Satu Meter Serasa Satu Kilometer (Pengalaman Merasakan Malaria Tertiana di Papua) 2
#2
Malam harinya tubuh sudah semakin membaik tapi badan masih agak lemas dan demam. Bersama-sama dengan mama saya makan malam. Selesai makan, mama langsung ngobrol dan berbicara dengan saya.
“Pak Guru Ilham kelihatannya su beberapa hari ini tidak terlihat gembira. Pasti ada yang pak guru pikirkan kah”, ujar Mama dengan rasa penasarannya.
“hehehe,,,, Mama bisa saja. Tidak ada apa-apa kok ma”, jawabku sambil merahasiakan apa yang sedang saya alami.
“eh Pak Guru tara bisa bohong dengan mama. Sakit malaria itu penyebabnya dua hal. Kalau tidak kurang makan, ya ada pikiran. Pak guru kan makannya tiga kali sehari. Tidak mungkin pak guru kena malaria gara-gara kurang makan. Pasti pak guru ada pikiran yang berat sehingga pak guru sakit’, ujar mama.
Sambil tersenyum malu saya pun akhirnya berkata, “Iya mama, beberapa hari ini saya kepikiran Ibu yang sedang sakit di rumah. Tiap hari saya memikirkan ibu di kampung. Saya takut terjadi apa-apa dengan ibu d sana. Apalagi saya tidak bisa berkomunikasi setiap saat”
“Betul apa yang mama duga. Pak guru tara usah pikir susah. Pak guru malam ini istirahat saja dulu. Besok pulang sekolah kitong piknik ke tempat sinyal antar Pak guru telpon orang tua di kampung”, ujar mama.
Dengan senang hati saya mendengar apa yang mama sampaikan itu. Ingin rasanya malam itu lekas berlalu dan berganti esok untuk segera berkomunikasi dengan orang tua di kampung.
Keesokan harinya, berangkatlah kami ke pulau seberang untuk mencari sinyal. Saya pun tak sabar untuk segera menelepon ibu. Sesampainya, handphone saya langsung tuju ke nomor bapak dan yang mengangkat teleponnya langsung adalah ibu. Betapa senangnya hati saya sambil berbicara dengan ibu dan mengabarkan kalau ibu sudah baik-baik saja. Ternyata yang saya takutkan itu tidak terjadi. Bayangan yang selalu menghantui sehingga saya jatuh sakit terkena Malaria itu muncul dari dalam diri pribadi.
Selepas berkomunikasi, semua kembali ke kampung. Betapa senangnya hati saya setelah menelepon ibu. Sudah tidak ada beban fikiran lagi dalam diri saya. Saya pun kembali tenang dan pelan-pelan sakit malaria sembuh dan pergi dari tubuhku. Saat itulah saya benar-benar merasakan sebuah pengalaman yang berharga dari penyakit Malaria ini. Saya pun harus tetap waspada. Meski sudah sembuh dari malaria, saya akan berpotensi untuk sakit malaria lagi karena saya masih ada di daerah endemikk Malaria yaitu Papua.
Saat itu bukan menjadi hari terakhir saya terkena Malaria. Sekitar satu bulan kemudian penyakit malaria itu kembali kambuh. Namun posisi saya tidak sedang berada di kampung melainkan ada di kota Serui. Sebelum parah, saya memang langsung pergi ke dokter untuk segera diperiksa dan mendapatkan resep yang baik. Tanpa tes darah, dokter langsung tau kalau sakit yang saya derita adalah Malaria. Oleh karena itu, tidak dilakukan pemeriksaan yang lama. Resep obat langsung keluar untuk saya konsumsi obat dari dokter tersebut. Sebelum kembali ke kampung, obat-obat dari resep itu saya beli lebih untuk cadangan obat kuwatir akan kambuh lagi.
Sejak mendapat resep dari dokter di kota, malaria tidak mendekati tubuh saya lagi. Hingga sampai waktu pulang meninggalkan Papua menuju Jawa penyakit itu tidak muncul lagi. Sehingga cukup senang dan tenang hati ini pergi dari daerah endemik malaria.
Dua bulan lamanya meninggalkan Papua, saya kira malaria itu sudah bersih dalam tubuh. Ketika mengikuti kegiatan di Surabaya, tiba-tiba badan saya menggigil dan sangat berat sekali tubuh ini. Yang saya rasakan mirip saat malaria tertiana yang kambuh di Papua. Saya langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penangan lebih lanjut. Sesampai di rumah sakit, tes darah dan pengecekan yang lain dilakukan oleh pihak rumah sakit. Sembari dokter melakukan pemeriksanaan, saya menyampaikan juga ke dokternya kalau beberapa bulan yang lalu dating dari daerah endemic Malaria. Sehingga itulah yang dijadikan fokus pemeriksaan dokter kepada saya.
Setelah hasil tes keluar, memang kondisi saya menyerupai sakit demam berdarah. Dokter enggang mengatakan Malaria. Karena Malaria di Jawa sangat jarang sekali terjadi. Kalaupun terjadi pasti kondisinya sudah parah. Sehingga dokter yakin kalau sakit yang saya derita memang malaria. Resep obat yang diberikan sama persis saat obat di Papua. Kondisi tubuh sudah mulai membaik, sehingga saya memilih untuk rawat jalan hingga benar-benar sembuh. Satu minggu kemudian kembali untuk periksa darah. Hasil dari tes tersebut trombosit sudah normal dan kemungkinan juga parasite malaria benar-benar sudah mati karena obat klorokuin.
Pengalaman yang luar biasa antara hidup dan mati ini saya rasakan dua kali. Kita perlu waspada dan tidak terlalu takut dengan malaria ini. Hampir keseluruhan nyamuk yang ada di Papua adalah pembawa virus malaria. Bisa jadi saat digigit nyamuk di Papua itu sudah ada potensi sakit malaria. Usaha yang tepat untuk bisa sehat yaitu makan yang cukup, olahraga, dan tidak memiliki pikiran berat. Apa yang saya lakukan ini semoga menjadi pelajaran untuk semua yang akan mengunjungi Papua. Ingin rasanya kembali ke sana, menikmati hutan, laut, sungai, dan pemandangannya yang luar biasa. Namun tanpa nyamuk Malaria. Hehehe….
Bangkalan, 1 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pengalaman yang luar biasa,Bagus tulisannya Pak Keren
mantap pak, luar biasa
Pengalaman yang sungguh luar biasa.. MasyaAllah.. Pasti senang sekali bisa menikmati pemandanganvyang indah di Papua.. Semoga tidak kena Malaria lagi pak
Pengalaman yang luar biasa pak...saya dulu waktu masih lajang pernah terpikir ingin menginjak tanah papua