Usia Menua? Tetap Berkarya

Oleh : illah Nafilah

Ada pandangan sebagian orang, bahwa berkarya itu selagi muda saja, hingga ketika memasuki usia senja tidak perlu lagi berkarya. Padahal jika kita membaca dari sejarah orang-orang hebat baik di Indonesia maupun dunia, mereka tetap berkarya dan menghasilkan karya di usia senja mereka.

Dalam agama saya juga mengajarkan orang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya, yang terkenal dengan "Khoirunnaas Anfa'uhum Linnaas".

Dari sini kita diajarkan untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Manusia yang bermanfaat itu bukan hanya di satu kurun waktu saja, akan tetapi kalau bisa dan badan sehat, maka bermanfaat lah sepanjang hayat.

Jika kita miliki kemampuan dan kelebihan di satu bidang, maka tekunilah dan jadikan itu aset yang menjadikan kita bermanfaat bagi orang lain, terutama keluarga dan masyarakat terkecil di lingkungan kita.

Ketika berbicara tentang karya, ada sebagian orang yang berfikir bahwa karya itu harus sesuatu yang "wah" dan besar, serta banyak. Padahal jika hal-hal kecil yang secara kontinyu kita lakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, itu juga merupakan wujud dari sebuah karya.

Berkarya bukan melulu pada hal-hal yang konkret, semisal Bapak BJ Habibi bisa berkarya dengan pesawat terbangnya. Tetapi karya juga bisa dalam bentuk lain, semisal mengajarkan ilmu tentang bercocok tanam, atau tentang cara membuat tanaman secara hidroponik.

Contoh lainnya, saat seseorang memiliki satu keterampilan membaca Al-Qur'an, lalu orang tersebut secara kontinyu mengajarkannya kepada keluarga, kerabat, juga kepada anak-anak yang ada di sekitar rumahnya. Bukankah ini juga sebuah karya? Bahkan hal ini merupakan cikal bakal bekal kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat kelak.

Atau ketika kita sudah memiliki kemampuan menggoreskan satu atau dua kata dan di lakukan terus menerus, hingga goresan-goresan pena itu di baca dan dilakukan oleh orang lain, serta dapat menginspirasi mereka, tentunya ini juga merupakan sebuah karya.

Dari contoh-contoh yang penulis tuliskan diatas merupakan hal yang dianggap kecil dan sepele, akan tetapi memiliki nilai yang tinggi, itulah karya.

Jadi, jangan batasi pikiran kita dengan kalimat "Tidak mungkin dapat berkarya karena batasan usia", atau "Saya tidak bisa berkarya seperti mereka karena bla bla bla..". Karena jika pikiran-pikiran ini muncul dan di benarkan terus, maka akan menjadi tindakan, dan tindakan-tindakan akan melahirkan karakter. Maka jangan batasi pikiran kita dengan hal-hal yang sempit, sehingga mempersempit ruang karya kita.

Yakinkan diri, bahwa Allah Subhanahuwata'ala telah menitipkan akal, budi, jiwa dan raga serta iman, maka maksimalkan pemberian dan anugrah ini dengan sebaik-baiknya. Semoga kita dapat menjadi insan yang bermanfaat dan menebar manfaat bagi lingkungan dimana kita tinggal, sesuai dengan bidang kita masing-masing.

Walloohu A'lam.

Titian Resak, 3 Juni 2023

Profil Penulis

Penulis bernama Illah Nafilah,S.Pd lahir di Indramayu, pada tanggal 22 Maret 1974. Saat ini berdomisili di desa Titian resak Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau dan bertugas sebagai kepala sekolah di SD Negeri 021 Berapit.

Penulis telah memiliki buku solo sebanyak 7 judul antara lain "Ajarkan Aku Menjadi Istri Idaman" (Mediaguru) "Aku Tersungkur di HadapanMu" (Mediaguru), "Bingkai Rindu Sakura ku" (Mediaguru), "Pantun Mutiara Indragiri Hulu"(Mediaguru), "Di Pintu Taubat" (Perruas), "Asiknya Menyanyi Lagu ASEAN" (RK), dan "Ku Relakan Hidup Tanpa Rahim" (Mediaguru).

No. Wa yang bisa dihubungi 085265088877