengan mengangkat bendera merah putih sebagai lambang negara Indonesia yang penuh perdamaian. Mereka juga berkata bahwa “kami yang ada di Papua ini adalah warga Indonesia, kami berhak menjadi warga Indonesia seutuhnya”.

Pagelaran pentas seni dan teaterikal kolosal ini mendapat banyak sekali respon dari masyarakat sekitar yang menyaksikan. Air Mata para penonton pun tumpah di ujung pertunjukan ini. Mereka tidak kuat menahan air mata.

saya terharu melihat anak-anak kita bisa tampil seperti itu, mereka seharusnya layak mendapatkan pendidikan yang utuh seperti anak-anak Indonesia yang lain. Keinginan mereka untuk belajar yang lebih baik lagi mulai sekarang sudah tumbuh berkat kedatangan Guru-Guru SM3T” ujar Samuel.C. Sembay selaku Wakil Kepala Sekolah yang juga Alumni SMPN 1 Poiwai.

Pada kegiatan ini, siswa-siswi semua merasa senang, bangga, dan haru. Pengalaman pertama kali mereka melakukan pentas dan pagelaran ini membuat mereka sadar bahwa Indonesia itu kaya akan budaya dan Bahasa.

Saya senang bisa belajar menyanyi dan dikenalkan kesenian terutama seni musik yang ada di Indonesia, dengan kegiatan ini saya bisa menyanyikan lagu daerah Sumatera, Madura, Maluku dan bisa tampil di lapangan seperti tadi. Saya berjanji akan belajar dengan giat supaya saya bisa mengenal Indonesia dan nanti saya akan mengajarkan anak-anak Papua tentang Indonesia supaya anak-anak Papua di pedalaman sama seperti anak-anak disana” ujar Vikaristi Benamen, satu-satunya murid berambut lurus yang sudah lama berada di Papua.

Rasa Cinta Tanah Air di SMPN 1 Poiwai ini bukanlah baru-baru saja dilaksanakan. Melalui pelaksanaan apel pengibaran bendera merah putih yang setiap hari mereka lakukan itu sudah memunculkan kecintaan mereka kepada Indonesia. Namun melalui pementasan seni musik ini adalah langkah baru kami selaku guru Seni Budaya untuk mengenalkan Indonesia, menghargai budaya-budaya daerah, dan mencintai budaya daerah sendiri sebagai wujud dari menanamkan rasa Cinta Tanah Air Indonesia. Dengan harapan agar mereka menghargai pejuang-pejuang bangsa, tokoh-tokoh pendiri bangsa, dan nenek-nenek moyang yang telah memperjuangkan negara kita baik ketika berperang maupun mengenalkan budaya Indonesia.

Kesenian merupakan komponen Budaya yang ada di Indonesia. Keberagaman kesenian yang ada di setiap daerah merupakan karakter Indonesia. Oleh karena itu pendiri bangsa kita memunculkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya Berbeda-beda tetap satu jua. Keberadaan kesenian di Indonesia memberikan pengaruh yang besar dalam mempertahankan nilai-nilai luhur. Karena apa yang ada di Kesenian dan Budaya itulah muncul dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Oleh karena itu mari kita bersama-sama mencintai Kesenian khas Indonesia, kalau bukan anak-anak kita, terus siapa lagi........????????

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses pak

30 May
Balas



search

New Post