Nyanyian Mutiara Papua
#1
Belajar Lagu Daerah Nusantara
Mengajar musik di daerah pelosok menurut saya suatu hal yang mustahil. Hal yang tidak pernah disangka sebelum kami berangkat ke tempat tugas yaitu “ saya kira di sekolah pedalaman ini saya tidak bisa mengajar seni musik. Karena hampir permasalahan pendidikan di pedalaman yaitu tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung.“.
Inilah yang ada dalam bayangan sebelum berangkat ke tempat tugas. Bayangan itu berbalik 360 derajat. Di SMP Negeri 1 Poiwai tempat saya bertugas ini hampir seluruh siswa-siswinya suka benyanyi dan senang sekali dengan musik. Disamping adanya keterbatasan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, mereka cukup senang dengan kegiatan bermusik. Hal itu berdampingan dengan agama yang mereka anut yaitu Kristen. Jadi, peluang ini tidak disia-siakan untuk mempraktekkan pembelajaran seni musik sesuai dengan standar kurikulum yang berlaku.
Melihat potensi awal yang dimiliki anak-anak kemudian dikemas dalam suatu pembelajaran yang berkesan. Pembelajaran seni musik yang diajarkan yaitu menyanyikan lagu daerah luar papua.
“Anak-anak, dalam pelajaran seni budaya sekarang, kita akan mempelajari lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia. Kalian tau lagu Sinanggar Tulo dari Batak ? Gundul-Gundul Pacul dari Jawa Tengah? Atau lagu Kerrabhen Sape dari Jawa Timur?”, tanyaku kepada murid-murid.
Seluruh siswa diam, “Kitong tara tau lagu-lagu yang pak guru sebut”, jawab Arikson Awaki, salah seorang siswa kelas VIII.
“Lalu, lagu apa saja yang pernah kalian nyanyikan?”, tanyaku lagi ke seluruh siswa.
“Kitong hanya belajar lagu ibadah dan lagu Bahasa daerah kampung saja pak Guru”, jawab Arikson lagi.
“Bagaimana dengan lagu Apuse dan Yamko Rambe Yamko ?”, tanyaku lagi.
“Kitong pernah dengar, tapi kitong tidak pernah nyanyikan lagu itu”, jawab Abiater yang duduk di sebelah Arikson.
Dugaan saya benar. Ternyata mereka belum pernah belajar lagu daerah luar. Jangankan lagu luar Papua, lagu daerah Papua yang cukup terkenal saja mereka belum tau. Yang mereka tau hanyalah yang ada di sekitarnya saja. Oleh karena itu, permasalahan yang ditemukan ini dijadikan dasar supaya kegiatan pembelajaran seni musik dapat berkesan. Disamping itu tetap pada aturan kurikulum yang ada.
Dimulai dengan Pembelajaran seni Musik pada semester ganjil, materi-materi umum tentang musik tetap dikenalkan kepada murid-murid. Seperti mengenal Notasi angka, notasi balok, ritme, melodi, tempo, tangga nada, akord/kunci. Hal ini diberikan agar nanti dalam standar kompetensi Ekspresi mereka dapat memahami materi lagu dengan baik. Pada semester ini, tidak memaksakan keadaan siswa yang baru saja mengenal musik secara teori.
Pembelajaran diintegrasikan dengan menstimulasi kecintaan mereka terhadap musik di Indonesia. Diberikanlah mereka tugas untuk membentuk kelompok ansambel sederhana dengan menyanyikan salah satu lagu daerah luar Papua seperti lagu dari Jawa Tengah, Sumatera, dan Maluku. Dalam menyiapkan penilaian, mereka dibimbing dan dilatih bagaimana cara menyanyikan Lagu dengan baik. Penampilan yang mereka lakukan yaitu dalam kelompok ansambel menggunakan alat Musik gitar dan juklele (alat musik daerah). Mereka memerlukan waktu yang lama untuk bisa menghafal lirik lagu daerah tersebut dan menghafal akord serta urutan bagian Lagu. Oleh karena itu proses latihan dilakukan selama 1 bulan setiap hari rabu dan kamis sore secara bergantian.
Alhasil pada akhir semester ganjil mereka dapat menampilkan hasil aransemen Lagu daerah secara berkelompok ansambel sederhana. Penampilan mereka sangat baik sesuai dengan ketepatan nada setiap melodi yang dinyanyikan dan akord yang dimainkan. Hampir tidak ada kesalahan pada penampilan mereka. Dari segi Bahasa daerah luar yang mereka nyanyikan cukup jelas diucapkannya.
Pada proses pembelajaran yang cukup lama ini, ditanamkan nilai-nilai pesan moral kepada siswa. Ketika mereka mengetahui bahasa Jawa dari Lagu Gundul-gundul Pacul, mereka juga diajarkan arti dan maknanya. Jadi mereka dapat terlatih rasa menghargai bahasa daerah yang ada di Indonesia. Meski cukup aneh bahasanya bagi mereka, mereka mau menyanyikan sesuai dengan lirik yang sebenarnya. Maklum saja yang mereka tau bahasa kampung mereka sendiri dan bahasa Indonesia. Jadi, meski lirik yang mereka nyanyikan bahasa Jawa, tetapi logat yang dipakai adalah logat bahasa Papua. Hahahaha..
Bersambung …
Bangkalan, 28 Mei 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren nih. Tugas seorang gurulah untuk menggali keberagaman porensi dari setiap siswanya. Good job! Mampu menghargai potensi siswa.
Pengalaman yang berkesan Pak, Hebat... Salam Literasi