PENJARA DUNIA
Penjara Dunia
Ilman Fatuh Rahman A.F
Pengajar PAI di SMP Negeri 4 Cisarua
Adalah Ma’iz seseorang yang berbuat dosa tetapi jujur. Ia mengaku perzinaannya, meminta hukuman rajam untuk dirinya, sampai Rasulullah mengatakan, “Jika taubatnya dibagi untuk penduduk Madinah niscaya mencukupi bagi mereka”.
Berbanding terbalik dengan dunia penegakan hukum saat ini, terbongkarnya fasilitas mewah dalam sel penjara di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) narapidana korupsi Sukamiskin Bandung membuat publik terperangah. Lapas yang seharusnya menjadi tempat pesakitan, berefek jera dan berefek taubat justru semakin menjauh dari tujuan asalnya.
Semisal dengan sel penjara, maka hakikatnya dunia ini merupakan penjara bagi orang mukmin. Tempat berdiam di ruang isolasi ketaatan, bukannya bermaksiat kepada Allah. Mentalitas rishwah (suap-menyuap) dan kejahatan lain yang mengiringinya merupakan salah satu indikator hamba harta dan hamba tahta berikut kemewaahnya, kemudian setelah itu merasa takut dan merana jika itu semua hilang darinya.
Mengingatkan kita pada kisah Al Hafidzh Ibnu Hajar Al Asqalani saat menjadi Qadhi di Mesir, beliau yang sedang berdinas dengan keretanya pernah dicegat seorang Yahudi penjual minyak. Kata si Yahudi, “Nabimu mengatakan bahwa dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir, tapi kulihat dirimu hidup mewah berkecukupan sementara aku begitu nestapa dalam kepapaan. Apa ini terbalik?” Perlu diketahui bahwa penjual minyak pekerjaan menyedihkan saat itu, identik dengan tubuh kotor, dekil dan bau.
Ibnu Hajar tersenyum bijak mendengarnya. Jawaban agung ia lontarkan, “Dunia adalah penjara bagi mukmin seperti kami, karena di akhirat kami akan mendapat kenikmatan agung yang jauh lebih baik dari ini, yang tiada akan putus selamanya. Sementara, dunia ini adalah surga bagi kalian karena di akhirat kalian akan mendapat kehinaan, siksa dan kenestapaan abadi yang jauh lebih mengerikan daripada yang kau alami saat ini!”. Kata si Yahudi, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah, wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah!”.
Kisah ini menguatkan pertanyaan, siapa takut jatuh kaya? atau siapa takut hidup miskin? Bagi seorang mukmin keduanya adalah jembatan yang menghubungkannya dengan surga. Sikap tawadhu tak henti-henti menghiasi langkah hidup, ucapan dan perbuatannya, mengundang decak kagum Malaikat Rahmat. Mukmin senantiasa menghitung besarnya karunia Allah kemudian mensyukurinya, maka semakin bertambah pulalah nikmat yang Allah berikan. Mukmin yang dicintai Allah selalu menjaga diri dari cara-cara keji dalam mencari rizki seperti menipu, mencuri atau korupsi.
Dunia sebagai penjara dalam pandangan Islam bukan berarti membatasi diri atas kepemilikan harta dan benda yang melimpah, serta kedudukan. Hidup dalam kepapan sehingga mengekangnya dari karunia Allah. Melainkan menjaga diri dari miskinnya rasa syukur sehingga bermaksiat kepada Allah dan mencegah gagalnya rasa sabar melawan ujian baik berupa nikmat maupun musibah.
“Sel penjara dunia” adalah keimanan yang mantap kepada Allah, dengannya bisa membatasi diri untuk kembali berbuat kesalahan. Menyadari kesalahan dan siap menerima hukuman, kemudian bertaubat, mengganti segala dosa yang telah diperbuat dengan amal salih. Menempa diri untuk senantiasa ingat kepada Allah dan senang berbuat kebajikan. Inilah penjara dunia, penjaranya orang beriman.
Abu Bakar Ash Shiddiq pernah berdoa “Ya Allah jadikan dunia ini di tanganku, dan jadikan akhirat di hatiku”. Beliau tidak ingin dunia masuk ke dalam hatinya, mengingatkan kita bahwa kekayaan yang ditimbun sebanyak apapun tidak akan memuliakan pemiliknya tanpa bertauhid kepada Allah, kemudian membelanjakannya di jalan Allah. Para ulama sering berpesan, jangan mempertuhan dunia, melainkan memperhamba dunia, dunia hanya berada dalam genggaman tangannya, kuasanya, dan pengelolaannya untuk meningkatkan kualitas diri (spiritual, intelektual dan fisikal) di hadapan Allah swt.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
AAMIIN, INSYAA ALLAH PA
Subhanallah...tulisan yang sangat mencerahkan hati ini. Jazakumullah khoiron katsiro...pak guru. Mantafffff. Ditunggu tulisannya yang lain ...ya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah...pak guru.