Ilman Fatuh Rahman A.F

Baca, Tulis, Amal...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENANGKAL LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL DAN TRANSGENDER)

MENANGKAL LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL DAN TRANSGENDER)

Menangkal LGBT

(FORUM GURU KORAN PIKIRAN RAKYAT 10/01/2018)

Ilman Fatuh Rahman A.F

Wakil Kepala SMP Negeri 4 Cisarua Kabupaten Bandung Barat

Mengingat belum adanya payung hukum yang mengatur fenomena lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT), pendidikan seksual dipandang penting untuk menyikapi merebaknya persoalan ini. Pendidikan seksual pada anak memang mengalami ambiguitas, sehingga menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Di satu sisi pendidikan seksual tidak layak diajarkan kepada anak karena dianggap tabu, sementara di sisi lain pendidikan seksual dianggap mendesak untuk diajarkan sedini mungkin.

Pendidik harus dapat mengkonfirmasi bagaimana pendidikan seksual yang semestinya diajarkan, setidaknya berdasarkan asas moralitas dan asas manfaat. Pertama, asas moralitas. Menggiring manusia secara umum untuk berperilaku baik dan berusaha mengatasi perilaku buruk yang dianggap bertentangan dengan norma dan etika. Moralitas menuntun kita untuk berbuat baik dan mau berbuat sesuatu atas keburukan, apabila melihatnya maka rubahkan dengan tangannya (kewenangannya), selanjutnya dengan lisannya. Kapasitas ini dimiliki betul oleh orang tua di rumah, guru di sekolah, pemuka agama dan tokoh di masyarakat. Dalam hal ini LGBT jelas merupakan perilaku amoral yang harus ditangkal oleh semua fihak karena mengundang bencana besar yakni merusak karakter, mengancam tatanan hidup dan masa depan generasi bangsa

Pendidikan seksual dijalankan bukan menyasar pada aktivitas melakukan hubungan seksual, melainkan menyasar pada pola integritas tumbuh kembang anak. Integritas tumbuh kembang anak bermakna pada pembelajaran pengetahuan terhadap anak bahwa ada bagian tubuh pada dirinya yang harus ditutupi dan dilindungi (aurat), menyadari ada bagian dari tubuhnya yang bisa menjadi sasaran pelecehan seksual. Mengedukasi anak untuk sadar bahaya dan motif kejahatan seksual seperti pedofilia, perkosaan, sodomi, prostitusi, seks bebas dan sebagainya, Tipu muslihat pelaku berjalan mulus karena ketidaktahuan anak tentang seksualitas, semisal “ajian semar mesem” pelaku pedofil yang menjanjikan kekuatan daya tarik wanita kepada anak yang menjadi korbannya. Dengan demikian, sangat penting menggunakan strategi pendidikan seksual yang proporsional dan tepat konten sehingga mudah di cerna dan tidak di salah tafsirkan.

Selain itu, mengelola hasrat seksualitas di usia pubertas menjadi sangat strategis. Fenomena kids zaman now berpengaruh banyak terhadap perilaku pergaulan anak-anak usia sekolah, sebagian mengamini pacaran sebagai gaya hidup remaja masa kini. Meluruskan pemikiran yang sangat keliru ini dengan pendekatan pendidikan agama dalam keluarga, sekolah. dan masyarakat. Pubertas merupakan anugerah dari Sang Mahapencipta yang harus dikelola dengan baik. Mengendalikan hasrat seksual hingga waktu yang diperkenankan yaitu setelah menikah. Menegaskan orientasi seksual yang benar sesuai titah agama, jika tidak, ada akibat besar yang dapat dirasakan langsung di dunia dan di akhirat, seperti dimusnahkannya kaum Sodom pada masa kenabian Luth as, merebaknya penyakit menular seksual, dan dibalas dengan siksaan teramat berat di akhirat kelak.

Kedua pendidikan seksual berdasarkan asas manfaat, yakni dengan terkendalinya hasrat seksual akan melahirkan keutamaan bagi dirinya. Tercapainya cita-cita yang diinginkan karena fokus pada prestasi dan belajar tanpa terganggu dengan pola pergaulan muda-mudi yang di cap menyimpang, serta mendapat kemuliaan di sisi Tuhan. Jika terjerumus pada perilaku seksual yang terlarang ini dipastikan akan mendapati masa depan yang suram sebelum sempat menyadarinya.

Kebermanfaatan edukasi seksual ini dapat pula mengasah kepekaan terhadap perilaku LGBT sehingga jangan sampai terjadi pembiaran, secara bersama-sama mengasuh anak didik dengan didasari kasih sayang. Hal ini sesuai dengan kearifan lokal silih asah, silih asih dan silih asuh, artinya tanggung jawab kolektif dalam mendidiklah yang mampu berperan melindungi generasi bangsa dari kontaminasi penyakit LGBT.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap! Hebat Kang! Informatif dan inspiratif, bingit! Mksh!

04 Feb
Balas

asiik aya rencang ayenamah. nuhun uda follow.

04 Feb
Balas



search

New Post