Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
 Cappadocia, It's My Dream (15) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Cappadocia, Turkiye (doc.IlmaW24)

Cappadocia, It's My Dream (15) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Cappadocia, It's My Dream (15)

Cahaya mentari pagi menyinari wajah Aira yang masih terlelap. Sinar itu perlahan menembus celah tirai, membangunkannya dari mimpi indah.

Seulas senyum merekah di bibirnya saat matanya menangkap sebuah kotak kecil berbungkus pita merah muda di atas nakas. Dengan hati berdebar, Aira membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat sebuah tiket pesawat dengan tujuan Cappadocia, Turki.

"Cappadocia? Tidak mungkin!" gumam Aira tak percaya.

Ingatannya melayang ke beberapa bulan lalu, saat hubungannya dengan suaminya, Arya, berada di ujung tanduk. Desas-desus kedekatan Arya dengan teman masa kuliahnya yang masih lajang saat reuni kampus membuat hatinya terluka. Namun, setelah melalui perdebatan panjang dan saling memaafkan, mereka memutuskan untuk memperbaiki hubungan mereka.

Arya masuk ke kamar dan tersenyum melihat ekspresi bahagia Aira. "Selamat ulang tahun pernikahan, sayang. Ini hadiahku untukmu," ujarnya sambil memeluk Aira erat.

Cappadocia, selalu menjadi impian Aira sejak kecil. Pemandangan balon udara yang terbang di atas lembah Cappadocia yang menakjubkan selalu menjadi gambar favoritnya. Dan kini, impiannya itu menjadi kenyataan.

Selama perjalanan, Aira dan Arya terus bercerita dan tertawa. Mereka seolah-olah kembali ke masa-masa awal pernikahan mereka, saat cinta mereka masih begitu hangat. Di Cappadocia, mereka menjelajahi lembah-lembah yang indah, mengunjungi kota bawah tanah, dan menikmati keindahan alam yang menakjubkan.

Suatu sore, sambil menikmati secangkir teh di sebuah kafe yang menghadap ke lembah, Aira bertanya pada Arya, "Bagaimana kamu tahu kalau Cappadocia adalah tempat yang ingin aku kunjungi?"

Arya tersenyum lembut. "Aku ingat kamu selalu menyimpan buku tentang Cappadocia di rak buku. Dan setiap kali kita melihat foto-foto Cappadocia, matamu selalu berbinar."

Aira merasa sangat tersentuh dengan perhatian Arya. Ia menyadari bahwa Arya benar-benar mencintainya dan ingin membuatnya bahagia.

Di Pigeon Valley, cahaya mentari pagi perlahan menerobos celah-celah cerobong asap alami, menari-nari di dinding batu yang berukir unik. Terlihat ribuan merpati beterbangan mendekati wisatawan yang sedang menebarkan biji-bijian.

Aira dan Arya berjalan menyusuri lorong-lorong kota bawah tanah Derinkuyu yang mistis. Udara sejuk dan lembap menyelimuti mereka, sementara nyala obor menerangi dinding-dinding batu yang penuh dengan ukiran kuno. Mereka seolah-olah sedang menjelajahi labirin waktu, membayangkan kehidupan masyarakat Cappadocia di masa lalu.

Setelah puas menjelajahi kota bawah tanah, mereka melanjutkan perjalanan ke lembah Göreme. Di sini, pemandangan balon udara yang berwarna-warni memenuhi langit biru cerah.

Aira dan Arya memutuskan untuk ikut serta dalam petualangan terbang dengan balon udara. Saat balon perlahan naik, pemandangan di bawah mereka semakin menakjubkan. Lembah-lembah yang dihiasi oleh cerobong asap alami, rumah-rumah batu yang unik, serta kebun anggur yang hijau membentang sejauh mata memandang. Semilir angin membawa aroma tanah yang basah dan segar, membuat Aira dan Arya merasa begitu damai dan tenang.

Sore hari, mereka mengunjungi desa Uçhisar. Dari puncak kastil Uçhisar, mereka dapat menikmati panorama 360 derajat yang menakjubkan. Matahari mulai terbenam, langit berubah warna menjadi gradasi oranye dan merah muda. Cahaya lembut matahari memantul pada permukaan batu-batu vulkanik, menciptakan pemandangan yang begitu dramatis. Aira dan Arya duduk berdampingan, saling berpegangan tangan, sambil menikmati keindahan alam Cappadocia.

Di tengah kebahagiaan mereka, sebuah pesan masuk ke ponsel Aira. Pesan itu dari teman masa kuliahnya Arya, yang memberitahukan bahwa ia akan mengunjungi Cappadocia dalam waktu dekat. Aira merasa tidak nyaman. Ia takut jika Arya akan bertemu dengan mantan teman kuliahnya itu dan kenangan masa lalu akan menghantui mereka.

Aira mencoba untuk tidak memikirkan hal itu. Ia berusaha menikmati setiap momen yang ia habiskan bersama Arya di Cappadocia. Namun, rasa cemas itu terus menghantuinya.

Suatu siang, saat mereka baru saja melakukan tur balon udara, Aira melihat sosok yang sangat familiar. Itu adalah teman masa kuliah Arya. Aira merasa hatinya hancur. Ia merasa dikhianati oleh Arya.

Kamar hotel gua di Cappadocia, suasana tegang

Aira: "Arya, jujur padaku. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu terlihat begitu gugup saat bertemu dengannya?"

Arya: (Menghela napas) "Aira, kumohon percaya padaku. Aku tidak berbohong. Pertemuan itu benar-benar kebetulan. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini."

Aira: (Nada suara meninggi) "Kebetulan? Sungguh kebetulan yang sangat sempurna! Kalian berdua berada di tempat yang sama, pada waktu yang sama. Sulit untuk kupercaya itu hanya kebetulan."

Arya: (Menggenggam tangan Aira) "Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi itu memang kenyataannya. Kita sudah membicarakan masalah ini, 'kan? Aku sudah meminta maaf atas kesalahan yang pernah kulakukan. Aku sangat mencintaimu, Aira."

Aira: (Menarik tangannya) "Cinta? Bagaimana bisa kamu mengatakan cinta padahal kamu masih menyimpan perasaan pada orang lain?"

Arya: "Aku tidak menyimpan perasaan apapun padanya. Aku hanya terkejut melihatnya di sini. Itu saja."

Aira: (Menatap tajam ke arah Arya) "Aku tidak percaya padamu, Arya. Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku."

Arya: (Frustasi) "Apa yang harus kulakukan agar kamu percaya padaku? Aku tidak tahu lagi harus bagaimana."

Aira: (Menangis) "Aku ingin percaya padamu, Arya. Tapi, sulit bagiku untuk melupakan semua yang telah terjadi. Aku merasa dikhianati."

Arya: (Memeluk Aira) "Aku mengerti perasaanmu. Aku akan berusaha membuktikan padamu bahwa aku benar-benar mencintaimu."

Beberapa saat kemudian

Arya: "Bagaimana kalau kita melupakan masalah ini untuk sementara waktu? Mari kita nikmati liburan kita di sini. Aku janji akan selalu ada untukmu."

Aira: (Terdiam sejenak) "Aku tidak tahu harus bagaimana, Arya."

Setelah kembali ke tanah air, Aira dan Arya kembali terlibat dalam pertengkaran yang hebat. Aira meminta Arya untuk jujur tentang perasaannya terhadap teman kuliahnya itu. Arya akhirnya mengakui bahwa ia masih memiliki perasaan pada teman kuliahnya itu. Namun, ia menegaskan bahwa ia lebih mencintai Aira.

Aira merasa sangat bingung dan sedih. Ia tidak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, ia masih mencintai Arya. Namun, di sisi lain, ia tidak bisa memaafkan kebohongan Arya.

Setelah melalui perdebatan yang panjang, Aira dan Arya memutuskan untuk berpisah. Aira merasa bahwa hubungan mereka sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Meskipun begitu, Aira tetap bersyukur atas semua kenangan indah yang pernah mereka buat bersama.

Cappadocia, yang seharusnya menjadi mimpi yang indah, justru menjadi saksi bisu berakhirnya kisah cinta mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mohon krisannya.

15 Nov
Balas

Terimakasih, Ibu.

15 Nov
Balas

Mantap ceritanya, Bu Ilma.

15 Nov
Balas



search

New Post