Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Jakarta-Istanbul (5) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Antara Jakarta-Istanbul (5) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Antara Jakarta-Istanbul

 

Cahaya mentari pagi menyinari kabin pesawat yang membelah langit biru. Kemal, pilot muda berdarah Turki, berdiri tegak di kokpit, matanya mengikuti alur awan yang menari-nari di bawah. Hatinya selalu berdebar ketika penerbangan Jakarta-Istanbul tiba. Bukan hanya karena rute ini adalah favoritnya, melainkan karena ada sosok yang selalu mencuri perhatiannya: Anya, pramugari cantik berdarah Indonesia.

Kemal, tersenyum tipis menatap kota Jakarta yang perlahan mengecil di bawahnya. Setiap kali terbang rute Jakarta-Istanbul, hatinya selalu berdebar. Bukan hanya karena tantangan teknis penerbangan jarak jauh, tapi juga karena seseorang yang selalu membuatnya menantikan setiap penerbangan.

Anya, pramugari cantik asal Indonesia, dengan senyum khasnya yang menenangkan selalu menyambut penumpang di kabin. Kemal sering kali dibuat terpana oleh kecantikan Anya yang sederhana namun memikat. Mata hitamnya yang berbinar dan rambut panjangnya yang terurai lembut bagai sutra selalu membuatnya tak kuasa berpaling.

Anya, dengan senyum manisnya dan tatapan mata yang teduh, selalu berhasil mencairkan suasana kabin. Kemal sering kali memperhatikannya dari balik kokpit, mengamati setiap gerakannya yang anggun. Namun, ia tak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Kemal takut akan penolakan, takut akan perbedaan budaya yang mungkin menjadi penghalang.

Suatu hari, saat sedang melayani penumpang, Anya tanpa sengaja menjatuhkan buku catatan kecilnya. Kemal yang melihatnya, segera mengambil buku itu dan mengembalikannya. Saat itu, jari mereka bersentuhan sekejap. Kemal merasakan jantungnya berdebar kencang.

"Terima kasih," ucap Anya dengan senyum manis.

"Sama-sama," jawab Kemal, berusaha agar suaranya terdengar tenang.

Dari buku catatan itu, Kemal mengetahui bahwa Anya sedang menulis novel. Ia terkesan dengan bakat menulis Anya dan mulai sering mengajaknya mengobrol tentang buku.

Pertemuan-pertemuan singkat di antara penerbangan membuat benih-benih cinta tumbuh subur di hati mereka. Mereka saling berbagi cerita tentang kehidupan, mimpi, dan keluarga. Kemal menceritakan tentang Istanbul, kota yang penuh sejarah dan keindahan, sementara Anya bercerita tentang Jakarta, kota yang dinamis dan penuh semangat.

Namun, hubungan mereka tidak semulus yang mereka harapkan. Kemal berasal dari keluarga yang sangat konvensional, sedangkan Anya memiliki kehidupan yang lebih bebas. Keluarga Kemal sangat menginginkan agar ia menikah dengan seorang wanita Turki. Begitu pula dengan keluarga Anya yang berharap ia menemukan jodoh dari kalangannya sendiri.

Konflik semakin rumit ketika Kemal mengetahui bahwa Anya telah memiliki tunangan. Hati Kemal hancur berkeping-keping. Ia merasa sangat bersalah karena telah mencintai wanita yang sudah memiliki hati yang dicintai.

"Maafkan aku, Kemal," ucap Anya dengan nada sedih. "Aku tidak bisa mengkhianati tunanganku."

Kemal hanya bisa mengangguk pasrah. Ia berusaha untuk melupakan Anya, namun hatinya selalu teringat pada gadis Indonesia itu.

Bertahun-tahun berlalu, Kemal dan Anya tetap berpapasan dalam setiap penerbangan Jakarta-Istanbul. Mereka masih saling sapa, namun suasana di antara mereka sudah berbeda. Kemal telah menikah dengan seorang wanita pilihan keluarganya, sedangkan Anya telah menikah dengan tunangannya.

Suatu hari, Kemal bertemu dengan Anya secara tidak sengaja di sebuah kedai kopi di Istanbul. Anya terlihat lebih bahagia, namun Kemal bisa merasakan kesedihan di balik senyumannya.

"Aku masih sering memikirkanmu," ucap Anya lirih.

Kemal terdiam. Ia juga masih menyimpan rasa pada Anya. Namun, ia sadar bahwa mereka tidak bisa bersama.

"Aku juga," jawab Kemal pelan.

Mereka berdua terdiam, masing-masing larut dalam kenangan. Pada akhirnya, mereka menyadari bahwa cinta mereka adalah sebuah kisah yang indah, namun harus berakhir.

Setelah perjumpaan tak terduga di kedai kopi Istanbul itu, Kemal dan Anya kembali pada rutinitas masing-masing. Kemal masih menjadi pilot, terbang melintasi langit, sementara Anya sibuk dengan kehidupannya sebagai ibu rumah tangga. Namun, bayang-bayang masa lalu selalu menghantui mereka berdua.

Suatu malam, Kemal memutuskan untuk mengirim chat kepada Anya. Dengan tangan gemetar, ia mengetik dan mencurahkan semua isi hatinya.

“Anya, aku tahu ini mungkin sudah terlambat. Tapi aku perlu mengatakan ini. Cinta kita adalah sebuah perjalanan yang indah, meski singkat. Aku akan selalu mengingat senyummu, tawamu, dan setiap momen yang kita habiskan bersama. Semoga kau bahagia.”

Chat  itu dikirim tanpa harapan untuk dibalas. Namun, beberapa hari kemudian, Kemal menerima sebuah pesan dari Anya.

“Terima kasih atas curhattnya, Kemal. Aku juga sering memikirkanmu. Kita memang tidak bisa bersama, tapi kenangan kita akan selalu ada di hati. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti.”

Kemal tersenyum membaca pesan itu. Ia merasa lega karena akhirnya bisa mengungkapkan perasaannya. Meski mereka tidak bisa bersatu, setidaknya mereka masih bisa saling berkomunikasih satu sama lain sebagai teman.

 

***

 

Bertahun-tahun kemudian, Kemal dan Anya bertemu kembali di sebuah acara reuni penerbangan di Istanbul. Mereka sudah sama-sama berusia paruh baya, namun pesona mereka masih sama. Mereka berbincang-bincang sambil mengenang masa lalu. Mereka sudah menjadi orang yang berbeda. Kemal telah menjadi seorang pilot senior yang disegani, sedangkan Anya telah menjadi seorang penulis terkenal

Kemal dan Anya duduk bersebelahan di kedai kopi yang menghadap ke Selat Bosporus., dimana tempat acara pertemuan diadakan. Cahaya senja membingkai wajah mereka, menyoroti garis-garis kerutan halus yang mulai muncul. Keduanya terdiam, masing-masing larut dalam pikirannya.

"Istanbul sangat indah, bukan?" tanya Anya memecah keheningan.

"Ya, sangat," jawab Kemal, matanya menatap ke arah laut. "Tapi, tidak seindah senyummu."

Anya tersenyum tipis, "Kau masih sama saja, Kemal. Romantis."

"Aku tidak bisa mengubahnya, Anya," ujar Kemal tulus. "Kau selalu menjadi inspirasiku."

"Aku juga, Kemal," sahut Anya. "Kau adalah bagian dari perjalanan hidupku yang tak akan pernah kulupakan."

Mereka terdiam lagi, kali ini dalam suasana yang lebih hangat. Kemal meraih tangan Anya dan menggenggamnya lembut. Anya tidak menolak. Mereka berdua tahu, ini adalah momen terakhir mereka untuk saling mengungkapkan perasaan.

"Aku selalu bertanya-tanya," lanjut Anya, "apakah kita akan bertemu lagi di kehidupan yang lain?"

Kemal tersenyum pahit, "Aku juga. Tapi, mungkin takdir berkata lain."

"Mungkin," Anya menghela napas. "Tapi, aku bersyukur pernah mengenalmu, Kemal."

"Aku juga, Anya," jawab Kemal.

"Bagaimana novelmu?" tanya Kemal lagi.

"Lumayan, banyak yang suka," jawab Anya. "Ada satu cerita yang terinspirasi dari kita."

Kemal tersenyum, "Aku penasaran."

"Tentang dua orang yang saling mencintai, tapi tak bisa bersama karena perbedaan dan takdir," ujar Anya.

Kemal mengangguk mengerti. "Kisah yang indah, tapi menyedihkan."

"Tidak juga," sahut Anya. "Karena cinta itu abadi, meskipun tidak bisa bersatu."

 “Kau tahu, Kemal,” ucap Anya lagi, “aku pernah berpikir untuk meninggalkan semuanya dan pergi bersamamu.”

Kemal tertegun. Ia tidak menyangka Anya pernah merasakan hal yang sama.

“Aku juga pernah berpikir begitu,” jawab Kemal. “Tapi kita tidak bisa mengubah takdir.”

Mereka berdua tertawa kecil. Meskipun hidup telah membawa mereka pada jalan yang berbeda, mereka tetap bersyukur pernah memiliki kisah cinta yang indah.

“Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku, Kemal,” ucap Anya.

“Sama-sama, Anya. Aku juga berterima kasih padamu,” jawab Kemal.

Mereka saling memandang dalam diam, seakan-akan ingin mengabadikan momen ini selamanya. Cinta tidak selalu berakhir dengan bahagia, namun kenangan indah akan selalu ada.

Kemal kembali menatap Anya, kali ini dengan tatapan yang lebih dalam. Ia menyadari bahwa cinta mereka memang telah berakhir, namun kenangan indah yang mereka miliki akan selalu tersimpan di dalam hati.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post