Ilham Saputra

Guru Seni Budaya di Bangkalan. Pelatih Paduan Suara dan Guru Musik...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pulau Tempat Curhat

Pulau Tempat Curhat

Kembali saya harus bernostalgia dengan Papua. Pengalaman hidup yang sangat sebentar, namun menyimpan sejuta kenangan senang, duka, dan haru. Kenangan-kenangan itu belum pernah tertuliskan, jadi melalui tulisan sederhana ini akan mencatat cerita yang akan dibuka di masa datang.

Saya menyebutnya Pulau Tempat Curhat. Pulau kecil ini jaraknya tidak jauh dari tempt tugas. Untuk sampai ke pulau ini jika menggunakan speedboat bisa ditempuh sekitar 15 menit. Jika menggunakan perahu ketinting bisa sampai 30-45 menit. Di pulau ini kalau dilihat tidak ada yang spesial. Namun bagi perantau tempat ini adalah tempat yang sangat istimewa. Karena hanya di tepian pinggir pantai inilah kami para perantau dapat melepas kerinduan, kegalauan, kebahagiaan, dan lain-lain dengan cara berkomunikasi dengan seluler.

Di tepi pinggir pantai inilah terdapat sinyal, meski hanya dapat digunakan untuk SMS dan telepon saja. Sinyal ini berasal dari sebuah perusahaan Kayu milik swasta yang membuat pemancar sinyal untuk para pekerjanya. Batas akhir sinyal itu berada di pinggir pantai pulau ini. Sementara sekitar 3km menuju tempat tugas sinyal itu sudah tidak dapat ditangkap.

Sabtu atau minggu merupakan hari yang sangat tepat untuk berkomunikasi dengan keluarga, kekasih, maupun mendapatkan informasi penting dari lembaga. Tempat ini menjadi salah tujuan para pendatang untuk berkomunikasi selain menuju ke kota.

Berdasar pengalaman, ada 2 cara untuk mencapai pulau tersebut yaitu dengan naik speedboat atau perahu ketinting. Sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika menaiki speedboat ini maka perjalanan akn lebih cepat, namun jika menaiki transportasi ini harus melewati Teluk Sasorai dimana teluk ini adalah pertemuan arus sungai, laut, dan samudera. Jadi pengemudi harus bebar-benar pintar menjalankannya dengan melihat bentuk air yg terjadi di teluk tersebut. Berbeda dengan transportasi tradisional yang dibuat oleh rakyat setempat. Perahu ketinting yang terbuat dari kayu adalah transportasi yang cukup aman karena tidak melewati Teluk Sasorai. Masyarakat menyimpan perahu ini di bibir-bibir pantai. Sehingga jika akan digunakan sudah siap, namun jika menaiki perahu ini harus sabar. Karena mesin perahu berjalan cukup pelan dibandingkan dengan menaiki speedboat.

Namun, meski kedua transportasi ini siap digunakan, ketika cuaca dan angin yang tidak baik, perjalanan menuju pulau ini harus digagalkan. Mengingat keselamatan tetap harus diutamakan. Jadi hanya berharap kepada yang Maha Kuasa untuk memohon agar cuaca segera membaik jika ingin melakukan perjalanan untuk mencari sebaris sinyal di ponselnya.

Kenangan ini sangat luar biasa teringat. Banyak pelajaran yang didapat dari pengalaman kejadian ini. Fikir positif yaitu bolehlah manusia merencanakan, namun Allah SWT yang tetap menentukan. Keinginan harus berdampingan dengan Usaha. dan Doa adalah kekuatan yang cukup besar jika kita lakukan untuk memohon kepada-Nya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pengalaman luar biasa yg tak tergantikan.

10 May
Balas

Pengalaman luar biasa yg tak tergantikan.

10 May
Balas



search

New Post