Peran Media untuk Profesionalisme Guru
Peran Media Untuk Profesionalisme Guru
Oleh: Ilman Fatuh Rahman A.F
Guru SMPN 4 Cisarua Kabupaten Bandung Barat
Membaca headline dengan judul “Pikiran Rakyat, Koran Terunggul” edisi 9 Maret 2018 mengonfirmasi persepsi publik yang positif atas pemberitaan yang disuguhkannya. Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan, pada bagian akhir kabar tersebut Manager Marketing Communication Pikiran Rakyat Herman Yamashita menyatakan komitmennya untuk secara profesional turut mencerdaskan masyarakat melalui pemberitaan yang kredibel.
Secara khusus, halaman “pendidikan” senantiasa hadir menyuguhkan informasi terkini mengenai perkembangan dunia pendidikan. Lebih spesifik, di dalamnya terdapat rubrik Forum Guru sebagai satu-satunya rubrik khusus guru yang ada di media massa (koran) yang secara konsisten memfasilitasi curahan hati dan curahan pemikiran para guru di Jawa Barat. Mewadahi gagasan dan aspirasi guru sebagai garda terdepan yang menentukan maju dan mundurnya pendidikan.
Senyatanya, pendidikan tanpa media bagaikan sayur tanpa garam. Seumpama media tidak pro aktif memberitakan isu-isu aktual yang berkembang di masyarakat, maka berimbas pada menu pembelajaran yang itu-itu saja, cenderung monoton dan kurang menggugah selera belajar. Tuntutan profesionalisme guru yang bersifat kekinian adalah tidak buta terhadap media. Penguasaan literasi media memungkinkan guru untuk berimprovisasi dalam pembelajaran. Kemampuan literasi media mencakup dua kategori yaitu kompetensi personal dan kompetensi sosial. Kompetensi personal yaitu kemampuan seseorang dalam menggunakan media dan menganalisis konten-konten media. Sedangkan kompetensi sosial yaitu kemampuan dalam berkomunikasi dan membangun relasi sosial serta mampu memproduksi konten media, semisal artikel atau citizen journalism.
Sekaitan dengan kedua kompetensi tersebut, maka perlu didukung oleh komitmen media yang mencerdaskan sehingga mendapat tempat di hati pembacanya. Pertama, media harus menjadi pelopor agen perubahan yang berintegritas. Meskipun di lapangan, masih ada saja oknum yang menyatakan diri sebagai pewarta yang bermotif imbalan. Sulit bagi kita untuk menutup mata dari fenomena ini. Bisa jadi dipicu oleh penyakit “alergi” media atau karena kurang tranparannya sistem pengelolaan keuangan, persoalan klasik yang menggelayut di langit sekolah. Media yang kredibel tentu menjaga diri dari praktik-praktik tidak terpuji semacam itu. Melainkan sebaliknya, mampu mendorong transparansi di sekolah, memfasilitasi guru dan siswa mendapatkan informasi dan inspirasi pembelajaran serta memberikan ruang untuk mengaktualisasikan diri, semisal halaman “belia” yang tayang setiap selasa.
Kedua, media sebagai bagian terintegrasi dalam sistem penjaminan mutu pendidikan dari unsur eksternal. Sistem pendidikan modern menuntut keterlibatan masyarakat termasuk media di dalamnya. Kehadiran media yang menyajikan isu-isu pendidikan, sangat krusial menentukan khazanah sekaligus persepsi publik terhadap urgensi peningkatan mutu. Media merupakan supervisor nonformal yang menguak baik buruknya praktik pendidikan. Dalam sepekan terakhir Pikiran Rakyat mengabarkan sekolah kejuruan darurat guru produktif, mengungkap potret miring minat baca, rendahnya kompetensi guru ditandai rata-rata nilai UKG yang rendah, revitalisasi sarana dan prasarana bangunan sekolah yang hampir ambruk atau tren kenakalan remaja anak sekolah sampai-sampai menjadi mucikari.
Pengungkapan kabar minor (bad news) tersebut bukanlah barang haram, melainkan sebagai cambuk bagi semua fihak yang berkepentingan untuk terbuka dengan semua persoalan yang melanda untuk diriviu dan ditindaklanjuti melalui berbagai upaya pembenahan terkait sistem pendidikan, terutama oleh guru. Bukankan semua itu hanya bisa diketahui secara luas oleh masyarakat umum, dan guru pada khususnya melalui literasi media?
Oleh karenanya, media yang memiliki komitmen mencerdaskan masyarakat layak diapresiasi. Mengeksploitasinya guna memperbaharui kapasitas literasi kita. Ibarat charger, literasi media merupakan suntikan tenaga baru agar guru tetap mampu menjalankan fungsi dan peranannya sebagai pengajar sekaligus pendidik yang mencerdaskan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar